Apa sih Social history itu? Social history itu sejarah sosial kehidupan interviewee yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai asal usul permasalahan interviewee. Social history dapat berbentuk lisan atau tertulis (dalam bentuk form). Biasanya social history digunakan untuk mencari data di awal wawancara. Kadang-kadang, lebih dari satu sesi harus dikhususkan untuk penilaian. Perlu diingat, bahwa masalah yang saat ini dihadapi oleh interviewee tidak hanya disebabkan oleh faktor bawaan (nature) namun juga oleh faktor lingkungan (nurture). Cerita klien dapat memberikan konteks bagaimana mereka mengembangkan kedua strategi adaptive dan maladaptive untuk kehidupannya. Pekerjaan interviewer adalah untuk memfasilitasi klien bercerita, karena tanpa itu, interviewer dapat salah dalam memberikan treatment. Interviewer juga harus mendengar persepsi dari klien, serta makna dan perasaan yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka ceritakan.
Area apa saja sih yang termasuk social history? Pertama, family history. Hal ini penting untuk ditanyakan. Misalnya, di mana klien dilahirkan dan dibesarkan, asal keluarga mereka. Penting untuk mengetahui apakah terdapat gejala atau masalah perilaku klien yang mirip dengan anggota keluarga klien. Pola komunikasi dalam keluarga, karakteristik anggota keluarga, dan kehadiran konflik di masa lalu atau sekarang yang dapat dihubungkan dengan tekanan klien saat ini. Norma-norma budaya untuk beberapa klien akan berarti bahwa keluarga besar mereka memainkan peran penting dalam semua aspek kehidupan mereka. Kadang-kadang, tiga generasi yang hidup dalam satu rumah, juga dapat menimbulkan masalah.
Dengan riwayat keluarga, interviewer dapat mengembangkan sketsa biografi dari orangtua, saudara, pasangan, anak, dan orang yang penting lainnya; belajar tentang hubungan antara klien dengan kerabatnya, baik saat ini dan pada masa kanak-kanak; serta belajar untuk mengetahui apakah gangguan mental terdapat dalam keluarga klien, termasuk kerabat jauh. Cara yang efektif untuk mengetahui informasi yaitu dengan menggunakan genogram keluarga yang dikembangkan oleh Murray Bowen.
Kedua, educational history. Setelah keluarga, pengalaman sekolah adalah hal yang penting dalam pembentukan individu. Review informasi pendidikan klien, termasuk seberapa baik prestasi akademis klien. Rapor tidak selalu mencerminkan fungsi intelektual. Banyak orang sukses dalam kehidupan kerja mereka, tetapi memiliki hal buruk pada sekolah mereka. Sebaliknya, mungkin ada klien yang memiliki rapor yang baik, beasiswa, perguruan tinggi yang baik dan pekerjaan yang baik tetapi mereka gagal karena penggunaan narkoba. Ketika klien berbagi kenangan dan persepsi waktu di sekolah, interviewer dapat menilai seberapa baik klien dalam proses pendidikan dan sosialisasi. Orang yang berhasil dalam membentuk pertemanan di sekolah biasanya akan terus sukses dalam membangun hubungan di kemudian hari. Kurangnya hubungan dapat menunjukkan kegagalan klien untuk menguasai keterampilan dasar sosial.
Ketiga, occupational training atau job history. Ketika menanyakan pekerjaan, disarankan interviewer tidak menggunakan kalimat yang menyinggung, seperti “Apa pekerjaan Anda saat ini?”. Jika klien tidak bekerja, maka pertanyaan tersebut akan membuat klien tidak nyaman. Sebaiknya, gunakan pertanyaan seperti “Apa kesibukan Anda setiap hari?”. Beberapa orang tetap berada di pekerjaan yang sama dengan perusahaan yang sama di seluruh hidup mereka, sedangkan orang lain sulit menemukan pekerjaan yang menjadi minatnya dan sering berganti pekerjaan. Perlu ditanya juga, apakah pekerjaan mereka berdasarkan keinginan sendiri atau kemauan orangtua.
Keempat, marital history. Selain mengetahui berapa kali seseorang menikah, sejarah pernikahan juga merupakan kesempatan untuk belajar tentang setiap hubungan pribadi lainnya yang klien anggap signifikan. Status perkawinan adalah salah satu item yang biasanya ditemukan dalam bentuk tertulis demografis yang diberikan kepada klien sebelum sesi wawancara. Status perkawinan antara lain belum menikah, menikah, bercerai, dan janda / duda.
Kelima, interpersonal relationship. Selain pernikahan atau hubungan berkomitmen, tanyakan juga apakah klien memiliki teman (misalnya rekan kerja, tetangga). Keenam, recreational preferences. Tanyakan bagaimana klien bersenang-senang. Kurangnya keterampilan rekreasi akan menyebabkan klien ketergantungan atau penyalahgunaan alkohol. Jawaban mereka akan menunjukkan ketidakmampuan untuk mentoleransi perilaku “anak kecil” atau spontan. Mereka melihat rekreasi sebagai sia-sia atau konyol.
Ketujuh, sexual history. Topik seksual adalah hal yang sensitif, sehingga interviewer harus berhati-hati dalam memilih kalimat pertanyaan. Sexual history meliputi preferensi seksual, praktik seksual, fungsi seksual, masalah seksual, orientasi seksual, penyakit menular seksual, dan pelecehan seksual. Interviewer bias mulai membahas riwayat seksual dengan meminta klien untuk menceritakan apakah telah ada perubahan dalam tingkat ketertarikan mereka dalam melakukan hubungan seksual, atau kepuasan dalam berhubungan seksual. Jika terdapat perubahan, tanyakan apa penyebabnya menurut klien.
Kedelapan, medical history. Medical history meliputi rawat jalan, rawat inap, operasi, masalah kesehatan gigi dan mulut yang serius, ahli kesehatan atau dokter utama yang sering dikunjungi, last medical check up, nama dan dosis obat-obatan yang dikonsumsi. Jika klien lupa dengan nama dan dosis obat, pada pertemuan selanjutnya, minta klien untuk membawanya. Riwayat kesehatan keluarga sangat penting untuk sejarah medis.
Kesembilan, psychiatric/psychotherapy history. Penting untuk mengetahui apakah klien sebelumnya telah didiagnosa dengan gangguan kejiwaan. Jika demikian, janggan menganggap diagnosis tersebut tepat. Hal ini juga penting untuk mengetahui bagaimana klien memandang pengalaman. Details dapat membantu interviewer dalam memahami dorongan klien untuk mecari bantuan sebelumnya, serta menentukan apa yang klien anggap membantu terakhir kali.
Kesepuluh, legal history. Cara yang baik untuk menanyakan sejarah hukum yaitu dengan bertanya “Apa pertemuan yang pernah Anda miliki dengan sistem hukum atau keadilan? Klien akan menjawab pertanyaan jenis ini lebih akurat daripada jika ditanya “Apakah Anda memiliki masalah hukum?”. Masalah hukum dapat berupa tuntutan hukum, masalah perdata (seperti memperebutkan harta warisan, mencemarkan nama baik). Seorang klien yang menunjukkan dengan jelas perilaku yang sangat melanggar hukum mungkin memiliki characterological pathology.
Kesebelas, alcohol and substance use/abuse. Gunakan kalimat seperti “Saya sesekali suka bir atau segelas anggur. Bagaimana dengan Anda?” adalah cara yang tidak mengancam untuk menanyakan tentang penggunaan alcohol. Jika hubungan, berhubungan dengan pekerjaan, atau masalah hukum yang tampaknya bertepatan dengan zat atau ketergantungan alkohol, maka mereka sering kecanduan lagi.
Keduabelas, nicotine and/or caffeine consumption. Banyak klien mungkin tidak menyadari “obat aditif lainnya” yaitu nicotine dan caffeine. Tanyakan seberapa sering merokok dan minum kopi (jenisnya apa). Ketigabelas, personal and social history of childhood and adolescence. Tanyakan keluarga inti klien, klien dibesarkan di mana, pernah mendapat kekerasan atau tidak, kesehatan saat anak-anak, pendidikan, riwayat kesehatan, gangguan kepribadian, riwayat keluarga, riwayat pekerjaan, riwayat hukum, agama, situasi tempat tinggal saat ini, hubungan social, status pernikahan, dan aktivitas waktu luang.
Pertanyaan di semua area tersebut akan memberikan pemahaman akan kesulitan klien. Untuk mendapatkan hasil wawancara mengenai social history yang baik, berikut beberapa saran yang dapat diberikan:
1. Harus mendengarkan orang lain.
2. Jika kita menanyakan sesuatu, hal itu harus berhubungan dengan masalahnya.
3. Ketika melakukan wawancara, jangan menginterogasi.
4. Harus ada rasa ingin tahu.
5. Penting untuk ada catatan dan tape recorder dalam wawancara.
6. Hati-hati dengan perbedaan budaya.
7. Harus bisa good probing agar klien dapat menceritakan masalahnya dengan jelas.
26 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar