Senin, 09 September 2013

Women is A 'Place' on Earth (Jonathan Handy Kristanto)

Hello, para pembaca !

Setelah lama tidak menulis lagi, pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba menulis sebuah topik mengenai perempuan. Tentu saja, pembuatan artikel ini tidak lepas dari bimbingan Ibu Henny Wirawan dan Cici Tasya pada mata kuliah yang disampaikan 5 September 2013 yang lalu. Oke, kalau begitu kita langsung saja masuk ke topik.

Women is a 'place' on Earth. Apa nih maksudnya ? Kok seakan - akan perempuan disamakan dengan benda mati. Eits, sebelum memulai asumsi negatif, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu. Pada perkuliahan kemarin dilakukan pembahasan bahwa perempuan memiliki banyak sekali peran. Tentu saja laki - laki pun memiliki peran yang tidak kalah banyaknya, akan tetapi karena pada topik kali ini kita membahas mengenai psikologi perempuan, maka penulis akan memusatkan pembahasan terbatas pada perempuan saja.

Secara umum, perkuliahan kemarin terdiri dari presentasi dua kelompok yang kira - kira mereka membahas bagaimana kondisi fisik dan psikis seorang ibu hamil dan setelah kehamilan, serta perempuan yang memiliki banyak sekali peran ketika seorang perempuan menikah, terlebih setelah dia mempunyai anak.

Ketika seorang perempuan mengandung, berat badan seorang perempuan menjadi lebih berat karena dia juga mengandung satu orang anak manusia. Terlebih lagi, melalui placenta yang merupakan lifeline si bayi, nutrisi pada tubuh seorang perempuan tidak hanya untuk dirinya saja, tetapi untuk si bayi juga, sehingga ketika seorang perempuan hamil, dia akan cepat kelelahan karena energi yang dimilikinya juga diambil oleh seorang bayi. 

Pada masa - masa ini pula seorang perempuan harus menjaga dirinya, disarankan menghindari risiko seperti alkohol, pembatasan asupan, serta menjaga emosi, supaya anak yang dikandungnya dapat tetap sehat, baik secara fisik maupun secara psikis, yang akan berdampak pada kesehatan si bayi nantinya. 

Setelah perempuan hamil, seorang perempuan akan berusaha kembali menjaga penampilan dirinya. Pada tahap ini, perempuan secara tidak langsung diwajibkan untuk tampil atraktif, khususnya bagi mereka yang bekerja pada bidang - bidang yang diwajibkan melakukan interaksi dengan orang lain, seperti HRD, pramugari dan model, misalnya. Andaikan mereka tidak bekerja pun, seorang perempuan yang telah menikah tentunya tetap ingin memuaskan kebutuhan biologis suaminya, atau mungkin lebih tepatnya suaminya mengharapkan istrinya untuk dapat memuaskan kebutuhannya dan tampil atraktif seperti sedia kala. Pada bagian ini, penulis akan menyambungkan dengan tema peran dari seorang perempuan.

Seorang perempuan yang telah menikah memiliki peran lebih banyak, yaitu sebagai 'pelayan' rumah tangga bagi suami dan anak - anaknya, bekerja untuk menambah penghasilan keluarga, serta masih banyak peran lainnya yang merupakan pekerjaan - pekerjaan yang tidak mudah, tetapi diberikan secara gratis oleh seorang perempuan untuk keluarganya, yaitu menjadi satu peran yang tidak lain adalah ibu rumah tangga. Jadi bagaimana seandainya perempuan tidak ada bagi anak - anak dan suaminya, tentu saja mereka akan kehilangan tempat untuk berlindung, berkonsultasi, memenuhi kebutuhan psikis dan biologis, dan lain - lain. Tidak berlebihan apabila dikatakan seorang perempuan merupakan tempat (place), atau mungkin lebih tepatnya rumah atau surga di muka bumi ini bagi keluarganya.
Pada pertemuan kali ini juga Ibu Henny menegaskan mengenai definisi dari kodrat itu sendiri. Kodrat adalah suatu takdir yang di-'titipkan' kepada seorang perempuan. Sama seperti manusia yang memiliki takdir untuk mati akibat dari konsekuensi dari hidup, maka kodrat dari perempuan adalah menstruasi. Dalam prosesnya, perempuan akan melahirkan apabila pada periode subur mereka dibuahi oleh sperma laki - laki karena intercourse ataupun teknologi lainnya.

8 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar