Senin, 09 September 2013

Saya, Kamu, dan Dia, Sama Saja.. (Ratna Sari Dewi)

     Sampai juga pada topik pembahasaan yang sangat menggelitik buat saya, dikelas perilaku seksual, yakni pembahasan mengenai heteroseksual, biseksual, dan homoseksual. Wah, kalau membicarakan mengenai orientasi seseorang terdengar sangat asing bagi telinga orang timur seperti kita. Tidak akan tabu  jika kita membahas mengenai bagaimana suatu individu dan individu lain menjalin suatu hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda (laki-laki dan perempuan), inilah yang disebut dengan heteroseksual. Inilah orientasi seksual  yang banyak terdapat didalam masyarakat tertentu dan ini dianggap normal dibanding orientasi seksual lainnya.
     Orientasi seksual yang lainnya ialah biseksual, biseksual adalah pria dan wanita yang tertarik secara seksual atau erotik kepada anggota dari kedua jenis kelamin, nahh kadang ini orang kenal dengan sebuatan AC DC, individu dengan orientasi seksual seperti ini menikmati mereka menikmati berhubungan dengan sesama jenis dan dengan lawan jenis dan pasangan biseksual sangat jarang ditemui dan muncul kepermukaan untuk dibahas secara ilmiah. Orang-orang biseksual lebih merupakan orang yang tertarik secara seksual kepada orang-orang dari kedua jenis kelamin selama masa waktu yang bersamaan. 
    Nah, Orientasi seksual ini, yang masih dianggap tabu oleh masyarakat kita yakni adalah Homoseksual dimana adanya ketertarikan antara individu dan individu lain yang memilki jenis kelamin yang sama, nahh inilah yang sangat menarik perhatian saya dan pembahasan minggu ketiga ini, mereka yang memiliki orientasi seksual seperti ini memiliki terjadi karena ada 4 faktor menurut Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS yaitu  faktor biologik yaitu gangguan di pusat seks di otak, dimana gangguin ini dibawa sejak lahir, yang Kedua adalah faktor perkembangan psikoseksual sejak kecil, Yang ketiga yakni faktor sosiokultur yaitu kondisi sosial budaya  disuatu masyrakat yang memang memberlakukan homoseksual, dan terakhir adalah faktor lingkungan karena pengaruh lingkungan yang menyebabkan seseorang merasakan pengalaman homoseksual. Untuk keempat faktor diatas yang seharusnya bisa ditoleransi ialah dimana seorang tidak bisa lagi menyukai lawan jenisnya akibat faktor biologik yang memang secara tidak langsung dianggap "menganggu" oranglain. Banyak diantara mereka yang harus dikucilkan keluarganya, masyarakat, dan lingkunganpun memusuhinya.
     Untuk orang seperti ini, mereka tidak memilki banyak pilihan hidup, mereka harus hidup dari cemoooh orang, dikucilkan dan dikucilkan. Saya rasa kalaupun mereka bisa memilih mereka akan memilih hidup normal seperti orang pada umumnya. Dulu waktu saya duduk di sekolah menengah, saya kursus berbahasa inggris, guru saya adalah  seorang laki-laki, dia mengajar sangat baik, dan sangat peduli dengan kami semua. Penampilannya yang maskulin pun tidak menunjukan bahwa dia seorang homoseksual. Singkat cerita karena kedekatannya dengan kami dia akhirnya mengaku kepada kami, beberapa muridnya bahwa dia adalah seorang homoskesual, namun entah mengapa saya tidak merasakan jijik atau geli dengan pengakuannnya tersebut, dia juga bercerita bagaimana kerasnya dia berobat ke sana kemari agar bisa sembuh, dia juga beberapa kali mencoba berhubungan dengan wanita namun gagal. Cacian dan makian dari orang-orang terdekatnya bukan lagi hal asing baginya, dan karena itulah dia ingin berubah. Namun dengan cacian dan makian pula dia bisa bangkit, dia memilih untuk dicaci dan dimaki daripada dia harus menderita dan sampai saat sangat independen bahkan prestasinya mengajar sangat baik. 
Untuk itu saya percaya  orang-orang yang memilki orientasi seksual yang berbeda dari yang seharusnya, memiliki haknya untuk hidup layak, dan sebagian dari mereka berhasil dalam hidupnya. 

9 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar