Banyak
dari kita yang sudah tidak asing lagi dengan kata engagement. Biasanya kata ini
identik dengan hubungan sepasang kekasih yang semakin serius. Namun, apabila
kata engagement ini dihubungkan dengan pekerjaan, mungkin akan terdengar aneh.
Jadi apakah sebenarnya work engagement itu? Mungkin di antara kita sebenarnya
pernah atau bahkan sering melakukan work engagement. Pikiran positif, ingin
menyelesaikan hal yang berhubungan dengan pekerjaan ditandai dengan semangat,
dedikasi, dan keasyikan (Schaufeli, Salanova, González-Romá, & Bakker,
2002)
Kondisi
mengerjakan sesuatu yang kita minati yang membuat kita lupa akan waktu, lupa
apakah sebelumnya sudah makan atau belum, atau mungkin lupa tidur. Kondisi ini
terkadang membuat kita merasa waktu berlalu begitu cepat. Individu mana pun
yang memiliki work engagement dengan pekerjaannya, biasanya akan memiliki
performa yang baik dalam bekerja. Hasil yang diberikan pun biasanya adalah
hasil terbaik yang ia miliki. Berbeda dengan individu yang tidak memiliki work
engagement. Individu ini akan memberikan performa yang biasa saja atau
cenderung buruk. Hasil yang diberikan pun bukanlah hasil yang terbaik, namun
hasil yang apa adanya.
Work
engagement memang bersifat internal, dalam setiap individu pasti berbeda-beda.
Mungkin Anda menyukai otomotif, maka Anda akan sangat mencintai pekerjaan yang
berhubungan dengan otomotif. Atau saya, saya suka mengajar anak-anak. Maka saya
akan sangat mencintai pekerjaan saya mengajar anak-anak saat ini. Namun, tak
dapat dipungkiri, akan ada hal-hal eksternal yang akan memengaruhi performa dan
hasil yang kita berikan pada pekerjaan kita. Tetapi, selama pekerjaan itu kita
cintai dan dukungan eksternal pun baik, maka performa dan hasil yang kita
berikan akan maksimal.
Memang di
zaman sekarang, untuk menemukan karyawan atau individu yang memiliki work
engagement tidak mudah. Karena tuntutan pekerjaan yang berbeda-beda dan
kebutuhan yang berbeda-beda. Namun, work engagement dapat muncul apabila
pekerjaan yang saat ini ditekuni mirip dengan apa yang diminati. Sebagai contoh,
saya sangat menyukai anak-anak. Hal ini sudah tertanam dalam diri saya bahkan
sejak saya berusia 8 tahun. Begitu pun sebaliknya, anak-anak menyukai saya.
Saat ini
saya bekerja di suatu bimbingan belajar dan saya mengajar anak tingkat SD-SMP.
Sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh saya bahwa saya akan menjadi guru
bahkan di suatu bimbingan belajar karena saya tidak merasa mampu menjelaskan
dengan baik. Namun nyatanya, setelah hampir satu tahun saya bekerja di sana,
anak-anak yang saya ajar menyukai saya dan saya merasa begitu mencintai
pekerjaan ini. Bahkan, saya tidak pernah menyangka bahwa anak yang saya ajar
memiliki peningkatan dalam nilai pelajarannya. Saya pun tidak pernah
terpikirkan untuk memiliki cita-cita menjadi guru di sekolah formal. Namun saat
ini, itulah yang menjadi impian saya setelah lulus kuliah nanti.
Pengalaman
saya tersebut merupakan contoh bahwa work engagement akan muncul walaupun
sebelumnya tidak disadari oleh individu, apabila pekerjaan itu meliputi
bidang-bidang yang diminati. Jangan pernah meminta saya untuk bekerja di bidang
seni karena saya akan merasa sangat menderita untuk mengerjakan hal itu. Karena
seni bukanlah hal yang saya minati. Begitulah individu yang tidak memiliki work
engagement. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda individu yang memiliki work
engagement?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar