Jumat, 27 September 2013

Adult Sexual Relationship (Jeanne Khu Sanny)



     Setiap individu menjalani intimate relationship (hubungan yang intim), yang merupakan bagian mendasar dari kehidupan manusia. Hal ini dilakukan dengan seseorang dari  jenis kelamin yang berbeda maupun  jenis kelamin yang sama, hidup bersama lalu sampai pada jenjang pernikahan. Dan intimate relationship membuat pasangan merasa aman dan bahagia.
    
Namun bagaimana proses memiliki intimate relationship dengan seseorang? 


     Pertama adalah memilih pasangan. Memilih pasangan dapat dilakukan dengan dating. Pada dating tradisional, yang masih ada pada zaman sekarang, laki-laki menjemput pacarnya dan meminta ijin pada orang tua perempuan untuk pergi pada suatu event. Namun, ada juga hubungan yang memanfaatkan pasangannya untuk memanfaatkan dan memenuhi kebutuhannya.
     Hubungan antar pasangan pun dipengaruhi oleh perbedaan budaya, seperti ras. Hal ini disebut interracial dating. Contohnya adalah pasangan ras jawa dan batak. Orang jawa dikenal kaku, lembut dan disiplin, sedangkan orang Batak dikenal tegas, dan keras. Hendaknya masing-masing individu dapat saling memahami dan beradaptasi antar budaya di dalam keluarga.     
     Intimate relationship juga menimbulkan gairah dengan melakukan hubungan seksual. Dalam melakukan hubungan seksual dengan yang lebih tua, menurut penelitian menimbulkan kesehatan yang baik dan memperlambat proses penuaan baik fisik maupun psikis pada pasangan yang lebih tua.
     Dalam menjalani intimate relationship, pasangan menjalani hidup bersama namun belum menikah yang disebut kohabitasi. Hal ini berfungsi untuk menjaga komitmen, namun pada sisi negatif menimbulkan masalah pada hubungan kedepannya. Kohabitasi pada pasangan yang berbeda budaya dapat menimbulkan kesalahpahaman pada anak.


Pernikahan merupakan salah satu aspek penting dalam mencapai tujuan hidup. Pasangan berharap menikah dengan seseorang yang sesuai dengan kehidupan mereka. Dengan menikah, pasangan kemudian berkomitmen dan memiliki anak. Setelah menikah, terjadi perubahan dalam hubungan seksual karena seks merupakan esensi bagian dari pernikahan. Akibat kebutuhan emosional yang belum terpenuhi, banyak perselingkuhan yaitu melakukan hubungan seks diluar pernikahan dengan partner orang lain.

Terdapat dua jenis petualangan seksual yaitu swingers (membuka pertukaran pasangan seksual) dan polymorsits (membuka pertukaran pasangan). Hal ini harus disetujui oleh kedua belah pihak dan berhubungan seks hanya dengan orang yang negatif dari penyakit seksual.

Banyak pasangan yang melakukan seks diluar nikah walaupun tidak ditoleransi dan dilarang oleh budaya. Selain itu, beberapa negara mengizinkan praktek poligami yang banyak terdapat di negara Afrika dan Timur Tengah. 



Hubungan homoseksual berbeda dengan hubungan heteroseksual. Hubungan heteroseksual terdiri dari pasangan gay dan lesbian. Hubungan homoseksual memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi, berbagi lebih banyak kasih sayang, humor, dan kegembiraan dalam hubungan mereka, dan memiliki ketakutan yang lebih sedikit dan perasaan negatif mengenai hubungan mereka. Terdapat beberapa negara yang mengijinkan hubungan homoseksual seperti Denmark, Spanyol, Afrika Selatan. Homoseksual pun dapat melakukan pernikahan dan ingin memiliki anak.

Pernikahan yang dianggap gagal menyebabkan perpisahan yang disebut perceraian. Perceraian disebabkan oleh faktor sosial, predisposisi dan  permasalahan internal dalam pasangan. Setelah bercerai, proses penyesuaian memberikan dampak fisik dan psikis pada individu.  Berkencan dan menikah kembali merupakan hal yang dilakukan setelah bercerai. Namun tidak banyak juga yang tetap sendiri.  Perceraian umumnya ada di setiap masyarakat dan memiliki stigma. Di Amerika, dan Eropa, perceraian relatif mudah. Namun ada juga negara yang sebagian besar beragama Katolik yang tidak memperbolehkan perceraian. 



     Intimate relationship adalah salah satu prioritas dalam kehidupan kita. Hubungan dengan orang lain membuat kita lebih bahagia, merasa dicintai dan dibutuhkan. Hal ini terus berlangsung hingga mencapai usia tua. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen, komunikasi, pengertian dan adaptasi pada pasangan sehingga tidak terjadi kegagalan dalam hubungan.
23 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar