Di dalam
masyarakat, kita manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa memungkiri bahwa
kita harus sering berkomunikasi dan melakukan interaksi untuk bertahan hidup.
Seperti contohnya disaat kuliah ataupun kerja, kita sering dituntut untuk
bekerja sebagai sebuah kelompok, demi mencapai tujuan tertentu. Chapter ini
akan membahas tentang bagaimana kita dapat memastikan bahwa setiap orang
melakukan kontribusi yang sama dalam kelompok, dan jika ada yang tidak aktif
memberikan kontribusi, maka terdapat cara-cara tertentu untuk mengatasi dan
mencegah hal tersebut.
Apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan social loafing? Social loafing terjadi ketika
seorang individu menaruh lebih sedikit usaha di dalam kelompok dibandingkan
disaat ia bekerja sendiri. Yang menemukan fenomena ini awalnya adalah seorang insinyur
Perancis bernama Max Ringelmann. Ringelmann menamakan fenomena ini sebagai
Ringelmann effect. Yang kemudian adanya fenomena ini telah dilakukan banyak
penelitian untuk lebih jauh mengerti akan fenomena tersebut. Setelah itu,
Latane, Williams, dan Harkins (1979) yang mengemukakan gagasan "social
loafing." Apalagi ketika dikombinasikan dengan reward yang tidak sesuai
dengan performance individu, maka individu akan cenderung mengurangi usaha yang
dilakukan. Karau dan Williams menyebutkan ide collective effort model (CEM),
bahwa orang akan lebih melakukan social loafing, ketika sulit untuk
mengevaluasi kontribusi yang dilakukan dan tugas yang diberikan kompleks dan
tidak begitu bermakna. Ukuran kelompok yang besar (> 10) dan budaya yang ada
di dalam kelompok cenderung lebih individualistik juga akan menyebabkan hal
tersebut. Seseorang yang berharap orang lain untuk berkontribusi lebih dan
kelompok yang kurang akan kebersamaan dan komitmen akan lebih rentan
menyebabkan orang untuk melakukan social loafing.
Melihat
adanya berbagai fenomena tersebut, Rothwell mengemukakan cara untuk mengurangi
social loafing, yang disebut dengan 3C, yaitu collaboration, content, dan
choice. Kolaborasi yang dimaksud adalah untuk memberikan setiap individu tugas
yang spesifik, jelas, dan bermakna. Content merupakan antara tugas dan goals
yang dicapai harus jelas hubungannya. Sedangkan choice adalah memberikan
individu kesempatan untuk memilih tugas-tugas yang ada, karena dengan memilih
sendiri individu akan cenderung memiliki rasa tanggung jawab atas tugas
tersebut dan dapat merasakan sebuah "ownership" dari tugas yang
dipilihnya.
Kemudian
Thompson juga membagikan strategi untuk mengurangi social loafing menjadi 2
bagian, yaitu strategi motivasi dan strategi koordinasi.
Jika terdapat
seorang social loafer di dalam kelompok, Rothwell juga mengemukakan beberapa
strategi untuk meningkatkan kontribusi individu tersebut, dengan melakukan
konfrontasi atau berhadapan langsung dengan individu tersebut. Kemudian dapat
juga melakukan diskusi kelompok, membagi ulang tugas, dan melibatkan
boss/atasan. Jika langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan tidak
menunjukkan perubahan, maka pilihan terakhir adalah mengeluarkan individu
tersebut dari kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar