Sabtu, 07 September 2013

Life's Start from the "Inside" (Nadya Puspita Ekawardhani)


     Selamat datang kembali! Ini adalah tulisan kedua Saya mengenai psikologi perempuan. Saya mau cerita sedikit, di pertemuan kedua kelas psikologi perempuan Saya sempat merinding dengan pembahasan mengenai memiliki anak di usia muda, kehamilan di luar pernikahan, dan aborsi. Banyak remaja dan dewasa muda di luar sana yang tidak berpikir panjang dan pada akhirnya harus menanggung tanggung jawab oleh perilakunya sendiri. Kalau dipikir-pikir Saya pribadi dengan usia 20 tahun adalah usia di mana Saya memiliki mimpi besar, kenginan yang kuat untuk mencapai kesuksesan karir, dan cita-cita memiliki kehidupan yang seimbang di masa depan. Walaupun di samping itu, kebutuhan untuk memiliki pasangan di usia sekarang tidak kalah penting. Saya juga mau sharing, Saya memiliki teman yang berusia 20 tahun seperti Saya, namun telah memiliki anak yang berusia 5 bulan. Teman Saya menikah di usia 19 tahun karena sebuah-yang sering disebut orang-"kecelakaan". Menurut Saya pribadi hubungan seksual atas dasar suka sama suka adalah sebuah niat yang menutupi pemikiran jangka panjang pada saat moment tersebut. Saat ini, suami teman Saya masih berusia 20 tahun. Namun, untungnya keluarga teman saya dan suaminya adalah keluarga yang berkecukupan, jadi untuk urusan aspek ekonomi bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan. Selain itu, hal yang membuat Saya salut terhadap teman Saya, karena ia tetap mempertahankan janin itu dan merawatnya hingga sekarang bersama suaminya. Hanya saja yang perlu disayangkan, teman Saya telah menghambat atau bahkan menghancurkan mimpinya. Karena saat ini, ia tidak melanjutkan kuliah.
     Mari lanjut ke topik awal, memiliki pasangan di usia remaja dan dewasa muda tentulah hal yang wajar dan bukan sebuah larangan, namun yang perlu diperhatiakan adalah bagaimana cara remaja dan dewasa muda membina dan menjaga hubungan saling-mengenal-lebih-dalam tersebut. Terutama di jaman modern saat ini, gaya berpacaran remaja dan dewasa muda berbeda dengan gaya berpacaran generasi orang tua dan kakek-nenek kita. Saat ini, berbagai macam jenis proses seksual sudah hampir menjadi hal yang biasa dan wajar untuk dilakukan. Hal itu disebabkan salah satunya oleh penyalahgunaan teknologi yang menampilkan film atau video yang memperlihatkan gaya berpacaran budaya barat yang tentunya berbeda dengan budaya timur. Teknologi yang berkembang tidaklah salah, namun pribadi masing-masing remaja dan dewasa muda yang perlu untuk waspada dan menahan diri.
     Pribadi yang berprinsip tentunya dibangun sejak usia dini. Didikan orang tua berpengaruh terhadap pribadi seorang anak. Terdapat istilah gender socialization, gender socialization adalah pembelajaran mengenai bagaimana anak bertanggung jawab atas dirinya. Didikan orang tua di sini bukan dimaksudkan mengajarkan bagaimana gaya berpacaran yang baik di masa depan sejak usia dini. Didikan tersebut dapat berupa bagaimana anak mengontrol keinginan, memikirkan kepentingan orang lain, dan bagaimana menjaga dirinya sendiri. Di usia remaja dan dewasa muda, personal fable sangat memicu behavior risk. Personal fable adalah pemikiran bahwa usia muda adalah waktu di mana dapat melakukan banyak hal dan jauh dari kematian. Sedangkan, behavior risk mencakup proses seksual, rokok, dan obat-obatan terlarang. Di usia remaja (13-19 tahun) dan dewasa muda (20-39 tahun) adalah masa di mana hasrat seksual terhadap pasangan berada pada tingkat tertinggi. Di samping mengenal dan berbagi dengan pasangan juga tidak kalah penting. Berbeda dengan usia dewasa madya (40-59 tahun) dan lansia (>60 tahun), hasrat seksual terhadap pasangan tetap ada, namun di usia ini lebih mementingkan kerja sama dalam menyelesaikan masalah, mencari solusi permasalahan, dan terus membina hubungan dengan baik. Oleh sebab itu, kehamilan di luar pernikahan lebih sering terjadi di usia remaja dan dewasa muda yang mengakibatkan memiliki anak di usia muda atau melakukan aborsi yang berisiko kematian. Banyak wanita yang tidak bertanggung jawab melakukan aborsi bahkan lebih dari satu kali. Aborsi di sini dimaksudkan aborsi di luar menjaga kesehatan si ibu, aborsi akibat dari perilaku tidak-berpikir-panjang yang dilakukan oleh orang tua si janin. Aborsi dilakukan rata-rata ketika usia janin menginjak 2-3 bulan di dalam kandungan. Dalam usia tersebut, panjang janin masih sekitar 5 mm dan sering dikatakan bahwa janin masih berupa gumpalan darah, namun pada kenyataannya kepala, kaki, dan tangan janin tersebut sudah terbentuk di dalam kandungan. Melakukan aborsi akibat perilaku tidak bertanggung jawab sama saja dengan melakukan pembunuhan.
     Memiliki anak di luar pernikahan tidak hanya terjadi dikalangan menengah ke atas. Bagi kalangan menengah ke bawah, faktor ekonomi menjadi pertimbangan dalam tetap mempertahankan janin tersebut, di samping menanggung rasa malu. Namun, permasalahan ekonomi tidak dapat dijadikan alasan untuk tetap melakukan aborsi. Bayi di luar pernikahan dapat diberikan kepada pasangan yang tidak dapat memiliki anak atau dimasukan ke panti asuhan. Selain menjadi korban aborsi, janin di dalam kandungan dapat menjadi korban penyakit fisik, mental, maupun psikologis. Sikap penolakan terhadap janin dari si ibu maupun lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan psikologis janin karena merasa ditolak sejak awal. Stres yang dialami si ibu dan mengkonsumsi rokok (aktif maupun pasif) atau obat-obatan terlarang selama mengandung dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental janin. Ibu yang mengandung memerlukan dukungan moral yang kuat dari lingkungan. Oleh sebab itu, sebagai wanita harus dapat menjaga diri dengan baik sampai memiliki kesiapan fisik, mental, maupun ekonomi dan memiliki prinsip hidup yang kuat apabila ingin menghindari tanggung jawab yang belum siap untuk dijalankan. Sedikit tambahan informasi, usia yang sehat bagi wanita untuk mengandung yaitu di usia 23 tahun. Di usia ini wanita sudah memiliki kesiapan fisik, karena kalsium dalam tulang wanita telah terbentuk secara maksimal. Sehingga mencegah efek kekurangan kalsium yang disebabkan oleh janin yang menyerap kalsium si ibu selama di dalam kandungan. Sekian tulisan Saya mengenai kehidupan yang diawali sejak masih di dalam kandungan. Diharapkan tulisan ini dapat menyadarkan masyarakat khususnya wanita tentang keberhargaan dirinya maupun janin dalam kandungannya nanti maupun saat ini.            

31 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar