Selama dua minggu terakhir ini, kelas teknik wawancara meminta para mahasiswa dan mahasiswinya untuk mempresentasikan tentang aplikasi wawancara dalam berbagai setting, baik dalam setting klinis, PIO, maupun setting pendidikan. Presentasi merupakan hasil wawancara orang yang memang khusus bergerak dalam bidang tersebut. Yang maju pada minggu pertama adalah kelompok-kelompok yang mewawancarai psikolog klinis anak dan psikolog klinis dewasa. Sedangkan yang maju pada minggu kedua adalah kelompok yang mewawancarai para profesional dalam bidang PIO dan pendidikan. Kelompok saya sendiri mendapat kesempatan untuk mewawancarai seseorang yang bergerak dalam bidang pendidikan.
Menurut saya, menurut saya loh ya, hal yang berkesan dari pertemuan pertama, (presentasi kelompok klinis) bukanlah ketika kelompok mepresentasikan hasil wawancara mereka. Memang dari presentasi kelompok, saya menjadi tahu bagaimana cara membina rapport dengan anak-anak, bagaimana cara mewawancarai anak-anak, kesulitan-kesulitan apa ketika melakukan wawancara dengan orang dewasa, dll. Namun, yang paling berkesan bagi saya adalah ketika Bu Henny menanyakan apakah kami (mahasiswa dan mahasiswi) tahu bahwa terdapat 5 hal penting apa yang harus kami miliki sebagai calon psikolog? Sesungguhnya saya lupa bagaimana tepatnya pertanyaan yang ibu Henny tanyakan, yang saya ingat hanyalah jawabannya. Hehehe. Awalnya saya berpikir jawaban dari pertanyaan ibu Henny adalah kemampuan wawancara, kemampuan mengobservasi, kemampuan menggunakan tes baik tes formal maupun non formal, tetapi ternyata jawabannya bukan itu. Untunglah saya tidak sotoy menjawab. Ternyata jawaban yang tepat adalah mata, mulut, telinga, otak, dan hati. Jawaban yang kalau saya boleh jujur sangat tidak saya duga.
Mata. Kita menggunakan mata kita untuk melihat, memperhatikan, dan melakukan observasi secara obyektif dan benar. Mulut. Kita harus menggunakan mulut kita dengan baik, karena kata-kata yang keluar dari mulut kita dapat berpengaruh dan berdampak besar terhadap sikap dan kehidupan bakal klien kita. Telinga. Sebagai manusia, umumnya kita memiliki dua telinga. Oleh karena itu kita harus pasang telinga kita baik-baik dan dengarkan baik-baik ketika seseorang berbicara kepada kita. We must listen and not only hearing. Otak. Kita harus menggunakan informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan yang kita miliki sebaik-baiknya. Last but not least, hati. Hati ini sangat penting, karena dari hati dapat timbul keinginan untuk menolong dan membantu orang. Pakailah hati dengan sebaik-baiknya ketika mempertimbangkan suatu hal. Meskipun memang otak yang membuat keputusan, tetapi hati kita pun mengambil peran yang tidak sedikit dalam proses pengambilan keputusan. We do need to use our head and our heart very carefully. As Mandela said, a good head and good heart are always a formidable combination. Perkataan lain dari Bu Henny yang saya ingat adalah ketika Ibu Henny mengatakan sesungguhnya hal-hal penting itu telah kita miliki pada setiap diri kita. Tinggal kita saja yang harus baik-baik menggunakan dan mempertajam kemampuan kita.
Hal yang paling berkesan bagi saya dari pertemuan minggu kedua adalah ketika kelompok pendidikan melakukan presentasi. Lebih tepatnya adalah ketika kelompok saya melakukan presentasi. Hehehe. Saya bohong deh. Menurut saya yang paling berkesan dari pertemuan minggu kedua adalah ketika kelompok terakhir (kelompok PIO) melakukan presentasi. Orang yang kelompok terakhir wawancara adalah seorang yang bekerja sebagai HRD di perusahaan asuransi, sebut saja beliau bernama Bunga. Bunga bekerja pada bagian recruitment dan development. Kelompok menjelaskan ketika proses recruitment terjadi, Bunga terkadang suka duduk dengan posisi santai dan sambil bermain hp. Cara duduk santai yang dilakukan oleh Bunga ternyata di sengaja, untuk melihat apakah calon karyawan akan terpancing emosinya atau tidak. Selain menggunakan wawancara, Bunga juga menerapkan role play, contohnya ketika Bunga sedang mewawancarai bakal resepsionis, Bunga berperan sebagai customer yang sedang marah besar dan bakal resepsionis itu diminta untuk menghadapi masalah tersebut. Bunga juga menerapkan teknik STAR (Situation, Task, Action, dan Result).
Entah bidang seperti apa yang akan kita geluti nanti, satu hal yang pasti adalah kita harus melakukannya sebaik mungkin. Lihat baik-baik, dengar baik-baik, katakan dengan hati-hati, pikir baik-baik, dan melakukan dengan sepenuh hati. It’s definitely not easy, but it’s not impossible either.
10 Mar 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar