Jumat, 28 Maret 2014

Perhatikan Social History dalam Wawancara (Elaine Magracia Wingardi)


Dalam kegiatan wawancara,tentunya akan ada dua pihak. Pihak pertama adalah penanya atau 
interviewer, dan yang kedua adalah subyek wawancara atau interviewee.  Tentunya, wawancara bertujuan untuk mencaritahu tentang sebuah informasi. Namun, informasi yang diberikan oleh interviewee juga tentunya dipengaruhi oleh social historymereka. Social history adalah semua hal yang terjadi di lingkungan sekitar klien (interviewee) dan mempengaruhi masalah yang dihadapin oleh klien. Social historydisini akan dibahas dalam konteks wawancara klinis. Sehingga apa yang terjadi di sekitar klien tentu dapat memiliki kontribusi dalam timbulnya masalah klien. Social history perlu diketahui, karena tidak ada satupun pengalaman yang sama persis dari setiap orang, sehingga dengan mengetahui social history klien, interviewer dapat menemukan sumber dari kesulitan yang dihadapi klien.
Dalam mengetahui social history dari klien, dapat dilakukan baik secara oral ataupun tertulis. Tugas interviewer di sini adalah untuk memfasilitasi klien dalam bercerita. Social history sendiri terbagi dalam 17 jenis, yaitu Family of origin, Extended family, Present family constellation, Educational level attained, Occupational training/ job history, Marital (significant other) history, Interpersonal relationship history/ Social network, Recreational preferences/ Leisure activities, Sexual history, Medical history – including significant family medical history, Psychiatric/ psychotherapy history, Legal history, Alcohol and substance abuse, Nicotine and caffeine consumption, Current living situation, Source of support, dan Religion.
Family history, diawali dengan menanyakan dimana tempat kelahiran dan dibesarkannya klien. Kemudian menanyakan mengenai asal keluarga klien. Hal ini penting untuk diketahui karena bisa saja masalah yang timbul pada klien berasal dari anggota keluarga klien. Pola komunikasi, karakteristik anggota keluarga, masalah di masa lalu dengan anggota keluarga, norma budaya dalam keluarga dapat menjadi alasan timbulnya masalah pada klien. Biasanya masalah dalam keluarga juga timbul karena adanya tiga generasi yang tinggal dalam satu atap rumah. Informasi keluarga ini dapat dirangkum dengan Genogram (pemetaan silsilah keluarga, status, dan tempat tinggal anggota keluarga klien).
Educational History,mengetahui informasi pendidikan klien. Tapi ini tidak dapat menjadi informasi akurat untuk mengetahui tingkat intelektualitas klien, karena pada kenyataannya banyak orang yang sukses tanpa latar belakang pendidikan yang baik. Namun ada juga orang yang melaporkan sejarah pendidikan yang baik, namun akhirnya terlibat dalam penggunaan obat terlarang. Guna dari mengetahui sejarah pendidikan klien, adalah untuk mengetahui bagaimana relasi klien selama sekolah dengan teman-temannya. Biasanya seseorang yang melaporkan hubungan sosial yan baik selama sekolah akan memiliki hubungan sosial yang baik ke depannya. Kegagalan dalam membangun hubungan mengindikasikan adanya kelemahan dalam keterampilan sosial dasar.
Job history, tidaklah baik menanyakan secara langsung apa pekerjaan klien. Namun lebih baik bila menanyakannya dengan “Apa kesibukan anda sekarang?”. Mengetahui job history klien akan beguna untuk mengetahui apakah klien tersebut menikmati pekerjaannya atau tidak. Apakah memang sesuai keinginannya, ataukah hanya sekedar menjalankan keinginan orang lain. Berikutnya adalah marital history. Mengetahuimarital history klien akan berguna untuk mempelajari hubungan klien dengan seseorang yang signifikan bagi klien. Biasanya status pernikahan klien sudah tertulis dalam data demografis sebelum wawancara dilakukan (menikah, belum menikah, cerai, ataukah janda atau duda). Interpersonal relationships juga berhubungan dengan marital status, namun tidak hanya sekedar pasangan hidup, melainkan apakah klien memiliki teman di sekitar tempat tingal ataupun di tempatnya bekerja.
Recreational preferences adalah bagaimana interviewer mengetahui apa yang membuat klien merasa senang. Karena, kehilangan kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang membuat klien merasa senang dapat menjadi indikasi dari timbulnya masalah klien. Medical History, meliputi adanya catatan pernah rawat jalan, rawat inap, operasi, ataupun jenis medical check-up lainnya yang pernah dilakukan oleh klien. Bisa saja masalah yang timbul pada klien adalah akibat dari penyakit ataupun obat-obatan yang dikonsumsi oleh klien. Medical history klien, biasanya juga berhubungan dengan medical history keluarga klien.  Psychiatric/Psychotherapy history adalah informasi tentang apakah klien pernah mengadakan konseling atau berobat dengan psikiatri tertentu. Hal ini penting, karena untuk mengetahui diagnose yang pernah dialami oleh klien. Sehingga interviewer (dalam setting klinis) dapat memberikan pertolongan pada klien seperti apa yang pernah didapatkan oleh klien pada konseling sebelumnya.
Legal history, lebih baik menanyakannya dengan “Apakah anda pernah memiliki urusan dengan sistem hukum?” ini untuk mengetahui informasi apakah klien pernah memiliki urusan dengan hukum, baik sekedar urusan dengan kenotariatan ataupun persidangan, dan juga masalah urusan dengan penjara. Biasanya klien yang memiliki banyak masalah dengan hukum termasuk dalam kategori patologis. Alcohol and substance use/abuse, ini dilakukan untuk mengetahui apakah klien adalah seorang pengguna obat-obatan ataupun minuman keras. Hal ini baik bila menanyakannya secara implisit, misalnya dengan “Saya kadang-kadang suka minum alkohol, bagaimana dengan anda?” Pertanyaan ini baik untuk memastikan apakah klien seorang “peminum” atau bukan. Karena ini berhubungan dengan pekerjaan ataupun masalah hukum yang dialami klien. Nicotine and/or caffeine consumption, hampir mirip dengan sebelumnya, bahwa ini berguna untuk mengetahui apakah klien seorang perokok ataukah peminum kopi, karena kedua zat ini adalah zat adiktif yang tentu saja secara sadar atau tidak disadari klien dapat menjadi latar belakang masalah yang timbul pada klien.
Mengetahui social history dari klien dalam berbagai area akan membantu interviewer memahami konteks masalah yang muncul pada klien. Area social historyyang akan diperhatikan pada klien anak-anak dan dewasa memiliki perbedaan. Pada klien anak-anak akan ditanyakan mengenai masa kecil, masa pertumbuhan, kekerasan yang pernah dialami, kesehatan, pendiidkan, medical historypersonality traits and disorder, dan family history. Sedangkan pada orang dewasa adalah work history, legal history, agama atau kepercayaan, situasi tempat tinggal, social network, marital status, recreational activities, medical history, personality traits and disorder, dan family history.

Untuk menjadi seorang social history interviewer yang baik, diperlukan hal-hal berikut: mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien; Bicara hanya yang penting saja; Interview, dan bukan interogasi; Jadilah orang yang “ingin tahu”, tapi tidak berlebihan; Catatlah hal-hal yang penting; Berhati-hatilah dengan perbedaan budaya; dan ajak klien untuk bercerita dengan menggunakan probing yang baik.

26 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar