"Joni akhir-akhir ini tampak tidak bersemangat. Padahal biasanya, Joni sering kali bercanda dan ngobrol bareng dengan teman-temannya. Menurut teman-temannya, Joni merupakan anak yang aktif, menyenangkan, sangat bersahabat, dan ceria. Tetapi lain dengan sebelumnya, belakangan ini Joni tampak lesu, menjadi pendiam, dan sering sekali menyendiri. Teman-temannya sering bertanya-tanya mengapa Joni menjadi seperti itu."
Nah, sudah baca kasus diatas?? Bayangkan Anda adalah salah satu teman Joni. Anda juga pasti bertanya apa yang telah terjadi pada Joni hingga ia mengalami perubahan sikap seperti itu.
Sebagai seorang calon psikolog, Anda pasti akan mencari tahu mengapa Joni berubah sikapnya. Untuk mencari tahu, salah satunya bisa dengan mewawancarai Joni tentunya.
Dalam teknik wawancara minggu lalu, dijelaskan bahwa untuk menggali informasi dari klien, psikolog dapat bertanya tentang social history atau sejarah sosial dari klien. Banyak hal yang dapat ditanyakan dalam konteks social history seseorang, seperti: asal muasal keluarga, pendidikan, pekerjaan, pernikahan serta kehidupan seksual klien, hobi atau hal yang disenangi, agama, kasus hukum, sejarah penyakit medis dan psikiatris baik diri sendiri maupun keluarga, konsumsi terhadap alkohol, cafein, atau nikotin, penggunaan obat-obatan, situasi tempat tinggal, hingga sumber dukungan dalam hidup klien. Hal-hal tersebut dapat ditanyakan apabila diperlukan untuk menyelesaikan masalah klien. Tetapi kalau tidak perlu-perlu banget sih jangan nanya, nanti dikira kepo lagi. Hehehhee....
Oh iya, masalah yang dihadapi oleh klien tidak hanya disebabkan oleh faktor bawaan ataunature tetapi juga melibatkan faktor lingkungan atau nurture. Oleh karena itu, informasi sejarah masa lalu dari klien perlu untuk ditanyakan demi memperkaya informasi yang dibutuhkan.
Kembali ke masalah Joni, setelah diwawancarai, Joni yang merupakan salah satu mahasiswa berprestasi di tempatnya belajar, mengatakan bahwa keluarganya sedang mengalami masalah ekonomi karena ayahnya yang memiliki riwayat medis yang tidak cukup baik sedang terbaring lemah dirumah karena penyakit stroke yang baru dideritanya. Keadaan ini juga diperburuk dengan kondisi ekonomi keluarganya yang juga semakin menipis untuk membiayai berbagai pengeluaran termasuk biaya pendidikan ketiga adik Joni serta dirinya. Sementara ibu Joni harus membantu sang ayah di rumah serta mencari penghasilan lain dengan menjadi buruh cuci di lingkungan rumahnya. Sebelum terkena stroke, ayah Joni masih mampu mencari nafkah bagi keluarganya dengan bekerja sebagai buruh jahit dan dapat membiayai kehidupan serta pendidikan keempat anaknya.
Untuk membantu ibunya, Joni bekerja dengan cara memberikan les kecil-kecilan untuk sekitar 5 anak-anak di sekitar rumahnya. Setelah mengajar, Joni juga harus menyelesaikan tugas kuliahnya sehingga ia harus tidur bahkan begadang untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan cerita Joni tersebut, mungkin saja Joni mengalami stress karena mengalami hal seperti itu dan kelelahan karena harus menanggung tanggung jawab sebagai anak laki-laki tertua dalam keluarganya serta harus menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya.
Nah, sejarah masa lalu dari klien juga dapat mempengaruhi kehidupan klien di masa kini. Dengan menanyakan mengenai masa lalu klien, dapat membantu psikolog untuk mendapatkan informasi lebih untuk membantu klien menyelesaikan masalah mereka. Ingat bahwa setiap orang memiliki ceritanya masing-masing, mereka memiliki buku dengan masing-masing halaman yang diisi dengan pengalaman diri sendiri. Buku boleh sama, tapi gaya penulisan, isi, cara penyampaian, dsb., tidak akan sama antara satu orang dengan orang lain. Sama seperti 2 orang anak kembar identik yang diasuh oleh orang tua yang sama dan dalam 1 rumah, pasti memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda dalam hidup mereka.
Tips: Untuk melakukan wawancara mengenai social history yang baik, Anda dapat melakukan 7 hal berikut:
1. Dengar dengan baik apa yang dikatakan klien pada Anda. Hal ini dapat memberikan arah bagi Anda untuk bertanya lebih lanjut.
2. Pastikan hal yang ingin Anda tanyakan merupakan hal yang penting dan relevan dengan topik wawancara. Intinya jangan kepo, as always.
3. Wawancara, YES! Interogasi, NO!
4. Be curious.
5. Ingat hal-hal yang penting. Kalau ingatan Anda tidak cukup baik, cukup siapkan catatan untuk membantu Anda dalam mengingat wawancara dengan klien.
6. Be aware of cultural differences. Ketahui dan pahami masing-masing budaya klien yang akan Anda hadapi.
7. Pancing klien untuk bercerita lebih jelas dengan probing yang baik.
24 Mar 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar