Rabu, 18 September 2013

Want to be a Good Interviewer? Cekidot! (Ayu Arindi Ismi)

Perkuliahan Rabu, 11 September 2013 membahas tentang teknik dasar wawancara yang langsung dijelaskan oleh Ibu Henny, memberikan banyak ilmu berkaitan dengan wawancara, mewawancarai dan diwawancarai. Sekilas  saya berfikir wawancara dan kepo apa ya beda nya?? Toh sama-sama menggali informasi. Tapi kepo banyak caranya bisa melalui social media, ataupun langsung face to face sedangkan wawancara lebih sering dengan face to face. hmm.. Yang saya tahu, kepo itu tidak ada teknik khusus yang dijabarkan untuk melakukannya berbeda dengan wawancara yang telah dijelaskan secara rinci tekniknya oleh dosen tercinta di kelas Teknik Wawancara kemarin.

Pelajaran yang paling berharga hari itu sebenarnya bukan materi dari slidenya melainkan permainan yang diberikan Ibu Henny kepada kami. Ditengah-tengah perkuliahan tiba-tiba Ibu Henny menyuruh kami untuk berpasang-pasangan dan kemudian beliau memberikan instruksi "kalian boleh bercerita apa saja kepada pasangan kalian, bebas. Ketika orang kesatu bercerita, orang kedua silahkan melakukan hal apapun yang ia senangi." begitulah instruksinya. Awalnya saya berkenalan terlebih dahulu kepada pasangan saya, setelah itu Maya (nama pasangan saya) yang memulai cerita terlebih dahulu dan saya menjadi orang kedua yang akan sibuk sendiri dengan hal yang saya senangi. Berhubung saya senang sekali pegang HP jadi saat itu saya memainkan HP saya. Maya pun mulai bercerita dan saya melakukan tugas sesuai instruksi. Ketika diawal maya bercerita saya masih menyimak tetapi seterusnya saya kian asik dengan benda yang saya pegang. Ketika fokus saya mulai terpecah antara mendengarkan cerita maya dan memainkan hp hati saya pun berucap "duh, gak enak banget nih ama si Maya. dia cerita enggak gue dengerin. Ngerasa bersalah gue ama dia" dan saya pun berniat untuk berhenti memainkan hp kemudian fokus untuk mendengarkan cerita maya. Sebelum niat baik saya itu terlaksana (hehehe) ternyata Ibu Henny sudah memberikan instruksi berikutnya yaitu kebalikan dari instruksi yang awal. Yaaaah! giliran saya yang harus bercerita. sekarang saya berada diposisi maya sebagai seorang yang curhat haha. Dan begitulah cerita saya tidak didengarkan oleh maya karena dia sibuk sendiri dengan dirinya. Ingin rasanya saya ngomel didepan maya karena dia tidak mendengarkan cerita yang telah saya ceritakan. Disaat itulah saya benar-benar merasakan sungguh tidak enak nya menjadi seorang pendengar yang tidak mampu mendengarkan dan juga bercerita tapi tidak didengarkan oleh orang lain. Bagaimaina kalau saya nanti seperti itu?? sebelum itu terjadi pada saya dan anda mari kita simak berikut ini.


Keterampilan Dasar Wawancara
Setiap hal yang dapat kita lakukan dengan baik tentu ada keterampilan dan teknik dasarnya yang harus kita kuasai terlebih dahulu. Begitu juga dengan wawancara, sekilas memang mudah, yah wawancara ngobrol dan sambil tatap muka, bahkan lewat alat komunikasi juga bisa, tapi jangan salah bagi anda yang tidak mengetahui teknik dasar nya, anda bisa keringat dingin dibuatnya.  Yuk kita bahas satu-persatu tekniknya berdasarkan yang sudah dijelaskan di perkuliah.

Membina rapport. Kenyamanan yang tercipta sejak awal tentu akan mempengeruhi seseorang dalam memberikan informasi. Seseorang yang sejak awal sudah merasa aman, nyaman dan tenang tentunya tidak akan memberikan informasi secara takut dan malu-malu yang berakibat akan menutup-nutupi informasi yang akan dia berikan. Bagaimana keadaan tersebut dapat diciptakan? Rapport akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu. Hal yang harus dilakukan adalah dengan bersikap ramah dan memberikan senyuman manis agar klien merasa disambut dengan hangat, berjabat tangan, mengucapkan salam, dan banyak lainnya. Selain itu perhatikan wajah kita,ekspresi wajah tidak boleh terlalu datar dan ekspresif tetapi terus saja dalam keadaan yang netral sehingga klien tidak memberikan judgement tersendiri terhadap interviewer-nya.

Empati. Kita harus memahami dan mengerti perasaan apa yang dirasakan klien. menciptakan rasa empati kepada klien dengan cara harus tetap fokus kepada klien dengan begitu klien merasakan adanya pengertian, dan penerimaan yang diberikan interviewer terhadap dirinya.

Attending Behaviour.  Terkadang bahasa tubuh dan kontak mata lebih memberikan arti dibandingan dengan kata-kata. Berikan klien waktu untuk menceritakan apa yang dirasakannya. Keheningan bisa saja terjadi karena sebagian orang berangggapan bahwa itu adalah salah satu cara untuk berempati dibandingkan harus megeluarkan banyak kata-kata. 

Teknik bertanya. Pertanyaan terbagi atas dua open-question dan closed-question. Open question akan membuat klien merasa lebih nyaman untuk menjawab ataupun memberikan informasi dan tidak merasa dipojokkan oleh interviewer. Pertanyaan jenis ini dapat memancing klien mengkonstruktifkan jawaban yang ada dipikirannya sehingga interviewer terhindar dari judgement terhadap klien. Sedangkan closed-question adalah pertanyaan yang memancing klien untuk menjawab ya atau tidak. pertanyaan jenis ini bisa mengarahkan klien sehingga klien dapat terpengaruh oleh pertanyaan tersebut. Sebagai seorang interviewer haruslah pintar dalam memilih kosakata untuk memberikan pertanyaan kepada klien agar dapat terhindar dari jawaban yang kurang tidak akurat. 

Keterampilan observasi. Ternyata keterampilan wawancara bersahabat dengan keterampilan observasi yang baik. Selain menggali informasi sebanyak-banyaknya dan seakurat-akuratnya, kita juga harus memperhatikan ekspresi wajah, pilihan kata, pengulangan cerita, dan intonasi juga memberikan nilai informasi yang penting dengan apa hal yang diceritakan klien tersebut.

Active listening. Sebagai seorang inerviewer kita tidak hanya mendengarkan. Melainkan juga harus dapat memberikan dorongan kepada klien agar klien terus menceritakan apa yang ia rasakan. Active listening bisa berupa verbal dan nonverbal. Misalnya dengan megucapkan kata "hmm..", "lalu..", "oke." dapat membuat klien merasakan lebih nyaman untuk melanjutkan ceritanya. Selain itu memberikan sedikit waktu kepada klien untuk diam atau hening 10-15 detik membuat klien tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pembicaraannya.

Nah, informasi nya sudah saya berikan. Yuk kita instrospeksi kepada diri masing-masing, sudahkah kita melakukan hal tersebut? Sudahkah kita menerapkan keterampilan dasar wawancara dan menguasainya? Jujur, saya sih belom tapi akan terus belajar dan latihan untuk menjadi pewawancara yang baik. Kalian?
 
14 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar