Selasa, 25 Maret 2014

Kind of Interview Setting - Interview Technicque (Raehan Armadewi)

langsung aja deh ke topik yang saya dan teman-teman kelas saya dapatkan minggu lalu. Yaitu mengenai teknik wawancara dalam setting klinis dewasa, klinis anak, PIO dan pendidikan. Saya akan coba mengulas apa yang saya dapatkan dari keempat setting tersebut.



Pertemuan presentasi pertama, yang mendapat giliran maju pertama kali adalah kelompok dengan setting klinis. Yap! Seru kalo udah ngomongin klinis, hehehe. Dan kelompok-kelompok tersebut beruntung sekali karena pada hari presentasi tersebut Bu Henny ada di kelas L

Ulas sedikit tentang teknik wawancara deh.. Mulai darimana yaaa. Definisi umumnya dulu deh :D

Teknik wawancara adalah suatu teknik yang diterapkan hampir pada seluruh profesi psikologi termasuk pada tingkat S1 Psikologi. Wawancara itu sendiri adalah suatu teknik pengumpulan data yang melibatkan proses tanya jawab antar dua orang atau lebih. Dimana bertujuan untuk mendapatkan data atau informasi. Tapi tunggu dulu, data atau informasi yang ingin didapatkan engga sembarang ditanyakan loh, karena pertanyaan pada wawancara sudah terstruktur dan tersusun rapi jadi engga asal-asalan nanya. Beda loh yaa antara curhat biasa dan wawancara :D



Kalo gambar diatas ini adalah contoh dari wawancara, kenapa? Karena intervieweratau pewawancara sudah menyiapkan dan tahu apa yang ingin ditanyakan kepadainterviewee atau orang yang diwawancarai. Beda sama curhat yang menanyakan apa saja tanpa harus menyusun rapi daftar pertanyaannya dan bisa kapan aja buat curhat, tapi kalo wawancara engga karena harus membuat schedule dan dilakukan melihat keadaan. Udah jelas belum? Udah? Alhamdulillah, hehehe :p

Kelompok pada hari pertama menerangkan tentang teknik wawancara dalam setting klinis anak dan dewasa. Lumayan banyak hal yang bisa saya dapat sih pada hari itu, beberapa hal yang bisa saya ulas kembali yaitu…

Dalam melakukan teknik wawancara jelas berbeda terhadap klien klinis dewasa dan klien klinis anak. Karena klien yang diwawancara sangat jelas berbeda pada umur mereka.

Perbedaannya adalah pada klinis anak, kita ngga bisa langsung untuk mewawancarai anak tersebut. Biasanya anak diajak bermain terlebih dahulu kemudian sembari anak itu bermain maka psikolog dapat membina rapport dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kegiatan sehari-harinya. Membina rapport pada anak bertujuan agar anak tersebut merasa nyaman dan tidak malu diajak berbicara. Nah, mewawancarai klien anak juga ngga bisa dikasih pertanyaan-pertanyaan yang berat yang biasanya diajukan sama klien dewasa, caranya juga beda.. 




Sedangkan pada klinis dewasa kita dapat melakukan wawancara langsung, karena pemikiran pada orang dewasa lebih konkrit dibandingkan anak-anak. Selain itu perbedaan lainnya adalah dalam intonasi, gaya bahasa dan cara bertanya juga berbeda. Dalam menangani permasalahan pada anak, informasi tidak cukup hanya berasal dari anak yang bersangkutan tetapi wawancara juga dilakukan kepada orangtuanya. Sedangkan pada orang dewasa apabila klien bisa diajak kooperatif dalam wawancara maka informasi bisa saja sudah cukup dari yang bersangkutan.



Kendala-kendala yang dialami selama wawancara relatif sama antara klinis anak dan klinis dewasa. Kendala-kendala tersebut seperti, klien yang aktif, klien yang pasif, klien merasa tidak bermasalah dan keluarga yang tidak supportif. Penanganannya pun kurang lebih sama. Tetapi dalam hal menangani anak harus lebih sabar dan kreatif seperti membina rapport dengan mengajaknya bermain. Jadi, ingat yaa! MembinaRAPPORT pada klien mau klien dewasa dank klien anak itu sangat-sangat PENTING untuk pewawancara.

Cukup yaa untuk setting klinis dewasa dan klinis anak. Sekarang mulai membahas teknik wawancara dalam setiing PIO dan pendidikan. Jujur sih, tidak menangkap banyak tapi boleh lah diulas ^_^

Dalam area PIO, wawancara sering digunakan oleh Human Resource Development(HRD) untuk proses seleksi dan rekruitment serta penempatan tenaga kerja. Selama proses rekruitment seseorang calon tenaga kerja diwawancarai hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dan pekerjaan yang dibutuhkan; meliputi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengalaman sebelumnya, hal-hal apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya, dll. Demikian pula dalam proses seleksi, wawancara digunakan untuk memilih tenaga kerja yang sudah ada untuk ditempatkan, ditempat yang sesuai kompetensi yang dimilikinya. Karena setiap pekerjaan ada tanggung jawab yang harus dipikul, wawancara ini tujuannya untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai orang yang akan menjadi tenaga kerja agar dapat bekerja secara produktif. 







Dalam area pendidikan, wawancara digunakan untuk membantu masalah-masalah kesiswaan meliputi masalah akademis maupun non-akademis. Wawancara di pendidikan umumnya dilakukan oleh guru bimbingan konseling (BK).

Wawancara dalam lingkup akademis digunakan untuk membantu masalah-masalah seperti menggali apa penyebab menurunnya prestasi akademik dari seorang siswa, membantu siswa dalam menentukan jurusan yang akan diambil sesuai bakat dan minatnya.

Dalam lingkup non-akademis, wawancara digunakan untuk membantu masalah-masalah seperti kenakalan siswa contohnya masalah membolos, bullying dan masalah terlambat, menggali informasi mengenai mengapa siswa-siswa tersebut melakukan masalah tersebut. Sehingga wawancara dalam lingkup pendidikan penting untuk membantu perkembangan siswa baik secara akademis maupun non akademis.

10 Mar 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar