Pernikahan.... Satu
kata ini menjadi salah satu pembahasan menarik bagi Saya di kelas psikologi
perempuan pertemuan keempat. Ibu Henny Wirawan, selaku dosen mata kuliah
tersebut menjelaskan garis besar mengenai apa saja yang akan dihadapi dalam
sebuah pernikahan. Saya setuju dengan pernyataan beliau mengenai budaya
timur yang menganut kolektivitas, yang dapat dikatakan apabila terdapat dua
individu menikah, sama saja dengan menikahkan dua keluarga, yang berarti
seluruh anggota keluarga besar turut berpartisipasi dalam pernikahan tersebut.
Menurut saya pribadi pernikahan adalah sebuah langkah besar menuju
perjalanan hidup yang berbeda, penuh tanggung jawab, sangat menuntut
kemandirian dan peminimalisiran ego, serta kerja sama dengan pasangan dalam membangun
dan mempertahankan pilar rumah tangga.
Setiap manusia
menginginkan pernikahan atau memiliki pasangan hidup sekali dalam
sepanjang
hidupnya. Jarang sekali bahkan mungkin tidak ada manusia yang
menginginkan
perceraian. Saya menulis berdasarkan pandangan wanita karena Saya
pribadi
adalah seorang wanita. Memilih pasangan untuk dijadikan pacar atau suami
tentulah merupakan hal yang berbeda, kecuali apabila wanita tersebut
ingin
memiliki hubungan dengan lawan jenis hanya satu kali dalam sepanjang
hidupnya.
Berbeda dengan wanita yang belum terlalu memikirkan pernikahan, ia akan
cenderung berpikir untuk mencoba mengenal lebih jauh terlebih dahulu,
walaupun
bisa saja ketika hubungan tersebut dijalankan, terdapat pikiran-pikiran
untuk
terus mempertahankan sampai ke pernikahan. Saya dapat berpendapat
seperti itu
karena Saya pribadi merasakan proses tersebut. Ketika Saya baru memulai
hubungan dengan pasangan Saya saat ini, Saya tidak pernah berpikir
sampai ke
arah pernikahan, namun seiring berjalannya waktu sempat muncul
pikiran-pikiran
untuk mempertahankan hubungan Saya, kalau bisa, sampai ke pernikahan, di
samping terus berusaha mewujudkan cita-cita Saya. Saya juga memiliki
teman
perempuan yang belum memiliki pacar sampai saat ini dengan alasan, ia
ingin
menemukan seseorang yang memenuhi kriteria pribadinya sebagai suami.
Gagasannya baik, namun sebagai wanita perlu berhati-hati dengan prinsip
seperti
itu, jangan sampai terlalu berlebihan. Sebaliknya, sebagai wanita juga
perlu
menjaga dirinya dan menetapkan standart dalam memilih pasangan, walaupun
ketika
berpacaran.
Setiap wanita di
kalangan manapun memiliki kriteria tersendiri dalam memilih pasangan saat
berpacaran maupun menikah. Persetujuan keluarga adalah hal yang penting
mengingat budaya timur yang berkembang di Indonesia. Terlebih lagi tentunya
sebagai orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Oleh karena banyak
faktor yang perlu dipikirkan dalam memilih pasangan hidup, penseleksian pun
terkadangan menjadi suatu hal yang rumit. Pacaran bertahun-tahun saja belum
tentu pada akhirnya melangkah ke jenjang pernikahan. Saya memiliki beberapa
teman yang berpacaran lebih dari tiga tahun, namun pada akhirnya mereka mengakhiri
hubungan mereka dengan beberapa pertimbangan, sedangkan teman Saya yang lain berpacaran belum sampai satu
tahun, sudah memutuskan untuk menikah (tanpa "kecelakaan"). Oleh sebab itu, bagi para wanita,
baik yang telah memiliki pasangan dalam hubungan yang bukan hanya sekadar
mencoba, maupun yang sedang dalam proses pencarian dan pemutusan pasangan hidup, cobalah untuk
berpikir apakah pribadi seperti Dia yang akan menemani Anda hingga akhir usia
Anda? Apakah pribadi Anda dan Dia dapat dipersatukan untuk saling bekerjasama
dan menopang? Make a perfect choice, Ladies!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar