Mendengar kata “Pernikahan” menurut saya
pernikahan tidak hanya diartikan hidup bersama dalam satu rumah, menjalin
keintiman, memiliki anak, atau lainnya. Tetapi lebih kepada menjalin suatu
komitmen bersama atas dasar CINTA dan KASIH SAYANG. Saling menyayangi, melengkapi, bertanggung
jawab, dan dibuahi melalui “ anggota“ baru dalam kebersamaan.
Orang-orang (terutama orang yang sudah menikah)
sering mengatakan bahwa harus “jeli” dalam
memilih pasangan, tidak hanya didasari rasa suka
atau senang, atas dasar kompak atau kesamaan selera, atau bahkan untuk memenuhi
kebutuhan seksual, tetapi juga harus dipertimbangkan atas dasar “bibit-bebet-bobot”
keturunannya yang dapat diteruskan melalui genetika (tidak hanya kelainan
genetika, penyakit, dan lain-lain yang dapat diturunkan atau diteruskan, tetapi
karakter dari keluarganya juga dapat diteruskan atau diturunkan ke generasi
selanjutnya). Maksudnya jika orang tua atau nenek moyangnya memiliki karakter
jelek, bisa dimungkinkan karakter tersebut dapat diturunkan ke generasi
berikutnya (karakter telah mendarah daging).
Banyak keluarga yang setelah menikah berahkir
pada perceraian, padahal mereka saling menyanyagi dan mencintai satu sama
lainnya, tetapi mungkin karena faktor "bibit-bebet-bobot" yang tidak
diketahui karena kurang "jelinya" dalam mencari pasangan, yang
menjadikannya berakhir di perceraian. Seperti yang dialami oleh tetangga saya,
mereka baru menikah satu bulan lamanya, menjelang bulan kedua pernikahannya
mereka baru mengetahui bahwa dahulu ayahnya sering menghamili wanita lain
"free sex" karena takut suaminya juga memiliki pengalaman yang sama
dengan ayahnya, maka berakhir-lah dengan perceraian.
Kebanyakan orang dalam memilih pasangan hanya dilihat
dari segi fisik “ganteng atau cantik” dari segi ekonomi “kaya atau misikin” dan
lain-lain dari aspek yang dapat berubah. Menurut saya penampilan dan segi
ekonomi itu hal yang penting dan patut untuk dipertimbangkan, tetapi itu berarti
dalam memilih pasangan hanya didasarkan
akan “haus” kesempurnaan yang dapat berubah dikemudian hari. Maksdunya sekarang
mungkin orang yang kita pilih memiliki fisik yang baik, tetapi seiring berjalan
waktu (penuaan) pasti berubah, begitu pula ekonomi, mungkin saat ini orang yang
kita pilih memiliki ekonomi yang baik (material), tetapi tidak tutup kemungkinan
hal tersebut berubah (bukan berbicara untuk menyumpahi, tetapi real dalam kehidupan).
Maka dari itu dalam memilih pasangan banyak
aspek yang harus dipertimbangkan, terutama “bibit-bebet-bobot” orang yang kita pilih
dan keturunan keluarganya. Tidak hanya didasarkan akan “haus” akan hal-hal yang
dapat berubah. Hingga kelak tidak adanya rasa penyesalan dalam pernikahan,
melaiankan dapat harmonis dan abadi selamanya. 18 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar