Bagaimana kita dapat menjelaskan perilaku seseorang menurut dua teori tersebut? Mari review dulu teorinya.
ToM
adalah kemampuan untuk mengatribusikan keadaan mental kepada diri sendiri
maupun orang lain. Lebih dalam lagi, ToM adalah kemampuan untuk berpikir
tentang atau memahami pikiran sendiri dan pikiran orang lain. ToM berkembang
dari kemampuan untuk mengenali bahwa orang lain dapat memiliki kepercayaan yang
berbeda dari diri sendiri dan bahwa kepercayaan tersebut adalah hasil dari
pengalaman dan pengetahuan orang tersebut. Terakhir, aspek kunci dari ToM
adalah EMPATI.
ToM
menjadi dasar perkembangan teori EI. Intinya, EI terdiri dari 3 komponen:
memahami emosi sendiri, memahami emosi orang lain, dan menyesuaikan perilaku
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Teori EI dikembangkan terus sehingga
menghasilkan dua kelompok kuesioner: ability-based, seperti
Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Tes (MSCEIT), dan self-report, seperti
Emotional Quotient Inventory (EQ-i).
MSCEIT
didasari oleh pandangan bahwa emosi adalah sumber informasi yang dapat membantu
orang untuk memahami dan mengarahkan lingkungan sosial di tempat kerja atau
tempat lain. EI terdiri dari 4 kemampuan atau skill: mendeteksi emosi;
menggunakan emosi; memahami emosi; dan me-manage emosi. Sedangkan EQ-i didasari
oleh teori seperti learned optimism dan broaden-build theory yang intinya
mengatakan bahwa keadaan emosi yang optimis itu adalah elemen penting dalam
human functioning.
Terkadang
sulit bagi kita untuk memahami alasan dibalik perilaku kita sendiri atau
perilaku orang lain. Teori di atas menyatakan bahwa kita bisa memahami perilaku
sendiri atau orang lain dengan memahami pikiran dan perasaan/emosi yang
mendasari perilaku tesebut (sebab manusia bertindak berdasarkan dua hal
tersebut). Misalnya, kita menemukan rekan kerja yang kinerjanya selalu
meningkat ketika dikritik hasil kerjanya sedangkan kinerja kita menurun kalau
dikritik. Saat kita berusaha untuk menjelaskan perilaku tersebut, saat itulah
ToM bekerja. Setelah paham, tentu pada akhirnya kita bisa mengatakan, “Oh, pantas saja dia bisa begitu dan saya begini.”
EI akan
terlibat saat kita mengenali emosi apa yang muncul dan membuat kinerja kita
menurun hingga memanfaatkan emosi tersebut untuk bisa mencapai yang kita
inginkan. Misalnya, ternyata kita merasa tidak mampu, sedih, atau kecewa
terhadap diri sendiri ketika hasil kerjanya dikritik, sehingga tidak bisa fokus
untuk meneruskan pekerjaan selanjutnya. Pemanfaatan emosi negatif itu dapat
berupa mencari dan mempelajari banyak informasi tentang bagaimana cara kerja
yang efektif, sehingga akhirnya kinerja kita bisa lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar