Selasa, 03 September 2013

Pemimpin yang hebat itu punya bakat bawaan, benarkah? (Abi Dinda Permata Sari)



Dalam kehidupan berorganisasi, sangat familiar dengan seorang yang bernama pemimpin. Banyak macam tipe dari pemimpin yang ada. Namun, ada pula yang bertanya-tanya bagaimana cara untuk menjadi pemimpin yang baik. Tidak jarang kita mendengar orang ketika diminta untuk memimpin mengatakan bahwa ia tidak memiliki bakat dari lahir sebagai pemimpin yang hebat. Apakah benar kemampuan yang dibawa dari lahir berpengaruh tunggal pada seorang dengan kemampuan memimpinnya bagus dan benar? Dalam mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi semester ini, dosen pengampu menjelaskan tentang bagaimana proses seorang pemimpin, apa saja yang harus disiapkan dan dipelajari untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk itu saya membuat tulisan singkat ini untuk menjelaska kembali bagaimana seorang untuk menjadi pemimpin yang baik berdasarkan ilmu yang saya dapat dari materi dalam kelas.
Pada saat seseorang terlahir, memang sudah ada kemampuan yang ia bawa, hal ini yang sering kali menjadi salah persepsi, orang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki bakat sejak lahir sehingga mereka hingga kapanpun, mereka tidak mampu menjadi pemimpin yang baik. Pada kenyataannya, hanya beberapa hal yang dipengaruhi oleh genetik, seperti beberapa sifat pada teori The Big Five, contohnya extraversion. Pada teori tersebut, kelima hal tersebut biasa disebut dengan trait. Trait adalah suatu keadaan yang tidak dapat dipelajari, biasanya hal ini relatif menetap pada diri seseorang. Berbeda halnya dengan yang disebut state, hal-hal yang ada pada positive psychology seperti optimism, hope, resilience, emotional intelligence termasuk dalam state, dimana ini adalah suatu keadaan dimana orang dapat mempelajarinya. Hal ini lah yang seiring dengan perjalanan waktu perlu dipelajari oleh seorang pemimpin. Ketika seorang pemimpin mampu mengelolah dirinya dengan baik, tentu orang yang bekerja dibawahnya menjadi lebih baik dalam bekerja.
Disamping mengembangkan dirinya dari dalam, seperti kemampuan mengelola emosi, resiliensi, dan hal-hal lainnya, seorang pemimpin juga harus mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan yang menunjang dirinya sebagai seorang pemimpin seperti pengetahuan akan tugas-tugas, pemecahan masalah yang kreatif, komunikasi yang baik, pengaturan waktu, pembuatan keputusan, bagaimana caranya mempengaruhi dan bernegosiasi dengan orang lain. Inilah yang sangat penting dikembangkan, karena seorang pemimpin selain harus mampu berhubungan baik dengan bawahannya, ia juga harus bisa menjalin hubungan baik dengan lingkungan kerjanya diluar itu. Jika tidak, akan sengat sulit ketika seorang pempimpin tidak mempelajari state dan kemampuan yang dibutuhkan tersebut karena tiap hal dari poin-poin tadi memberikan kontribusi sama penting ketika seorang menjadi seorang pemimpin. Ambil satu contoh jika seorang pemimpin tidak mengembangkan resiliensi dan tidak mampu mempelajari bagaimana membuat keputusan yang kreatif. Ketika seorang pemimpin resiliensi yang kuat, ia akan mudah sekali runtuh ketika memiliki masalah dan ia tidak akan mampu untuk bangun kembali dari masalah tersebut, ketika ia dalam membuat keputusan tidak tepat, dan ia memiliki resiliensi yang rendah, saat muncul masalah dari hasil keputusan yang ia buat, ia tidak akan mampu bertahan dan bangkit serta memikirkan solusi lagi karena ia tidak memiliki resiliensi yang baik, setelah ia jatuh dalam masalah, akan sangat sulit untuk bangkit lagi. Untuk itu kedua hal ini sangat penting, sama seperti hal lainnya yang juga telah disebutkan sebagai faktor yang saling berkaitan dalam mempengaruhi dan membentuk pemimpin yang baik.
Sementara itu, dalam bekerja bersama orang lain, tidak selalu semua orang menyukai cara kita bekerja, selalu ada kelompok didalam dan diluar. Dimana kelompok orang yang mendukung adalah orang yang melihat sisi baik dari tiap pekerjaan, namun ada juga kelompok yang selalu mencoba menjatuhkan pemimpinnya sendiri, untuk itu juga diperlukan mental yang kuat untuk seorang pemimpin dalam sebuah organisasi yang sudah jelas dalam hal ini mengatur banyak orang. Dan bagaimana pula seorang pemimpin harus dengan baik untuk tetap obyektif meski mengetahui orang mana saja yang mendukung, dan mana yang selalu mencoba menjatuhkan. Hubungan baik dengan sesama rekan kerja dan bawahan juga harus dipikirkan dengan baik oleh seorang pemimpin agar anggotanya tidak merasa bekerja sendiri, dan mereka bekerja sama untuk hasil yang lebih maksimal. Disinilah peran pemimpin juga sangat dibutuhkan.
Dari semua pembahasan terlihat bahwa kepemimpinan yang baik tidak hanya dipengaruhi oleh genetik, namun semua adalah proses belajar, tidak ada orang yang buruk untuk menjadi seorang pemimpin asalkan dia mau belajar. Karena sebenarnya untuk menjadi pemimpin yang baik hanya dibutuhkan kemauan untuk terus belajar meski telah memiliki posisi yang tinggi. Hal-hal yang telah disebutkan diatas adalah hanya beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menjadi pemimpin yang baik. Ketika seseorang mampu mengembangkan dengan baik dirinya, orang tersebut akan menjadi pemimpin yang hebat nantinya asalkan ia terus belajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar