1. Kemampuan Membina Rapport
Rapport is a warm. Lingkungan yang nyaman dan hangat dapat mendorong klien untukberbicara dengan bebas dan jujur tentang topik apa pun yang relevan dengan wawancara. Senyum hangat, sambutan yang bersahabat, jabat tangan, percakapan kecil merupakan salah satu hal kecil yang dapat membuat klien bisa berbicara dengan jujur dan nyaman, akan tetapi jangan lupa untuk memperhatikan budaya sang klien agar pertanyaan yang dilontarkan tidak bersinggungan dengan budaya yang dimiliki oleh klien. Hindari raut muka datar. Raut muka yang datar akan membuat klien merasa kita tidak memperdulikan atau tidak mendengarkan apa yang dibicarakan oleh klien. Akan tetapi, sebagai i-ter jika memberikn ekspresi kepedulian serta ketertarikan akan membuat i-teemerasa nyaman untuk berbicara. I-teeakan merasa i-ter mendengarkan dan memperdulikan apa yang i-teebicarakan, sehingga i-tee akan merasa nyaman untuk berbicara.
Jangan menampakkan wajah yang ‘judgemental’. Apapun yang klien bicarakan dengarkan dengan baik dan seksama, jangan menampakkan wajah yang membuat klien tersudut akan cerita yang dibicarakan oleh klien, meskipun hal tersebut merupakan hal yang sangat buruk. Klien sudah sangat baik jika ingin membahas hal-hal yang menyakitkan bagi klien, maka menampakkan wajah yang ‘judgemental’ justru akan membuat klien tidak akan mau lagi membahas masalah tersebut,
Perhatikan karakteristik ruangan, termasuk sediakan kursi dengan tinggi setara (tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah kedudukannya). Maksud dari hal tersebut adalah jadi klien tidak merasa lebih tinggi dari i-ter dan tidak merasa rendah dibandingkan i-ter. Sehingga jika kursi dengan tinggi yang setara, klien akan merasa setara juga dengan i-ter tidak merasa lebih rendah atau lebih tinggi dibandingkan dengan i-ter.
Jangan menerima telepon dan hindari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya percakapan, agar dapat memusatkan perhatian sepenuhnya dan secara tulus menunjukkan ketertarikan dengan perkataan klien.
2. Emphaty
Pada saat wawancara, i-ter perlu memahami, menerima dan tdiak menghakimi klien. Apapun yang diceritakan oleh klien, i-ter tidak boleh memandang secara satu mata saja. Dengan berempati kepada klien maka akan meningkatkan kualitas wawancara yang dilakukan. Akan tetapi, empati yang dilakukan janganlah berlebihan. Empati berlebihan yang dimaksud adalah, jika pada saat klien bercerita dengan cerita yang menyedihkan hingga membuat klien menangis, sebagai i-ter jangan ikut terbawa suasana menjadi menangis juga. Sebagai i-ter haruslah fokus dengan cerita yang diceritakan oleh klien. Berikanlah tisuee ketika klien menangis untuk menandakan bahwa i-ter berempati, dan dengarkanlah cerita dari klien dengan seksama.
The key to this process is remaining focused on your client at all times.
3. Attending Behavior
Kunci dari attending behavior adalah mengurangi kuantitas bicara interviewer dan memberikan klien waktu untuk menceritakan tentang diri mereka.
You can’t learn about the other person or the problem while you are doing the talking!
(Role Play – bicara dan mendengar ><)
Sebagai i-ter harus fokus kepada klien dibandingkan fokus dengan diri sendiri. Perhatikan apa yang klien bicarakan, mengajukan pertanyaan, dan membuat komentar yang berhubungan dengan topikklien Anda.
4 4. Critical Dimensions of Attending Behavior
· Visual : Pattern of eye contact .
Tatap klien, jangan alihkan pandangan. Jika sulit pada saat melihat klien, coba melihat ke area segitiga bagian wajah atas (seperti dahi, tulang hidung, alis, dan pelipis).
· Vocal Qualities : Tone & speech rate.
Nada & kecepatan bicara Anda mengindikasikan seberapa besar ketertarikan dan rasa empati Anda terhadap cerita klien.
· Verbal Tracking : Following the client or changing the topic
Jangan mengubah tujuan pembicaraan yang telah ditetapkan sejak awal. I-ter harus peka dalam memilih pernyataan klien yang harus diberi perhatian khusus dan yang harus diabaikan agar wawancara tetap fokus pada tujuan awal. Body Language : attentive and authentic
4. Questioning technique
OPEN QUESTION
Klien lebih dibebaskan untuk mengekspresikan perasaannya. .
Open questions untuk mengelaborasi dan memperkaya cerita klien à Dapatkah Anda menceritakan lebih lanjut?
Open questions untuk memperjelas sudut pandang klien à Apa yang kamu maksud dengan menyakiti?
CLOSED QUESTION
Namun terkadang akan menjadi leading question dan membuat klien merasa konselornya memiliki agenda tertentu pada kliennya.
Closed question akan membuat klien menjadi terpengaruh dengan pemikiran konselor dan menjadi terdistorsi.
Contoh : “ Apakah anda marah?”
The Abuse of Question
• Being Intrusive
• Interrogating the client
• Controlling client explores
• Using ‘why’ questions
• Satisfying counsellor’s needs
Being Instrutive
Interrogating the client
Menanyakan hal yang bersifat personal dengan daftar pertanyaan yang sangat panjang akan membuat klien merasa ditekan dan diinterogasi.
Controlling client explores
Pertanyaan yang terus menerus ditanyakan akan membuat klien tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya.
Using ‘why’ questions
Pertanyaan ‘mengapa’ justru akan memunculkan rasionalisasi klien saja. Lebih baik menggunakan ‘Apa’, ‘Bagaimana’,
dan ‘Kapan’
Satisfying counsellor’s needs
Merefleksikan kembali hal yang telah dibicarakan akan membantu pewawancara untuk dapat memancing inti masalah klien tanpa bertanya terlalu banyak.
5. Observation Skills
Keterampilan Observasi berfokus pada 3 area
Ekspresi Wajah,
Bahasa Tubuh
Hindari stereotype
2. VERBAL Behavior
Sellective Attention :Perhatikan kata-kata yang ditekankan/diberi perhatian oleh klien
3. DISCREPANCIES & CONFLICT
Inkongruensi bisa mengindikasikan bahwa klien merasa tidak nyaman untuk mendiskusikan masalah tertentu atau bahwa klien tidak sepenuhnya bersikap jujur.
6. Active Listening Skills
Berikan jarak 10-15 detik untuk diam, jangan berbicara tanpa henti. Tetapi jangan terlalu lamakarena akan terlihat anda tidak tertarik atau tidak mendengarkan. Gunakan body language dan kontak mata namun jangan berlebihan. Gunak
an ‘hmm..’, ‘Ya…’, ‘oke..’, ‘lalu..’. Ulangi kata terakhir yang baru saja diucapkan i-tee dengan nada yang berbeda. Uraikan perkataan yang diucapkan oleh i-teesebelumnya Namun jangan terlalu sering melakukanparroting (mengulangi kata terakhir yang baru saja diucapkan i-tee) karena akan menimbulkan ketidaknyamanan pada klien. Lakukanlah kombinasi dengan menyampaikan kesimpulan dari apa yang dikatakan i-tee menggunakan bahasai-ter sendiri tetapi yang dapat dimengerti oleh i-tee. 18 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar