Jumat, 28 Maret 2014

Teknik Wawancara di Berbagai Bidang (Christy Paramitta)


A. Definisi Wawancara

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontribusikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel. MenurutSukandarrumidi (2004), wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian. Pemerolehan keterangan ini dilakukan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
Menurut Alwasilah (2002), wawancara merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi. Melalui wawancara, peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (in-depth information). Pengertian mengenai wawancara lainnya diungkapkan oleh Ivey, Ivey & Zalaquett (2010), wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang melibatkan proses tanya jawab antara dua orang atau lebih, dari pewawancara yang ingin mencari informasi dari narasumber.

Dari beberapa definisi diatas, teknik wawancara sangat dapat diaplikasikan diberbagai bidang psikologi contohnya saja dalam bidang pendidikanklinis dewasa, PIO, danklinis anak. 

pertama dalam bidang pendidikan, wawancara banyak digunakan dalam bidang pendidikan khususnya dipakai seorang guru Bimbingan Konseling ketika murid-murid di sekolah mendapatkan masalah. dengan menggunakan teknik wawancara guru dapat lebih dengan mudah mengerti masalah yang dialami oleh anak murid tersebut. guru yang melakukan teknik wawancara dalam bidang pendidikan ini mengatakan bahwa dengan menggunakan wawancara mereka dapat lebih mudah memahami masalah yang dihadapi dengan lebih mudah.

kedua dalam bidang klinis dewasa. dalam bidang klinis dewasa, wawancara digunakan ketika psikolog bertanya mengenai apa yang klien rasakan dan alami, dari wawancara yang terjadi seorang psikolog dapat menggali yang menjadi permasalahan klien. dalam bidang klinis dewasa psikolog tetap menggunakan beberapa tes tertulis juga. psikolog mengatakan bahwa teknik wawancara harus terus diasah sehingga semakin dapat membedakan klien yang sedang berbohong dan jujur.

ketiga dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Dalam bidang PIO teknik wawancara digunakan dalam proses recruitment karyawan, pertama-tama seorang HR menjalin raport dengan calon kandidat dan kemudian menggunakan teknik wawancara untuk mengetahui apakah kandidat tersebut memenuhi kriteria atau tidak untuk masuk ke dalam perusahaan. namun dalam bidang PIO psikotest juga digunakan sebagai pendamping. Menurut subyek wawancara dalam bidang PIO wawancara lebih akurat karena apabila ada calon kandidat yang berbohong atau melakukan manipulasi akan dapat langsung terlihat dari jawaban yang dilontarkan kandidat.

keempat dalam bidang klinis anak. Dalam klinis anak wawancara digunakan untuk menjalin raport pada anak dengan menanyakan apa kesukaan anak tersebut dan mencoba memahami apa yang menjadi masalah si anak. wawancara juga digunakan untuk melakukan wawncara kepada orangtua si anak guna mendapatkan data.

Berdasarkan pengaplikasian teknik wawancara diberbagai bidang tersebut dapat terlihat wawancara sangat diperlukan untuk mendapatkan data dengan kemungkinan manipulasi yang kecil dibandingkan dengan tes tertulis yang mana di jaman sekarang ini banyak bocoran nya di internet. Wawancara juga merupakan skill yang harus terus digunakan agar lebih tajam dalam melakukan wawancara.



DAFTAR PUSTAKA


Alwasilah, A. C. (2002). Pokoknya kualitatif: Dasar-dasar merancang dan melakukan penelitian kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Esterberg, K. G. (2002). Qualitative methods in social research. Boston: McGraw-Hill.
Ivey, A. E., Ivey, M. B., & Zalaquett, C. P. (2010). Intentional interviewing and counseling: Facilitating client development in a multicultural society (7th ed.). Belmont, CA: Cengage Learning.
Sukandarrumidi. (2004). Metodologi penelitian: Petunjuk praktis untuk peneliti pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

10 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar