Selasa, 03 September 2013

Social Loafing Theory (Vivian Amelia)



Di dalam masyarakat, kita manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa memungkiri bahwa kita harus sering berkomunikasi dan melakukan interaksi untuk bertahan hidup. Seperti contohnya disaat kuliah ataupun kerja, kita sering dituntut untuk bekerja sebagai sebuah kelompok, demi mencapai tujuan tertentu. Chapter ini akan membahas tentang bagaimana kita dapat memastikan bahwa setiap orang melakukan kontribusi yang sama dalam kelompok, dan jika ada yang tidak aktif memberikan kontribusi, maka terdapat cara-cara tertentu untuk mengatasi dan mencegah hal tersebut.
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan social loafing? Social loafing terjadi ketika seorang individu menaruh lebih sedikit usaha di dalam kelompok dibandingkan disaat ia bekerja sendiri. Yang menemukan fenomena ini awalnya adalah seorang insinyur Perancis bernama Max Ringelmann. Ringelmann menamakan fenomena ini sebagai Ringelmann effect. Yang kemudian adanya fenomena ini telah dilakukan banyak penelitian untuk lebih jauh mengerti akan fenomena tersebut. Setelah itu, Latane, Williams, dan Harkins (1979) yang mengemukakan gagasan "social loafing." Apalagi ketika dikombinasikan dengan reward yang tidak sesuai dengan performance individu, maka individu akan cenderung mengurangi usaha yang dilakukan. Karau dan Williams menyebutkan ide collective effort model (CEM), bahwa orang akan lebih melakukan social loafing, ketika sulit untuk mengevaluasi kontribusi yang dilakukan dan tugas yang diberikan kompleks dan tidak begitu bermakna. Ukuran kelompok yang besar (> 10) dan budaya yang ada di dalam kelompok cenderung lebih individualistik juga akan menyebabkan hal tersebut. Seseorang yang berharap orang lain untuk berkontribusi lebih dan kelompok yang kurang akan kebersamaan dan komitmen akan lebih rentan menyebabkan orang untuk melakukan social loafing.
Melihat adanya berbagai fenomena tersebut, Rothwell mengemukakan cara untuk mengurangi social loafing, yang disebut dengan 3C, yaitu collaboration, content, dan choice. Kolaborasi yang dimaksud adalah untuk memberikan setiap individu tugas yang spesifik, jelas, dan bermakna. Content merupakan antara tugas dan goals yang dicapai harus jelas hubungannya. Sedangkan choice adalah memberikan individu kesempatan untuk memilih tugas-tugas yang ada, karena dengan memilih sendiri individu akan cenderung memiliki rasa tanggung jawab atas tugas tersebut dan dapat merasakan sebuah "ownership" dari tugas yang dipilihnya.
Kemudian Thompson juga membagikan strategi untuk mengurangi social loafing menjadi 2 bagian, yaitu strategi motivasi dan strategi koordinasi.
Jika terdapat seorang social loafer di dalam kelompok, Rothwell juga mengemukakan beberapa strategi untuk meningkatkan kontribusi individu tersebut, dengan melakukan konfrontasi atau berhadapan langsung dengan individu tersebut. Kemudian dapat juga melakukan diskusi kelompok, membagi ulang tugas, dan melibatkan boss/atasan. Jika langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan tidak menunjukkan perubahan, maka pilihan terakhir adalah mengeluarkan individu tersebut dari kelompok.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar