Jumat, 28 Maret 2014

Cerita dibalik dunia psikologi (Rismauli Pratiwi Hutahaean)


Sebelumnya, saya ingin memberikan suatu pandangan..

“Seringkali kita hanya melihat apa yang ingin kita lihat, dan mendengar apa yang ingin kita dengar

Saya pernah membaca mengenai kutipan yang diatas, bagaimana dengan anda sekalian? bagaimana tanggapan anda mengenai kutipan tersebut? apakah setuju? atau itu sering terjadi dalam kehidupan anda?

Saya pribadi, saya sangat setuju mengenai kutipan tersebut karena hal tersebut memang nyata dan baik sengaja atau tidak sengaja sering sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan juga sering saya lakukan dengan sengaja. Contohnya, yah, kenapa? terkadang saya masih egois, masih mementingkan kepentingan saya. Saya hanya melihat dan mendengar apa yang penting saja untuk diri saya saja. Padahal, ada banyak hal yang harus saya lihat, sekeliling dan sekitar saya. Melalui kutipan yang sederhana itu, saya mulai belajar untuk melihat dan mendengar. Belajar membuka mata dan telinga saya. Belajar untuk Lebih Peduli, melihat apa yang ada disekitar saya, lebih berempati. Dengar, tidak hanya menjadikan oranglain untuk mendengarkan keluhan saya, tapi saya juga harus mendengarkan apa yang oranglain katakan dan apa yang mereka inginkan dari saya. 

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup dengan sendiributuh oranglain untuk menolong dan membantunya. Dan sekuat-kuatnya serta setegar-tegarnya orang, pasti ada titik dimana dia sudah lelah dan tidak sanggup lagi untuk menghadapi masalah itu. 
Contohnya saja dalam kehidupan saya, saya punya opung doli (panggilan untuk orangtua dari papa dalam bahasa batak), beliau adalah orang yang hebat dan kuat, semua pekerjaan dia lakukan dengan sendiri dan tidak pernah mengeluh pada anak dan cucunya. Bahkan, ketika sakit, beliau berusaha untuk menutupinya dan pergi sendiri ke klinik terdekat. Saya sangat kagum beliau dan bagi saya, beliau merupakan salah satu tokoh panutan saya. Tapi, saya baru menyadari bahwa beliau yang selama ini saya anggap kuat, punya sisi lemah juga. Hal ni terjadi ketika opung boru (isteri opung doli) saya meninggal. Bayangkan saja, orang yang dulu jarang sakit, ketika orang yang disayang sudah pergi, beliau jadi mudah sakit-sakitan, tidak bergairah untuk pergi olahraga, hanya berdiam diri dirumah,dan singkat cerita setelah satu tahun kemudian beliau juga dipanggil Tuhan karena sakit.
"Kita tidak bisa mengubah masa lalu. Kita tak bisa mengubah sesuatu yang tak bisa dihindari. Satu hal yang bisa kita lakukan adalah berpegang pada tali yang kita punya. Dan itu adalah perilaku yang benar." 
(Charles R Swindoll)



Sekarang, saya percaya bahwa setiap orang juga perlu yang namanya TEMAN. Dimana teman itu bisa dijadikan sahabat. Teman untuk berbagi rasa sedih, suka, dan duka. Teman yang dapat memberikan semangat dan buat nyaman. Teman yang memberikan yang memberikan kritik saat ada perilaku dan kata-kata yang salah. Atau bahkan Teman untuk dijadikan pasangan hidup, memberi kasih dan cinta (pacar), seperti lagu dari zigas Sahabat jadi Cinta.  :P

Psikolog juga bisa dijadikan teman, karena psikolog merupakan tempat untuk berbagi keluh-kesah dan memberikan arahan (jalan keluar dari masalah). Jangan pernah berpikir bahwa psikolog itu enak dan mudah seperti sebuah makanan yang siap dilahap. Tapi, menjadi psikolog yang benar-benar psikolog itu sangat susah. Bayangkan saja, ketika psikolog tersebut sedang menghadapi masalah, tetapi harus menangani dan mendengarkan masalah kliennya seperti apa rasanya?
Kelas Teknik Wawancara pun hadir kembali dengan nuansa dan suasana yang lebih menarik. Pada pertemuan ketiga berlangsung pada tanggal 20 Februari 2014. Pokok bahasan yang dibahas adalah aplikasi wawancara dalam setting klinis dewasa dan anak. Kebetulan kelompok saya termasuk didalamnya untuk mempresentasikan hasil wawancara dengan praktisi bagian psikolog anak. Dan lebih kebetulan lagi, saya memang menaruh minat pada bidang klinis. Ceritanya setelah mewawancarai psikolog, kami ada sesi mengintrogasi psikolog untuk bercerita mengenai kesan dan pengalamannya selama menjadi psikolog anak. Waktu itu, kelompok saya melakukan wawancara dengan psikolog tersebut disalah satu klinik anak tempat beliau bekerja, didaerah cawang. 

Jadi, beliau punya pengalaman mengenai seorang anak yang sulit sekali diajak berbicara, tidak mau ngomong. Ada lagi pengalaman saat lagi memberikan konseling secara pribadi, ibu dari anak tidak mau keluar ruangan, ibu tersebut memaksakan diri untuk ikut dan sibuk menjawab pertanyaan yang diberikan psikolog, padahal pertanyaan tersebut bukan ditujukan padanya. 
Tips dan cara jitu yang dilakukan psikolog adalah sabar, senyum, dan berbicara baik-baik kepada pihak tersebut. Menyampaikan maksud dan tujuannya kenapa ingin ditinggalkan hanya berdua saja. Namun, ketika klien yang ingin diberikan konseling hanya berdiam diri seperti batu, bisa dilakukan teknik basa-basi, ajak ngobrol yang ringan dan diajak santai, ajak menggambar, atau bisa juga dilakukan metode observasi.

"Efektif artinya dapat menggunakan suatu cara pada situasi yang tepat"


Nah, bila digabungkan dari hasil diskusi dengan psikolog kelompok saya dengan semua presentasi dikelas, serta dari tambahan menurut Ci Tasya, ada banyak hal yang tidak bisa saya lupakan, salah satunya adalah HATI..
Psikolog itu HARUS PUNYA HATI.. 
Hati yang benar-benar tulus untuk membantu dan menolong tanpa mengharapkan imbalan atau dibayar. Menjadi psikolog bagian klinis buat membuat orang menjadi kaya materi, tapi kaya kasih dan cinta.. Marilah menjadi pendengar yang baik..

"Seorang pendengar yang baik mencoba memahami sepenuhnya apa yang dikatakan orang lain. Pada akhirnya mungkin saja ia sangat tidak setuju, tetapi sebelum ia tidak setuju, ia ingin tahu
dulu dengan tepat apa yang tidak disetujuinya."
(Kenneth A. Wells)



Kata itu tidak mengandung arti dan makna yang besar, tapi ketika sudah membentuk sebuah kalimat, mengandung makna yang luar biasa setiap unsur katanya. Kata tersebut juga bisa mengubah jalan pikiran seseorang, bisa menuju jalan yang benar atau malah menjerumuskan dalam dunia gelap. Kata yang baik adalah kata yang bijak. Setiap kata yang keluar dari mulut, apalagi yang disampaikan oleh seorang psikolog, sangat dapat dipercaya hingga mempengaruhi tindakan orang. Jadi, gunakan KATA dengan BIJAK. Buatlah KATA-KATA yang MEMBANGUN, MEMOTIVASI, MENOLONG, dan MENGUBAHNYA KEJALAN YANG TERANG.

Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya adalah SIKAP dan SENYUMANJangan samakan sikap dan perilaku kita (kelak menjadi psikolog) jika berhadapan dengan anak kecil dan orang dewasa.  Bangunlah rapport yang baik dengan mereka. Kemudian, membina hubungan yang lekat dan buat mereka percaya dan nyaman berada didekat kita. Intinya mengkondisikan posisi itu semua pada saat yang tepat dan benar. Jangan menggunakan bahasa yang tidak dimengerti. Tidak mungkin bahasa yang dipakai ketika berhadapan dengan anak usia tiga tahun dengan bahasa yang formal sambil berkata, "Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu? apa yang anda rasakan?". Ketika kalimat itu sudah selesai diucapkan psikolog, yang ada anak tersebut hanya diam terpaku dan bingung mau jawab apa. Namun, bersikaplah seperti apa yang diinginkannya, buatlah suasanya jadi santai dan tidak tegang.Dan tetaplah tersenyum. Jangankan anak kecil, saat sedang dijalan saja ketika sudah melihat tampang orang yang tidak senyum kepada kita, kita sudah ketakutan dan malas untuk berbicara dengannya, apalagi anak kecil?

"KUASAI DAN KENALILAH TERLEBIH DAHULU SIAPA DIRIMU SENDIRI DAN BELAJARLAH UNTUK MECOBA MERASAKAN APA YANG ORANG LAIN RASAKAN"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar