Dibalik setiap psychological disorder pasti selalu ada sejarah yang
menyebabkan munculnya disorder tersebut. Sejarah itu sendiri nggak cuma
cerita mengenai kehidupan sejak ia lahir sampai sekarang saja. Ada
banyak sejarah yang dapat digali oleh kita melalui wawancara.
Sebenarnya kenapa kita harus menelusuri sejarah seorang pasien? Hal ini
akan membuat kita sebagai psikolog lebih mudah dalam mendapatkan
informasi yang sesuai mengenai asal mula kelainan dalam diri pasien.
Sejarah yang paling dekat dengan diri klien adalah family history. Dari sejarah keluarga klien, kita bisa melihat apakah sebelumnya ada seseorang di dalam keluarganya yang juga memiliki mental disorder yang
sama dengan diri klien. Selain itu pola asuh dalam keluarga juga
penting. Pola asuh itu pelan-pelan dapat membentuk pribadi anak, yang
nantinya akan berdampak ketika dia sudah besar. Pola asuh keluarga juga
mempengaruhi anak dalam berinteraksi di dalam dunia sosial. Hal penting
lainnya yang sangat membantu adalah genogram. Genogram dapat membantu
psikolog untuk melihat silsilah keluarga pasien.
Setelah dari keluarga, anak tentu harus menjalani dunia pendidikan.
Karena itu, sejarah yang kedua dekat dengan seseorang adalah educational history.
Dunia pendidikan juga membantu perkembangan dan pembentukan kepribadian
anak. Dunia pendidikan berarti sekolah juga merupakan tempat bagi anak
untuk belajar proses sosialisasi dengan orang. Sekolah adalah tempat
paling dasar untuk belajar bersosialisasi. Kalau dari awal saja sudah
susah ngomong dengan orang lain, ke depannya mungkin juga akan mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kalau susah
berkomunikasi dengan orang lain, tentunya anak akan sulit untuk
mendapatkan teman. Sedangkan manusia itu adalah mahkluk sosial yang
hobinya menjalin hubungan dengan orang lain. Di tahap perkembangan
Erikson juga telah dijelaskan kalau saat dewasa nanti kita akan melalui
yang namanya tahap intimacy vs isolation. Yang namanya sekolah memang tempat untuk belajar untuk semua orang. Jadi, belajarlah banyak-banyak di sekolah.
Setelah lulus dalam dunia pendidikan, sudah dapat gelar. Pikiran
selanjutnya adalah bekerja untuk menghidupi diri sendiri. Atau, supaya
gengsi aja. Kita kan nggak mau kalau teman-teman lain sudah kerja semua,
tapi kita doang yang jadi NEET. Jadi, tentunya sejarah yang dapat
digali berikutnya adalah job history. Sejarah ini dapat dilihat
dari CV yang nantinya akan diajukan ke perusahaan-perusahaan. Kalau di
CV tertulis bahwa ia suka ganti-ganti pekerjaan dan nggak tahan lama,
perusahaan mana yang berani untuk memperkerjakan dia. Kalau kerjanya aja
sudah nomaden, gimana bisa memberikan komitmen kerja di perusahaan yang
berikutnya. Menurut saya, kalau masih 1-2 tahun begitu dan alasannya
cuma mau cari pengalaman, masih bisa diterima. Tapi kalau uda masuk
dunia kerja selama 10 tahun tapi masih begitu juga, kayaknya nggak
tanggung jawab sekali. Selain itu, rasanya nggak tahan banting, deh.
Pekerjaan yang ia pilih juga bisa dipertanyakan kepada pasien. Apakah
memang keinginannya atau disuru sama orang tuanya? Kalau disuru sama
orang tuanya dan dia ngga betah, itu sih wajar aja dia suka
pindah-pindah kerjaan.
Setelah mapan, uda subur, tentunya seseorang akan berpikir untuk menikah supaya hidupnya makin bahagia. Marital history bisa
dijadikan salah satu sumber dalam wawancara dengan klien. Kita bisa
mencari tahu berapa kali ia menikah, apakah pernah bercerai, janda atau
duda. Selain itu, kita juga bisa bertanya apakah ia memiliki teman-teman
di luar sana. Dukungan dari orang-orang terdekat penting buat
seseorang. Soalnya yang namanya manusia nggak mungkin bisa hidup
sendiri. Tuhan menciptakan banyak manusia bukan supaya mereka bisa hidup
sendiri-sendiri. Tapi supaya kita semua bisa saling membantu.
Yang namanya manusia pasti memiliki hobi. Tanyakanlah kepada klien
bagaimana biasanya ia mencari kesenangan di waktu weekend atau liburan.
Lalu, bagaimana dengan kehidupan seksualnya? Hal-hal yang berbau seksual
itu sangan sensitif. Jadi, kalau bertanya yang mengarah ke arah seksual
berhati-hatilah. Jangan sampai salah ngomong. Selain itu, sejarah
medisnya juga bisa ditelusuri. Bagaimana sejarah medis seseorang? Apakah
ia pernah mengalami sakit parah yang mengharuskan dia keluar masuk
rumah sakit dalam jangka lama. Saya pernah baca. Orang-orang seperti
ini, mudah terganggu emosinya. Nggak cuma dia, tapi orang-orang
terdekatnya (keluarga), juga bisa terganggu emosinya. Pasti sedih kalau
melihat orang yang sangat kita sayangi harus sengsara. Selain sakit yang
memang benar-benar sakit. Ada juga yang masuk rumah sakit untuk
mengatasi masalah "obat-obatan". Selain itu, cari tahu juga, apakah ia
pernah mengalami mental disorder yang sama sebeumnya? Berapa lama?
Ternyata detail-detail kecil seperti hal-hal di atas dapat dijadikan
sebagai hal-hal penting dalam melakukan diagnosa terhadap klien. Selain
itu, juga membantu kemudahan dalam memperoleh asal-usul penyakit
seseorang. :)
23 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar