Akhirnya
saya mengambil mata kuliah ini juga di semester tujuh. Jujur ada
ketakutan tersendiri untuk mata kuliah yang satu ini. Takut jika tugas
yang dikerjakan tidak sesuai harapan dan yang paling ditakuti jangan
sampai tidak lulus mata kuliah ini. Ditambah lagi dosennya dekan
psikologi untar sendiri, makin takut. Tapi saya mencoba menjalankannya
seenjoy mungkin.
Di awal
perkuliah SAP sudah diberikan by email oleh assisten kece nya bu dosen,
rangkaian perkuliahan enam bulan kedepanpun sudah terancang dengan apik.
Tugas-tugas, kuis, praktek, uts dan uas pun sudah tercantum cantik
lengkap dengan tanggalnya.
Tugas
kelompok pertama berhasil dikerjakan dengan rapih. Dan akhirnya sampilah
ditugas kelompok kedua yaitu mewawancarai praktisi psikolog dengan
beragam bidang. Kelompok kami pun mendapatkan praktisi psikolog klinis
anak. berhubung tugasnya sedikit mepet, kami bergegas mencari psikolog
yang bisa untuk kami wawancarai. yaaap! kami berhasil menemukannya.
Kami
segera mengatur waktu agar dapat melakukan wawancara. sumber kami pun
sudah tidak asing untuk mata kuliah ini. Setiap semester selalu ada yang
menelpon beliau untuk melakukan wawancara berkaitan dengan tugas
kuliah. Setelah cukup lama menunggu akhirnya kami berhasil bertemu
dengan beliau di tempat praktek kerjanya. Membina rapport dimulai dengan perkenalan singkat. Tanpa panjang lebar kami langsung mewawancarai beliau.
Menurut beliau wawancara adalah teknik yang digunakan untuk menggali informasi yang ingin didapatkan dari seorang interviewer kepada pihak interviewee. Apa saja jobdesc psikolog klinis anak? Beliau mengatakan ada empat jobdesc
yang sering beliau lakukan terkait dengan pekerjannya. Pertama,
memberikan konseling kepada klien yang datang khususnya berkaitan dengan
anak, remaja dan keluarga. Memberikan psikotes jika diperlukan.
Psikotes biasanya digunakan sesuai dengan keperluan seperti tes
inteligensi, tes bakat minat, kesiapan belajar dan mengenai tumbuh
kembang anak. Ketiga, melakukan psikoterapi sesuai dengan keperluan
klien. Psikoterapi yang sering digunakan untuk anak adalah play theraphy, untuk remaja ada art theraphy, cognitive behaviour theraphy, jika melibatkan keluarga menggunakan family theraphy. Keempat, selain menerima konsultasi, psikotes dan psikoterapi, subyek harus bekerjasama dengan para dokter.
Selain
itu beliau juga memberikan ulasan tentang kekurangan dan kelebihan
wawancara. Dimulai dengan kelebihan dulu. Pertama, mendapatkan informasi
lebih cepat alias menghemat waktu, dan informasi yang didapatkan juga
bersamaan dengan wawancara. Tidak klop kalo ada kelebihan tetapi tidak
ada kekurangan. Ini kekurangan wawancara, mendapatkan informasi dengan
tidak cepat dan memakan waktu yang lama.
Singkat
nya, sampailah disaat kami harus mempresentasikan hasil wawancara kami
di kelas. Kemudian saya mendapatkan garis besar antara klinis anak
dengan klinis dewasa. Membina rapport, terdapat perbedaan dalam membina
rapport klinis dewasa dan klinis anak. Jika klinis dewasa bisa membina
rapport dengan memulai perbincangan ringan sedangkan klinis anak membina
rapport dengan mengajak anak bermain terlebih dahulu jika anak tidak
dapat memulai pembicaraan atau masih diliputi rasa takut dan malu.
Selain itu, untuk mendapatkan informasi juga melalui wawancara dengan
orangtua anak. Ini merupakan hal penting karena bisa saja yang terdapat
masalah bukan pada anak melainkan orangtuanya.
Klinis
anak memang sedikit lebih ribet dibanding klinis dewasa dan membutuhkan
ekstra kesabaran untuk menghadapi anak-anak. Mereka juga harus mengajak
anak bermain, mengikuti setiap gerak-gerik anak agar tercipta kenyamanan
antara anak dan psikolog sehingga anak tidak canggung untuk bercerita.
Praktisi
psikolog apapun yang kita pilih, tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangannya tersendiri. Yang terpenting adalah bagaimana kita
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan melakukan
teknik-tekniknya dengan baik, Terutama teknik yang satu ini yaitu Teknik
Wawancara.
14 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar