Senin, 09 September 2013

Kesepakatan dalam Keluarga, Istri Berperan Ganda (Monica Teny)

Di era modern ini, tidak heran jika banyak wanita yang berperan ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus berperan sebagai wanita karir, “membanting tulang” bekerja keras untuk mencari nafkah dan menghidupi keluarganya, bahkan berperan sebagai seorang pemimpin dalam keluarga menggantikan peran seorang ayah.
 Peran ganda seorang wanita itulah yang dapat menjadi salah satu pemicu timbulnya konflik dalam keluarga jika tidak dapat membagi perannya secara bijaksana. Permasalahannya dapat ditimbulkan dari berbagai pihak, seperti dari pihak istri sendiri setelah lelah berperan sebagai seorang karyawan di kantornya, sesampainya di rumah ia harus kembali berperan sebagai ibu rumah tangga mengurus keluarga. Jika ia tidak dapat membagi perannya dengan baik antara perannya sebagai seorang karyawan dan ibu rumah tangga, hal itulah yang dapat memicu timbulnya konflik, seperti marah-marah dengan suami atau anaknya karena lelah atau stress mengurus pekerjaan kantornya, dan lain-lain. Selain itu sendiri dari pihak suami dan anak, dimana karena istri tidak dapat membagi perannya dengan baik (tidak dapat berperan sebagai ibu rumah tangga yang baik), suami dan anak menjadi terabaikan dan kurang atau bahkan tidak mendapat perhatian sepenuhnya.
Menurut saya tidak ada salahnya seorang wanita yang telah berkeluarga berperan ganda sebagai seorang karyawan dan ibu rumah tangga, karena selain dapat menambah atau menunjang ekonomi keluarganya, dapat menjadikan dirinya lebih produktif untuk berkreasi dan berkarya dalam bidang pekerjaannya. Maka dari itu agar kedua perannya dapat berjalan baik dan seimbang, harus diperlukannya kesepakatan dalam diri dan keluarganya (dengan suami dan anaknya). Maksudnya sepakat dalam diri adalah seperti tidak membawa beban kantornya ke rumah agar jika kembali berperan sebagai seorang ibu rumah tangga dapat sepenuhnya berperan dengan bijaksana sebagai seorang istri untuk suaminya dan ibu untuk anak-anaknya. Sedangkan sepakat dengan keluarga (suami dan anak) adalah seperti selalu memberitahukan dan membicarakan jadwal pekerjaannya seperti pulang malam atau lembur, tugas ke luar kota atau luar negri, dan lain-lain.
Jadi tidak ada salahnya seorang wanita merangkap perannya sebagai seorang karyawan dan ibu rumah tangga, asalkan adanya kesepakatan di dalam keluarga akan perannya agar tidak menimbulkan konflik dalam keluarga. 

9 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar