Hubungan intim dengan pasangan yang memiliki suku atau agama yang
berbeda?? Apakah itu menjadi sebuah masalah yang perlu dipertimbangkan??
Kuncinya adanya kecocokan dan merasa nyaman aja sih. Terlebih pada
dasarnya hubungan intim adalah suatu bagian yang paling mendasar dari
kehidupan manusia. Interractical Dating, walaupun budaya bisa
saling mempengaruhi pasangan, mulai dari budaya pasangan seperti
menjalani hubungan dengan yang paling sering kita temui saat ini, ialah
pasangan dengan beda agama, ada juga yang berbeda suku, misalnya salah
satu dengan suku tiong hua dan perempuannya bersuku jawa. Akan
membutuhkan tenaga ekstra untuk menyesuaikan antara satu budaya dengan
budaya lain. Namun itulah indahnya sebuah perbedaan, belajar saling
memahami, saling mengerti dan yang terakhir adalah saling bisa
menerima. Apakah untuk mencintai seseorang pula harus selalu "sama"?
Indahnya sebuah perbedaan itulah yang menjadi sebuah "cerita" hidup
untuk dibagikan kepada generasi kita selanjutnya. Dengan adanya
perbedaan dengan hubungan dengan pasangan dengan beda keyakinan maupun
beda suku, bukan menjadi alasan untuk tidak bisa hidup bersama. Saya
memiliki cerita mengenai sepasangan pasangan, yang notabenenya adalah
keluarga dekat saya sendiri. Keluarga saya adalah garis keturunan tiong
hua, cerita yang saya bagikan ialah tentang kakak laki-laki kedua dari
mama saya saat ini menikah dengan seorang wanita yang saya anggap
merupakan salah satu wanita yang saya kagumi, yang saya panggil kim-kim,
yaitu sebutan untuk istri dari paman saya. Tante saya ini memiliki suku
dan agama yang berbeda dengan kami, beliau seorang muslimah dan asli
jawa (jogja), dan saat ini paman saya itu sudah berpindah keyakinan
untuk menjadi seorang muslim.
Apakah sulit menjalani pernikahan dengan berbeda suku ditambah lagi dengan perbedaan keyakinan?
dengan sangat yakin saya menjawab "TIDAK", karena toleransi yang begitu
besar satu sama lain, dengan rasa saling menghormati, hubungan
pernikahan mereka terasa begitu indah. Adanya penerimaan dari kedua
pihak keluarga juga mendukung keharmonisan keluarga ini. Saya melihat
betul dengan, tante saya ini dengan hati yang sangat terbuka berusaha
memahami budaya, tradisi dan juga kebiasaan serta tabiat keluarga kami.
Bertanya banyak kepada mama saya, berusaha mendekatkan diri dengan
keluarga kami, bahkan untuk tradisi "imlek"pun dilakukan oleh tante saya
untuk menghormati suaminya. Sebaliknya paman saya juga akan mengikuti
puasa, sholat, dan juga mengikuti ritual-ritual agama muslim. Banyak
sekali toleransi yang tidak bisa saya deskripsikan, namun bisa saya
rasakan, dan saya bisa menjamin kalau itu tulus. Saat ini mereka telah
dikaruniai seorang anak laki-laki, mereka tetap menamai sepupu saya ini
dengan nama "marga" dari keluarga kami, dan dia dididik dengan perbedaan
budaya dari kedua orang tuanya. Cerita ini berani saya angkat sebab,
pasangan "sweet" ini, sudah saya kenal sejak mereka berpacaran, dan saat
itu saya masih duduk dikelas 5 Sekolah Dasar. Kehangatan keluarga
inilah yang banyak menginspirasi hidup saya. And i'm proud of them!!
Tidak selamanya perbedaan itu menyulitkan, namun perbedaan itu mengajari
kita indahnya memahami, mentoleransi, dan menerima. Tidak ada yang
tidak bersatu, jika tidak diawali dengan usaha.
25 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar