Selasa, 25 Maret 2014

"My Life is My Story" (Miyunda Anastasia)

Judul ini saya angkat untuk mengulas pembahasan mengenai Social History pada hari Kamis, 20 Maret 2014...
Baiklah... mari kita masuk ke sebuah cerita...

"Nama saya adalah Erika. Saya lahir dan dibesarkan di Jakarta. Saya memiliki tiga orang kakak dan ketiganya adalah laki-laki. Orang tua saya berasal dari Kalimantan Barat. Orang tua saya merantau ke Jakarta untuk membangun sebuah usaha dan mengembangkan usaha tersebut. Saya tinggal bersama kedua orang tua dan kakak terakhir saya. Kakak pertama dan kakak kedua saya sudah menikah. Sehingga, mereka tinggal di rumah masing-masing bersama dengan keluarganya. Sedangkan, kakak terakhir saya belum menikah dan ia masih bekerja di suatu perusahaan swasta."

Cerita di atas menggambarkan aspek social history dalam konteks family history. Penting bagi kita untuk mengetahui asal usul keluarga klien, melihat tempat klien dilahirkan dan dibesarkan, pola komunikasi antar keluarga, dengan siapa klien tinggal di rumah, dan sebagainya. Untuk membuat pola mengenai susunan keluarga, kita dapat menggunakan suatu sketsa yang disebut Genogram (dikembangkan oleh Murray Bowen). Genogram ini membuat kita mudah untuk memahami posisi klien di dalam keluarga dan mengetahui keadaan keluarganya.



"Selanjutnya, pendidikan terakhir saya adalah S1 Ekonomi Universitas X. Selama sekolah, saya mendapatkan nilai dan prestasi yang sangat memuaskan, baik di dalam bidang akademik maupun non akademik. Selama saya sekolah, saya cenderung individualis. Kalaupun membentuk kelompok, saya akan membentuk kelompok yang anggotanya hanya terdiri dari 2-3 orang saja."

Berdasarkan cerita di atas, kita juga dapat menggali informasi mengenai latar belakang pendidikan klienInformasi mengenai pendidikan akan menunjukkan seberapa baik klien tampil secara akademis. Selain itu, kita juga tidak hanya mendapatkan informasi tentang pendidikan klienAkan tetapi, kita juga dapat melihat bagaimana proses sosialisasi klien dengan teman-temannya di sekolah.


"Saya bekerja di sebuah Bank ternama di Indonesia yang terletak di Jakarta Barat. Saya bekerja di Bank tersebut sebagai seorang akuntan selama 5 tahun. Sejak dahulu, saya menyukai dunia ekonomi terutama akuntansi. Saya sangat mencintai pekerjaan ini dan merasa nyaman dengan pekerjaan yang saya lakukan."

Dari cerita di atas, kita juga dapat memberikan pertanyaan untuk menggali informasi mengenaioccupational training/job history yang dapat menggambarkan kesuksesan klien di dalam pekerjaannya, bagaimana sikap klien terhadap pekerjaannya, apakah pekerjaan tersebut sesuai dengan minat klien atau tidak. Dalam menanyakan occupational training/job history sebaiknya kita menanyakan dengan kalimat "Apa kesibukan Anda setiap hari?." Hal ini ditujukkan agar orang yang tidak bekerja (pengangguran), tidak merasa tersinggung.


Kemudian, kita juga dapat menggali informasi dari klien mengenai status pernikahannya (single, married, divorce, widow, or widower) yang biasanya dapat kita termukan di dalam form yang telah diberikan kepada klien sebelum sesi wawancara. Selanjutnya, penting bagi pewawancara untuk menggali hubungan interpersonal klien (mungkin terhadap teman, teman kerja, atau tetangga), aktivitas rekreasi yang disukai klien, menanyakan sexual history pada klien (preferensi seksual, praktik seksual, fungsi seksual, masalah seksual, orientasi seksual, penyakit menular seksual, dan penyalahgunaan seksual), menanyakan latar belakang medis klien (meliputi rawat jalan, riwayat rawat inap, riwayat operasi, masalah kesehatan gigi dan mulut yang serius, ahli kesehatan/dokter yang sering dikunjungi, last medical check up, nama dan dosis obat-obatan yang dikonsumsi), latar belakang gangguan psikiatris atau menjalani psikoterapi (jika ada), legal history (apakah klien tersebut pernah berurusan dengan hukum), penggunaan atau penyalahgunaan alkohol dan zat, serta penggunaan atau mengonsumsi nikotin dan kafein.

Jika kita mampu mendapatkan informasi mengenai berbagai topik di atas, maka kita dapat melihat asal-usul dari gangguan yang dialami klien. Sebab, masalah yang dihadapi oleh klien tidak hanya disebabkan oleh faktor bawaan (nature) saja. Akan tetapi, lingkungan klien (nurture) sangat berperan dalam munculnya masalah pada klien. Setiap orang memiliki cerita kehidupan yang berbeda. Ada beberapa hal penting yang dapat kita lakukan untuk melakukan wawancara mengenaisocial history dengan baik:
  1. Dengarkan apa yang klien katakan pada kita. Sebab, hal ini akan memberikan arah kepada kita untuk membuat pertanyaan lebih lanjut.
  2. Jika kita harus berbicara, maka katakan atau tanyakan sesuatu yang penting. Pertanyaannya harus relevan dan berguna.
  3. Sadari bahwa kita sedang melakukan wawancara, bukan menginterogasi orang. Sebab, jika kita terlihat sedang menginterograsi klien, justru klien akan merasa tertekan dan menyembunyikan hal yang penting karena klien takut membicarakan hal yang sesungguhnya.
  4. Pewawancara harus memmiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini datang secara alami dan spontan. 
  5. Kita tidak dapat mengingat semua cerita klien. Akan tetapi, kita dapat mengingat apa hal-hal yang penting dari cerita klien. Mungkin kita bisa membawa catatan-catatan kecil untuk menulis informasi yang penting dari cerita tersebut.
  6. Sadari dan hati-hati dengan perbedaan budaya.
  7. Ajak klien kita untuk bercerita secara jelas dengan probing yang baik.


 "Kamu adalah penulis dari kehidupanmu sendiri. Jadi, tulislah cerita kehidupan yang baik bagi dirimu dan tulislah kata 'kebahagiaan' di akhir halaman dari ceritamu itu." (#myinspiration)

24 Mar 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar