Beberapa waktu yang lalu, para mahasiswa/i psikologi UNTAR mengadakan penelitian kecil-kecilan di bidang psikologi sosial. Mereka membeirkan saya kuesioner yang berisikan nama-nama etnis yang terdapat pada belahan-belahan bumi Indonesia. Terdapat juga skala yang menandakan sejauh mana hubungan yang saya “izinkan” terjadi antara saya dengan etnis tersebut, antara lain adalah teman, rekan kerja, tetangga, dan suami/istri. Hasilnya cukup mengejutkan bagi saya, karena bagi saya sendiri pun, saya menyadari bahwa dari sekian banyak etnis yang dihadapkan kepada saya, hanya 3 etnis saja yang saya tandai bahwa saya menyetujui mereka untuk menjadi istri saya. Tidak sedikit etnis yang saya tandai bahwa saya hanya ingin mereka menjadi tetangga, atau rekan kerja. Bagaimana dengan anda? cobalah membuat list akan etnis-etnis yang terdapat di Indonesia, kemudian berikanlah rating kepada mereka. Berapa banyak etnis yang anda “izinkan” menjadi suami/istri anda?
Meskipun begitu tidak sedikit juga orang yang telah melakukan hubungan antar ras, atau interracial. Biasanya anak dari hasil persilangan antar ras akan membawa kode-kode genetik dari masing-masing etnis. Akan tetapi bukan hal itu yang ingin saya bicarakan, melainkan bagaimana cara hubungan antar ras bisa bertahan. Tentu saja diperlukan kadar toleransi yang luar biasa dari kedua belah pihak dalam menjalankan rumah tangga yang berbeda ras. Kebutuhan mereka akan melakukan adat istiadar mereka, mengunjungi rumah orangtua mereka, dan bagaimanakah anak mereka kelak? tentu saja salah satu pihak harus mengalah agar anak mereka memiliki identitas yang jelas. Harus ikut Ibu atau Ayahkah ia? Karena itu pikirkanlah hal-hal itu dari sekarang jika anda ingin melanjutkan hubungan serius dalam hubungan antar ras anda. Agar anda tidak menemui masalah-masalah baru di hari esok kelak.
25 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar