Job
satisfaction atau kepuasan kerja merupakan istilah yang sudah pasti tidak asing
terdengar dalam dunia industri dan organisasi. Tanpa memahami secara mendalam,
kebanyakan orang memang sudah mengetahui bahwa kepuasan kerja seseorang bisa
mempengaruhi efektivitas dan produktivitas kinerja orang tersebut. Namun
pengetahuan ini akan sekadar menjadi informasi yang sia - sia apabila kita
bahkan tidak mengerti konsep dari kepuasan kerja itu sendiri. For starter, we
could start by stretching the operational definition for the term ‘Job Satisfaction’ itself. Dari buku
Industrial/Organizational Psychology: Understanding The Workplace karya Paul E.
Levy, saya mendapatkan pemahaman bahwa kepuasan kerja merupakan suatu keadaan
yang secara psikologis menyenangkan dan positif, yang berasal dari pandangan
seseorang terhadap pekerjaan yang ia miliki dan jalani. Kepuasan kerja kita
ditentukan dari persepsi kita akan pekerjaan kita: apakah pekerjaan yang kita
jalani saat ini memenuhi kebutuhan badaniah dan batiniah kita?
Sulit
bagi kita untuk memahami hal ini apabila konsep yang kita miliki masih terlalu
abstrak. Kita perlu memahami bahwa ada faktor - faktor yang dapat membawa kita
untuk meraih kepuasan kerja: karakteristik pekerjaan kita, karakteristik
kepribadian dan pembawaan kita, faktor sosial di lingkungan kerja, dan
peluang/kesempatan kita untuk to be better melalui pekerjaan ini (growth
opportunity).
Bayangkan
jika anda bekerja dalam suatu organisasi untuk suatu pekerjaan yang tidak jelas
(baik struktur maupun tujuan pekerjaan tersebut), bukan hanya task identity
yang ambigu, anda juga tidak diberikan otonomi untuk mengatur pekerjaan
tersebut. Tentunya keadaan ini tidak kondusif bagi produktivitas kinerja anda.
Karakteristik pekerjaan yang tidak terstruktur serta keterbatasan dalam
berkarya tentu membuat kita merasa bahwa pekerjaan kita tidak signifikan bagi
perusahaan. Somehow we come to feel that the job we do doesn’t matter that much. Hal ini akan membuat kita merasa tidak
ada full-responsibility terhadap pekerjaan kita.
Bukan
hanya karakteristik pekerjaan, namun karakter diri kita sebagai pekerja juga
dapat mempengaruhi kepuasan kerja kita. Beberapa karakteristik diri seperti
bagaimana cara kita memandang dan merespon terhadap daily events atau
penghargaan kita terhadap diri sendiri dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
Apabila kita memandang diri kita sendiri valuable (berharga) bagi perusahaan,
maka kita biasanya akan lebih optimis dalam menjalani pekerjaan kita, of which
leads us to a better satisfaction in doing the job.
Relasi
kita dengan sesama rekan kerja, baik itu mereka yang menjabat posisi di atas
maupun di bawah kita, juga berperan dalam menentukan kepuasan kerja. Atmosfir
lingkungan kerja yang sehat dan interaksi positif dengan orang-orang yang ada
dalam lingkungan kerja dapat meningkatkan kepuasan kerja kita. Betapa
menyenangkan apabila kita memiliki pemimpin/‘atasan’ yang dapat membina namun tetap membuat kita merasa
dihargai serta memperlakukan pekerja dengan adil (organizational justice) tentu
kita akan merasa senang bekerja di bawah pimpinan orang tersebut. Kita juga
pasti akan merasa lebih puas jika rekan-rekan kerja kita saling mendukung dan
pleasant or amicable to work with. Kondisi lingkungan kerja yang kondusif
mempengaruhi persepsi kita akan pekerjaan kita. Bekerja dengan orang-orang yang
saling menjatuhkan dan tidak menghargai tentu menciptakan stressful working
situation yang dapat menurunkan tingkat kepuasan kerja.
Kepuasan
kerja akan menjadi maksimal saat kita merasakan bahwa ada peluang bagi kita
untuk ‘bertumbuh’ menjadi lebih baik (growth opportunities). Stagnasi dalam
bekerja bisa sangat membosankan, no one wants to tread water for so long.
Growth opportunities yang rendah yaitu saat kita tidak pernah mendapat reward
untuk apapun yang kita kerjakan dan pekerjaan menyita tidak hanya waktu namun
juga kehidupan kita. Lakukanlah pekerjaan yang dapat membuat kita merasa
bahagia or at least not stressed. Ketahui bahwa kepuasan kerja tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor eksternal lingkungan namun juga faktor internal diri.
Kepuasan kerja yang rendah akan membuat performa kerja kita menurun yang
biasanya ditunjukkan dengan keterlambatan, sikap pasif dan apatis, juga
produktivitas kerja yang rendah. Therefore it is prominent that we understand
this concept well so we could work effectively yet maintain a good level of job
satisfaction.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar