Jumat, 28 Maret 2014

WAWANCARA: DOS AND DON’TS (Padmavirya Shanti)


Standard
     Apa yang HARUS dilakukan oleh seorang pewawancara? Apa yang TIDAK BOLEH dilakukan sebagai seorang pewawancara? Terdapat beberapa DOs and DON’Ts baik sebagai seorang pewawancara maupun sebagai seorang teman yang berbaik hati mendengarkan curhatan temannya ;)
     Binalah rapport pada interviewee anda. Hal ini sangatlah penting, dengan interviewee anda merasa nyaman dengan anda, ia akan menceritakan segala sesuatu sampai rahasianya yang paling personal sekalipun. Seorang interviewer harus dapat membuat interviewee merasa diterima dan dapat mempercayaiinterviewer tersebut. JANGAN membuat intervieweemerasa anda tidak memperhatikan dan tidak tertarik baik pada diri maupun ceritanya.
     Berempatilah kepada interviewee anda. Seoranginterviewer harus mengerti betul bagaimana perasaaninterviewee. Anda mencoba berjalan di “sepatu”nya, melihat dunia dengan “kacamata”nya, dan berada di dalam “kulit”nya. Dengan begitu, anda TIDAK akan langsung men-judge setiap perilaku interviewee. Tetapi seorang interviewer juga TIDAK BOLEH terlalu berempati. Seorang interviewer sebisa mungkin mengendalikan emosinya, jangan sampai ikut menangis pada saat intervewee menangis. Karena nantinya, satu sama lain akan saling menghibur dan menjadi tidak jelas siapa yang interviewer dan interviewee.
     Memperlihatkan attending behavior pada diri dan cerita interviewee. Attending behavior berarti anda fokus dan betul-betul memperhatikan seluruh cerita dari interviewee. Terdapat 4 dimensi yang menunjukkan attending behavior, yaitu (1) visual, mempertahankan kontak mata dengan interviewee. JANGAN melihat ke sekeliling anda, hal itu akan membuatinterviewee merasa ia tidak didengar dan diperhatikan, (2) vocal qualities, nada dan kecepatan berbicara anda dapat memperlihatkan seberapa besar ketertarikan dan empati anda terhadap interviewee, (3) verbal tracking, mengikuti topik pembicaraan awal yang sudah menjadi tujuan sebelumnya dan JANGAN baik secara sengaja maupun tidak sengaja mengalihkan pembicaraaninterviewee dengan pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan, dan (4) body language, anda harus memperhatikan dan menjaga bahasa tubuh anda. JANGAN memperlihatkan bahasa tubuh yang menunjukkan ketidaktertarikan atau bosan dalam mendengar cerita interviewee, seperti melihat jam terus menerus, menguap, mengetuk-ngetukkan jari. Beberapa perilaku di atas merupakan contoh perilaku yang TIDAK BOLEH diperlihatkan pada saat interviewee sedang bercerita. Tunjukkan bahasa tubuh yang nyaman dan terbuka sehingga interviewee merasa diterima oleh anda.
     Perhatikan teknik bertanya yang digunakan. Seoranginterviewer juga harus berhati-hati dalam memilih pertanyaan yang ingin ia tanyakan. Pada awal wawancara, sebaiknya anda menggunakan open questioned (pertanyaan yang terbuka). Ciri utama dari pertanyaan ini adalah sifatnya tidak mengarahkan. JANGAN memulai wawancara dengan pertanyaan-pertanyan yang mengarahkan, sehinggainterviewee tidak benar-benar dapat menceritakan perasaannya yang sesungguhnya. Melainkan sudah terganggu oleh arahan-arahan dari interviewer tersebut.
     Mengobservasi interviewee pada saat menjalani sesi wawancaraInterviewer tidak hanya memperhatikan jawaban-jawaban dari seorang interviewee, tetapi juga memerlukan kemampuan observasi untuk memperhatikan perilaku verbal, perilaku non-verbal, dan ketidakselarasan antara keduanya. Sebagai seorang interviewer, JANGAN pernah mengabaikan perilaku-perilaku interviewee yang dapat diobservasi. Karena terkadang di dalam kesedihannya, terdapat senyuman dan di balik cerita-ceritanya yang menyenangkan terdapat konflik-konflik yang disembunyikan. Maka dari itu, perlu diingat bahwa meskipun anda sedang dalam di sesi wawancara, mengobservasi perilaku-perilaku interviewee tidak kalah pentingnya dengan mendengar konten jawaban darinya.
     Mendengarkan secara aktif dengan cara mendoronguntuk bercerita, merefleksikan cerita dan perasaan, dan menyimpulkan cerita interviewee. Cara terbaik untuk mengerti dan mengenal interviewee adalah berhenti berbicara mendengarkan ceritanya. Seorang interviewer sebisa mungkin mendorong dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut (disebut juga dengan probing) agar interviewee dapat menceritakan lebih lanjut mengenai perasaan dan pemikirannya. Setelah interviewee bercerita, inteviewersebaiknya menceritakan ulang cerita dari intervieweedan mengkonfirmasi ulang perasaan-perasaan yang dirasakan oleh interviewee (perlu diperhatikan dalam mengkonfirmasi ulanganda hanya mengkonfirmasi perasaan yang dirasakan oleh interviewee dalam ceritanya, bukan apa yang anda pikir dirasakan oleh interviewee). Dengan begitu, interviewee akan merasa ia dimengerti dan ceritanya diperhatikan dengan baik oleh anda. Terakhir, ketika sesi wawancara sudah mau berakhir, interviewer diharapkan untuk menyimpulkan cerita interviewee. Kesimpulan ini nantinya berguna untuk memulai sesi wawancara selanjutnya dan berguna untuk mengorganisasikan cerita-cerita dan hal-hal yang terjadi selama sesi wawancara.
     Demikian 6 keterampilan dasar beserta apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh interviewer dalam sesi wawancara. Satu hal yang paling penting untuk menjadi pewawancara yang baik adalah: There is only one rule for being a good talker – learn to listen (Morley, C).
19 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar