Selasa, 03 September 2013

Teori Hope: Sebuah Teori Psikologi yang Belum Banyak Dikenal (Elvina Pekasa)




Sebagai prolog, saya meminta anda untuk berfikir sejenak. Saat anda membaca tiga pernyataan setelah ini dan ada seseorang yang tiba-tiba terlintas di kepala anda yang sesuai dengan pernyataan tersebut, maka anda harus menjawab ya dalam pikiran anda.
Pernyataan pertama, saya memiliki kenalan yang memiliki tujuan yang luar biasa namun tidak pernah mencapainya. Kedua, saya memiliki kenalan sudah yakin dengan tujuannya, melakukannya, namun berhenti di tengah jalan. Ketiga, saya memiliki kenalan yang hampir selalu sukses mencapai tujuannya. Jika anda memiliki dua atau tiga jawaban ya dalam pikiran anda, pernahkah anda berpikir apa yang membedakan mereka? kenapa seseorang sukses sedangkan yang lain gagal padahal mereka sama-sama memiliki tujuan?
Kebanyakan orang, terutama dalam dunia pekerjaan atau bahkan anda sekalipun, akan cenderung menjawabnya dengan teori-teori motivasi, bakat minat, mood, stres, need, dsbnya. Namun, pernahkah anda mempertimbangkan tentang aspek harapan atau hope?
Menurut Snyder, harapan adalah gabungan antara niat atau tekad untuk mencapai tujuan tertentu (agency) dan rencana mental yang berisi beberapa strategi berbeda untuk mencapai tujuan mereka (pathways). Sederhananya, harapan melibatkan keinginan kuat mencapai suatu tujuan tertentu dan mencari jalan-jalan alternatif menuju kesana apabila jalan utama terhambat oleh masalah.
Bagaimana harapan bekerja dalam diri seseorang? Harapan pasti diawali oleh suatu tujuan yang ingin dicapai. Kemudian, harapan memberikan pikiran positif bahwa seseorang dapat mencapai tujuannya yang kemudian menghasilkan niat atau tekad. Namun apa yang membedakannya dengan optimisme? Yang membedakannya adalah harapan tidak hanya memberikan niat tetapi juga membuat rencana-rencana realistis untuk mencapai tujuannya atau untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul.
Jadi bagaimana penjelasan teori harapan (hope) untuk pernyataan- pernyataan di paragraf pertama? Anda mendapatkan bonus poin jika pertanyaan seperti ini muncul di kepala anda saat anda membaca paragraf 3 atau 4. Pernyataan pertama, saya memiliki kenalan yang memiliki tujuan yang luar biasa namun tidak pernah mencapainya. Hal ini berarti orang tersebut baru memiliki suatu tujuan yang INGIN dicapai. Memiliki keinginan bukan berarti langsung memiiliki tekad atau niat. Seseorang mungkin saja ingin mencapai tujuan tertentu namun masih belum memiliki pikiran positif bahwa ia bisa dan ia harus melakukan usaha tertentu untuk mencapai tujuan tersebut. Tentu tujuan tidak akan tercapai dengan sendirinya tanpa usaha bukan?
Pernyataan kedua, saya memiliki kenalan sudah yakin dengan tujuannya, melakukannya, namun berhenti di tengah jalan. Hal ini berarti, orang tersebut sudah memiliki tujuan yang ingin dicapai dan sudah memiliki tekad atau niat untuk mencapainya. Terlihat darimana? Terlihat dari usahanya untuk mencapai tujuan tersebut. Namun kenapa berhenti? Disinilah perbedaan antara harapan dan optimis terlihat. Optimis berarti sudah memiliki keinginan, memiliki pikiran positif, namun bisa saja berhenti saat masalah muncul di tengah jalan. Sedangkan harapan memberikan alternatif atau solusi-solusi penyelesaian masalah sehingga tidak akan berhenti saat masalah muncul.
Pernyataan ketiga, saya memiliki kenalan yang hampir selalu sukses mencapai tujuannya. Hal ini berarti orang tersebut sudah memiliki tujuan yang ingin dicapai, memiliki tekad atau niat, dan memiliki bermacam cara untuk mencapai tujuannya. Sehingga saat masalah-masalah muncul di tengah jalan, ia tidak hanya memiliki pikiran positif tetapi juga sudah memiliki bermacam-macam solusi atau cara untuk mengatasinya.
Teori harapan atau hope memang masih jarang terdengar untuk mengatasi masalah khususnya dalam dunia pekerjaan. Padahal, beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa harapan seseorang akan meningkatkan performa kerja, kepuasan kerja, kebahagiaan dan komitmen organisasi seseorang. Dapat diterapkan dalam dunia pekerjaan? Tentu. Tujuan tidak hanya berarti tujuan hidup kan, tapi juga dapat berupa peningkatan penjualan, pengembangan usaha, pencapaian target bulanan, penyelesaian proyek, dsbnya.
Penjelasan-penjelasan saya di atas, bukan berarti saya mengabaikan hal-hal penting lain seperti optimisme, motivasi, resilience, dsbnya. Saya hanya ingin memperkenalkan sebuah teori baru, yaitu teori hope untuk mengatasi masalah- masalah dalam kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam dunia pekerjaan anda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar