Selasa, 03 September 2013

Kesuksesan Berasal dari Tujuan yang Pasti (Liliana Putri)



Sering kali, kita para mahasiswa digeluti oleh rasa malas saat diminta untuk membuat suatu tugas mata kuliah tertentu. Apalagi kalau tugas yang diberikan tidak memiliki tujuan yang jelas. Salah satu hal yang dapat kita lakukan agar kita termotivasi dalam bekerja adalah dengan menentukan tujuan (goal-setting) terlebih dahulu. Dengan membuat goal-setting, kita memiliki target yang jelas yang harus dicapai. Apabila target yang ditentukan sudah jelas, muncul lah motivasi yang dapat mempengaruhi tingkah laku kita untuk berupaya dalam mencapai tujuan tersebut.
Dalam goal-setting theory yang dikemukan oleh Edwin Locke, tujuan mempengaruhi perilaku kita dalam empat cara. Pertama, tujuan mengarahkan perhatian kita pada suatu tugas tertentu. Kedua, tujuan membuat kita melakukan upaya terhadap suatu tugas. Dengan kata lain, tujuan dapat menumbuhkan niat kita untuk melakukan usaha dalam mencapai tujuan. Ketiga, tujuan memungkinkan kita untuk terus-menerus berusaha menuju pencapaian. Tanpa adanya tujuan, sering kali kita akan menyerah dan mudah berpindah ke hal yang lain. Keempat, tujuan membantu kita membuat strategi untuk bergerak menuju pencapaian kita. Dengan adanya tujuan dan niat untuk mencapai suatu tujuan, otak kita akan memikirkan cara-cara atau strategi yang diperlukan dalam mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Locke dan lain-lain selama 40 tahun, pernyataan penting dalam goal-setting theory adalah: Motivation is enhanced when employees ACCEPT and are COMMITTED to SPECIFIC, DIFFICULT goals and when FEEDBACK about progress toward those goals is provided. Kita akan termotivasi dan menghasilkan performa yang lebih baik ketika kita menerima dan berkomitmen untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas tersebut tentunya harus memiliki kesulitan yang dapat diukur, menantang, dan memiliki tujuan yang spesifik. Apabila tujuan yang ditetapkan terlalu mudah atau bahkan tanpa tujuan yang jelas, kita cenderung tidak akan memberikan upaya yang terbaik. Setelah kita melakukan usaha dalam mencapai tujuan tersebut, kita juga membutuhkan feedback agar kita tahu bagaimana perkembangan kinerja kita. Selain tujuan yang bersifat menantang, memiliki tingkat kesulitan tertentu, dan kita berkomitmen terhadap tujuan tersebut, terdapat juga peran self-efficacy.
Self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa ia mampu membuat sesuatu menjadi positif. Dalam hal ini, self-efficacy berarti keyakinan bahwa kita mampu menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Kita yakin bahwa kita bisa berhasil mencapai tujuan yang ingin kita capai. Keyakinan tersebut tentunya berhubungan dengan komitmen kita dalam mencapai suatu tujuan. Biasanya, orang dengan self-efficacy tinggi cenderung membuat tujuan yang lebih menantang dan bersemangat dalam mencapainya. Maka dari itu, selain goal- setting yang jelas kita juga harus memiliki self-efficacy yang tinggi dalam mencapai suatu tujuan.
Berikut contoh yang merupakan pengalaman pribadi saya. Saat awal-awal memasuki dunia perkuliahan, tujuan yang saya tetapkan adalah saya harus mendapatkan IP di atas 3. Namun, saya belum berani menyatakan dengan jelas angka berapa yang saya mau. Saat itu saya berpikiran 3,2 sampai 3,4 saja mungkin sudah cukup bagus dan susah untuk diraih. Akhirnya saat semester 1 saya mendapat IP 3,4. Awalnya saya merasa lega karena saya mampu menembus angka 3,4. Tetapi, ternyata teman-teman di sekitar saya banyak yang mendapatkan IP berkisar 3,5 sampai 3,8. Bahkan ada yang 3,9 sampai 4. Saat itu saya mulai berpikir apakah saya mampu seperti mereka? Hal apa saja yang perlu saya lakukan untuk bisa mendapatkan IP yang lebih baik lagi? Akhirnya saya membuat goal-setting yang lebih spesifik dan menantang. Saya ingin mencapai IP 3,7. Untuk dapat mencapai IP tersebut, saya mulai memikirkan strategi dan usaha apa saja yang dibutuhkan. Dari mulai strategi belajar mata kuliah tertentu, strategi mendapatkan nilai A, dan menghitung IP. Saat sudah mengetahui strateginya, saya jadi lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas- tugas dan kuis. Ditambah lagi tugas-tugas dan kuis tersebut diberi feedback oleh dosen berupa nilai dan keterangan mana yang harus diperbaiki. Hasilnya, tidak disangka IP saya di semester 2 justru naik drastis menjadi 3,93. Di semester 3 juga naik lagi menjadi 4. Hal yang semula saya kira sangat amat sulit untuk dicapai ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan. Dalam hal ini saya memang juga berusaha meningkatkan self-efficacy saya. Berdasarkan pengalaman saya tersebut, goal-setting yang jelas, spesifik, dan menantang dapat memotivasi kita untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar