Saya baru saja menghadiri acara resepsi pernikahan
seorang teman beberapa hari yang lalu, sebut saja namanya Anisa. Anisa lebih
muda beberapa bulan dari saya, ia masih berusia 19 tahun saat pemberkatan nikah
di gereja dilaksanakan. Anisa menikah
dengan kekasihnya setelah empat bulan sebelumnya melahirkan seorang bayi
perempuan. Saat pertama mendengar berita Anisa telah melahirkan, saya dan
beberapa teman dekat sangat kaget. Berbagai pertanyaan bermunculan di kepala
saya, “Siapakah yang akan mengurus anak tersebut?”, “Siapa yang akan membiayai
kebutuhan keluarga kecil mereka?”, “Akankah Anisa keluar dari kampusnya?”, dan
lain sebagainya.
Ketika saya dan teman-teman datang ke
acara resepsi tersebut, kami semua langsung berebut ingin melihat anak dari
teman saya, sebut saja namanya Caty. Setelah lama bercerita akhirnya kami bisa
bertemu dengan Caty. Mungkin hanya perasaan saya saja, tetapi saya merasa
tatapan Caty kosong, tidak seperti bayi lain yang pernah saya temui sebelumnya.
Caty tidak menatap saya maupun teman-teman yang lain, saat kami mencoba
menggendongnya pun ia hanya diam saja, matanya entah menatap ke mana. Ekspresinya
sulit digambarkan, ia hanya diam, tidak tertawa atau tersenyum, hanya menangis
sekali dua kali.
Saya
dan teman-teman sedang mendengarkan Anisa bercerita tentang rencana bulan
madunya dengan penuh semangat, tiba-tiba teman saya menyela “Caty kamu bawa?”,
Anisa menjawab nada suaranya terkesan buru-buru “Oh, enggak. Dia dijaga sama mami”,
kemudian ia meneruskan ceritanya. Sempat Anisa juga berkata ingin melanjutkan
kuliahnya tahun depan. Dalam hati, saya terus berpikir, seperti apa Ia akan
menjaga Caty nantinya? Akan tumbuh menjadi anak yang seperti apa Caty kelak? Dalam
perjalanan pulang kami juga sempat membahas hal tersebut, yang pada akhirnya
kami hanya bisa berharap keluarga kecil ini akan bahagia.
Menjadi seorang ibu mungkin adalah impian
dari setiap wanita. Bahkan banyak wanita yang berpikiran mereka akan menjadi
wanita yang utuh jika sudah dapat menikah dan memiliki anak. Banyak juga wanita
yang sampai berpikir cara melahirkan normal adalah cara untuk merasakan
bagaimana menjadi wanita atau ibu yang sesungguhnya. Namun, jauh sebelum hal
itu terpikirkan apakah wanita juga berpikir dan mempersiapkan segala sesuatu
yang ia butuhkan untuk menjadi ibu nantinya.
Hal pertama dan yang paling utama yang
harus dipersiapkan adalah mental. Siapkah memiliki anak? Sebelum berkata siap,
pikirkan terlebih dahulu bahwa kehidupan anda setelah memiliki anak akan jauh
berbeda dari kondisi anda yang sebelumnya sendiri. Pikirkan segala konsekuensi
yang akan anda hadapi nantinya. Siapkah waktu tidur anda terganggu? Siapkah anda
dengan tanggungjawab yang bertambah banyak? Hal-hal seperti inilah yang harus
dipikirkan secara matang oleh wanita sebelum mengatakan dirinya siap menjadi
ibu.
Wanita juga harus mempunyai pengetahuan
tentang prosedur melahirkan. Jika anda mengandung tentu anda harus melahirkan
pada waktunya nanti. Saat waktu untuk melahirkan tiba, siapkah anda? Lengkapi diri
anda dengan semua pengetahuan yang diperlukan. Tidak berhenti sampai disitu,
wanita juga harus memiliki pengetahuan yang baik tentang prosedur menyusui. Kesehatan
diri anda juga menjadi hal yang penting bagi bayi anda.
Selain hal-hal internal di atas, hal
eksternal juga dibutuhkan bagi seorang wanita yang ingin memiliki anak. Wanita
membutuhkan banyak dukungan sosial selama masa kehamilannya. Support dari suami, keluarga, bahkan masyarakat
disekitar akan sangat membantu wanita yang sedang mengandung. Hal lain yang
tidak kalah penting adalah ekonomi. Tidak bisa kita pungkiri jika kita ingin
memiliki anak, dan kita ingin mulai darin proses mengandung, melahirkan, hingga
anak kita besar nanti berjalan dengan baik uang sangatlah dibutuhkan. Siapkah anda
secara ekonomi? Siapkah anda mengeluarkan banyak uang untuk membeli keperluan
anak anda, dan bukannya untuk diri anda sendiri?
Hal-hal inilah yang harus dipertimbangkan
sebelum anda memutuskan untuk memiliki anak. Siapkanlah diri anda, baik secara
mental, ekonomi, sosial, dan juga pengetahuan yang cukup. Karena yang akan anda
kandung adalah darah daging anda sendiri, anak yang akan anda gantungkan segala
harapan anda nantinya. Ingatlah bahwa kehidupan yang akan anda jalani jauh
berbeda dari sebelumnya. Sadarlah memiliki anak bukanlah hal yang mudah, maka
siapkanlah segala sesuatunya dengan baik demi kebaikan diri dan masa depan
anda.
11 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar