Perkuliahan
Rabu, 11 September 2013 membahas tentang teknik dasar wawancara yang
langsung dijelaskan oleh Ibu Henny, memberikan banyak ilmu berkaitan
dengan wawancara, mewawancarai dan diwawancarai. Sekilas saya berfikir
wawancara dan kepo apa ya beda nya?? Toh sama-sama menggali informasi.
Tapi kepo banyak caranya bisa melalui social media, ataupun langsung
face to face sedangkan wawancara lebih sering dengan face to face. hmm..
Yang saya tahu, kepo itu tidak ada teknik khusus yang dijabarkan untuk
melakukannya berbeda dengan wawancara yang telah dijelaskan secara rinci
tekniknya oleh dosen tercinta di kelas Teknik Wawancara kemarin.
Pelajaran
yang paling berharga hari itu sebenarnya bukan materi dari slidenya
melainkan permainan yang diberikan Ibu Henny kepada kami.
Ditengah-tengah perkuliahan tiba-tiba Ibu Henny menyuruh kami untuk
berpasang-pasangan dan kemudian beliau memberikan instruksi "kalian
boleh bercerita apa saja kepada pasangan kalian, bebas. Ketika orang
kesatu bercerita, orang kedua silahkan melakukan hal apapun yang ia
senangi." begitulah instruksinya. Awalnya saya berkenalan terlebih
dahulu kepada pasangan saya, setelah itu Maya (nama pasangan saya) yang
memulai cerita terlebih dahulu dan saya menjadi orang kedua yang akan
sibuk sendiri dengan hal yang saya senangi. Berhubung saya senang sekali
pegang HP jadi saat itu saya memainkan HP saya. Maya pun mulai
bercerita dan saya melakukan tugas sesuai instruksi. Ketika diawal maya
bercerita saya masih menyimak tetapi seterusnya saya kian asik dengan
benda yang saya pegang. Ketika fokus saya mulai terpecah antara
mendengarkan cerita maya dan memainkan hp hati saya pun berucap "duh, gak enak banget nih ama si Maya. dia cerita enggak gue dengerin. Ngerasa bersalah gue ama dia"
dan saya pun berniat untuk berhenti memainkan hp kemudian fokus untuk
mendengarkan cerita maya. Sebelum niat baik saya itu terlaksana (hehehe)
ternyata Ibu Henny sudah memberikan instruksi berikutnya yaitu
kebalikan dari instruksi yang awal. Yaaaah! giliran saya yang harus
bercerita. sekarang saya berada diposisi maya sebagai seorang yang
curhat haha. Dan begitulah cerita saya tidak didengarkan oleh maya
karena dia sibuk sendiri dengan dirinya. Ingin rasanya saya ngomel
didepan maya karena dia tidak mendengarkan cerita yang telah saya
ceritakan. Disaat itulah saya benar-benar merasakan sungguh tidak enak
nya menjadi seorang pendengar yang tidak mampu mendengarkan dan juga
bercerita tapi tidak didengarkan oleh orang lain. Bagaimaina kalau saya
nanti seperti itu?? sebelum itu terjadi pada saya dan anda mari kita
simak berikut ini.
Keterampilan Dasar Wawancara
Setiap hal yang dapat kita lakukan dengan baik tentu ada keterampilan dan teknik dasarnya yang harus kita kuasai terlebih dahulu. Begitu juga dengan wawancara, sekilas memang mudah, yah wawancara ngobrol dan sambil tatap muka, bahkan lewat alat komunikasi juga bisa, tapi jangan salah bagi anda yang tidak mengetahui teknik dasar nya, anda bisa keringat dingin dibuatnya. Yuk kita bahas satu-persatu tekniknya berdasarkan yang sudah dijelaskan di perkuliah.
Setiap hal yang dapat kita lakukan dengan baik tentu ada keterampilan dan teknik dasarnya yang harus kita kuasai terlebih dahulu. Begitu juga dengan wawancara, sekilas memang mudah, yah wawancara ngobrol dan sambil tatap muka, bahkan lewat alat komunikasi juga bisa, tapi jangan salah bagi anda yang tidak mengetahui teknik dasar nya, anda bisa keringat dingin dibuatnya. Yuk kita bahas satu-persatu tekniknya berdasarkan yang sudah dijelaskan di perkuliah.
Membina rapport.
Kenyamanan yang tercipta sejak awal tentu akan mempengeruhi seseorang
dalam memberikan informasi. Seseorang yang sejak awal sudah merasa aman,
nyaman dan tenang tentunya tidak akan memberikan informasi secara takut
dan malu-malu yang berakibat akan menutup-nutupi informasi yang akan
dia berikan. Bagaimana keadaan tersebut dapat diciptakan? Rapport akan
terbentuk seiring dengan berjalannya waktu. Hal yang harus dilakukan
adalah dengan bersikap ramah dan memberikan senyuman manis agar klien
merasa disambut dengan hangat, berjabat tangan, mengucapkan salam, dan
banyak lainnya. Selain itu perhatikan wajah kita,ekspresi wajah tidak
boleh terlalu datar dan ekspresif tetapi terus saja dalam keadaan yang
netral sehingga klien tidak memberikan judgement tersendiri terhadap interviewer-nya.
Empati.
Kita harus memahami dan mengerti perasaan apa yang dirasakan klien.
menciptakan rasa empati kepada klien dengan cara harus tetap fokus
kepada klien dengan begitu klien merasakan adanya pengertian, dan
penerimaan yang diberikan interviewer terhadap dirinya.
Attending Behaviour.
Terkadang bahasa tubuh dan kontak mata lebih memberikan arti
dibandingan dengan kata-kata. Berikan klien waktu untuk menceritakan apa
yang dirasakannya. Keheningan bisa saja terjadi karena sebagian orang
berangggapan bahwa itu adalah salah satu cara untuk berempati
dibandingkan harus megeluarkan banyak kata-kata.
Teknik bertanya. Pertanyaan terbagi atas dua open-question dan closed-question. Open question akan membuat klien merasa lebih nyaman untuk menjawab ataupun memberikan informasi dan tidak merasa dipojokkan oleh interviewer.
Pertanyaan jenis ini dapat memancing klien mengkonstruktifkan jawaban
yang ada dipikirannya sehingga interviewer terhindar dari judgement
terhadap klien. Sedangkan closed-question adalah pertanyaan yang
memancing klien untuk menjawab ya atau tidak. pertanyaan jenis ini bisa
mengarahkan klien sehingga klien dapat terpengaruh oleh pertanyaan
tersebut. Sebagai seorang interviewer haruslah pintar dalam
memilih kosakata untuk memberikan pertanyaan kepada klien agar dapat
terhindar dari jawaban yang kurang tidak akurat.
Keterampilan observasi.
Ternyata keterampilan wawancara bersahabat dengan keterampilan
observasi yang baik. Selain menggali informasi sebanyak-banyaknya dan
seakurat-akuratnya, kita juga harus memperhatikan ekspresi wajah,
pilihan kata, pengulangan cerita, dan intonasi juga memberikan nilai
informasi yang penting dengan apa hal yang diceritakan klien tersebut.
Active listening. Sebagai seorang inerviewer kita tidak hanya mendengarkan. Melainkan juga harus dapat memberikan dorongan kepada klien agar klien terus menceritakan apa yang ia rasakan. Active listening bisa berupa verbal dan nonverbal. Misalnya dengan megucapkan kata "hmm..", "lalu..", "oke." dapat membuat klien merasakan lebih nyaman untuk melanjutkan ceritanya. Selain itu memberikan sedikit waktu kepada klien untuk diam atau hening 10-15 detik membuat klien tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pembicaraannya.
Nah, informasi nya sudah saya berikan. Yuk kita instrospeksi kepada diri masing-masing, sudahkah kita melakukan hal tersebut? Sudahkah kita menerapkan keterampilan dasar wawancara dan menguasainya? Jujur, saya sih belom tapi akan terus belajar dan latihan untuk menjadi pewawancara yang baik. Kalian?
Active listening. Sebagai seorang inerviewer kita tidak hanya mendengarkan. Melainkan juga harus dapat memberikan dorongan kepada klien agar klien terus menceritakan apa yang ia rasakan. Active listening bisa berupa verbal dan nonverbal. Misalnya dengan megucapkan kata "hmm..", "lalu..", "oke." dapat membuat klien merasakan lebih nyaman untuk melanjutkan ceritanya. Selain itu memberikan sedikit waktu kepada klien untuk diam atau hening 10-15 detik membuat klien tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pembicaraannya.
Nah, informasi nya sudah saya berikan. Yuk kita instrospeksi kepada diri masing-masing, sudahkah kita melakukan hal tersebut? Sudahkah kita menerapkan keterampilan dasar wawancara dan menguasainya? Jujur, saya sih belom tapi akan terus belajar dan latihan untuk menjadi pewawancara yang baik. Kalian?
14 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar