Jumat, 27 September 2013

Client's Social History (Claudia Deiny Irawan)

     Inspirasi yang mendasari penulisan artikel ini bersumber dari kelas teknik wawancara yang saya ikuti minggu lalu di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Topik bahasan pada kelas tersebut adalah mengenai social history.  Pembahasan mengenai social history mencakup mengenai riwayat keluarga klien, riwayat pernikahan klien, riwayat pendidikan klien, hubungan interpersonal, hingga riwayat seksual yang dimiliki oleh klien. Social history merupakan bagian terpenting di dalam proses wawancara yang dilakukan oleh psikolog dengan kliennya. Mengapa demikian? Karena dari wawancara mengenai social history yang dimiliki oleh klien, psikolog mendapatkan informasi-informasi yang sekiranya dibutuhkan untuk membantuklien dan juga gambaran permasalahan yang dimiliki oleh klien.
     Klien yang datang kepada seorang psikolog pada umumnya memiliki permasalahan pribadi maupun permasalahan pada kesehatan mental yang tidak dapat klien selesaikan seorang diri. Dari semua pembahasan mengenai social history tersebut, yang menjadi sorotan utama saya adalah mengenai riwayat keluarga klien. Permasalahan mental yang diderita oleh klien ternyata mungkin saja diturunkan oleh keluarga klien. Oleh sebab itu, penting bagi seorang psikolog untuk mengetahui asal-usul keluarga klien berserta dengan penyakit atau gangguan mental yang diderita. Jika klien memiliki riwayat gangguan kesehatan mental pada salah satu anggota keluarganya, maka kemungkinan hal tersebut menurun kepada klien akan menjadi semakin besar. Pertahanan mental klien saat "diserang" oleh permasalahan mungkin saja kurang kuat karena adanya riwayat tersebut sehingga memicu berbagai macam permasalahan mental seperti rentan merasa frustasi, atau depresi. 
     Selain itu, yang menarik perhatian saya selanjutnya adalah pembahasan mengenai hubungan interpersonal yang dimiliki oleh klien. Topik ini menarik perhatian saya karena ternyata po;a hubungan interpersonal yang dimiliki oleh klien pada kesehariannya dapat menjadi tolak ukur mengenai gambaran kepribadian yang dimiliki oleh klien. Pola asuh orang tua pada masa kanak-kanak klien juga dapat berpengaruh pada pola hubungan interpersonal klien.Contohnya adalah jika seorang anak tidak diijinkan keluar rumah dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya karena larangan dari orang tua anak tersebut, maka kemungkinan anak tersebut tumbuh dewasa dengan tidak memiliki kecakapan dalam membina hubungan atau relasi yang baik dengan orang lain. Ini penting untuk diketahui atau ditelusuri oleh psikolog, karena mungkin saya berpengaruh terhadap penyebab permasalahan yang dimiliki oleh klien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar