Ini
adalah blog pertama saya dalam mata kuliah teknik wawancara. Mata
kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah yang menarik buat saya.
Mengapa begitu? Karena mata kuliah ini bukan hanya mempelajari
teori-teori. Namun, setiap mahasiswa bisa melakukan praktek langsung
mengenai penggunaan teknik wawancara. Banyak informasi yang bisa saya
peroleh dari orang-orang yang ahli dalam bidangnya melalui wawancara
yang telah saya lakukan.
Sekitar dua minggu yang
lalu, para mahasiswa dalam kelompok masing-masing di kelas teknik
wawancara mendapat tugas mewawancarai praktisi dibidang klinis dewasa,
anak, industri dan pendidikan. Setelah wawancara dilakukan,
masing-masing kelompok melakukan presentasi.
Presentasi ini menjadi bagian yang paling menarik. Saya paling ingat dengan bagian presentasi kelompok dalam ruang lingkup pendidikan.
Nah, banyak pertanyaan yang bermunculan serta ternyata…. banyak
unek-unek yang disampaikan oleh beberapa orang di dalam kelas saat itu.
Ada yang bertanya, yang boleh menjadi guru BK itu psikolog atau boleh
orang selain psikolog seperti guru konseling begitu? Jawabannya, guru BK
boleh saja seorang psikolog ataupun orang yang mempelajari konseling.
Apa tugas dari guru BK? Tugasnya adalah melakukan konseling terhadap
siswa-siswa bermasalah, membantu penyelesaiannya serta memfasilitasi
siswa-siswa yang berbakat.
Tidak lama, ada seorang
mahasiswi yang mengangkat tangan dan menceritakan kisahnya dengan sang
guru BK, kurang lebihnya seperti ini “guru BK aku dulu nyuruh aku masuk
IPS. Katanya aku gak kompeten di IPA dari hasil test, jadi IPS saja.
Padahal aku sangat suka IPA dan pengen sekali di IPA. Dengan
kata-katanya saat itu, aku jadi langsung drop”. Setelah itu, tidak kalah
menariknya saat asisten dosen di kelas kami menceritakan juga kisahnya
dengan sang guru BK. Beliau menceritakan kurang lebih seperti ini nih
“dulu saat saya SMP, saya kan agak nakal-nakal lah ya. Nah guru BK saya
bilang, kamu ini gak bakalan bisa kuliah lah dengan nilai kamu kayak
gini. Liat aja ntar”. Wah mendengar kata-kata seperti itu, langsung
asdos saya terkejut mengapa guru BK yang katanya mempelajari ilmu
psikologi, bisa bicara seperti itu. Sejak saat itu, asdos saya mulai
membaca-baca buku psikologi, lama kelamaan tertarik dan pada akhirnya
sekarang beliau telah lulus S2 psikologi lhoo… Berkat kata-kata yang
menjatuhkan, beliau membuktikan diri bahwa ia mampu. Wah, salut! Seperti hukum alam yang biasa dikatakan “semakin keras bola dilempar, maka melambungnya semakin tinggi”. Cieilerr hahaa
Mendengar kisah-kisah
seperti itu, dalam hati saya langsung bertanya-tanya, kok bisa ya ada
guru-guru BK seperti itu, apa hampir semua seperti itu. Tak lama, dosen
saya yaitu ibu Henny bercerita bahwa dulu sebelum menjadi dosen, beliau
terlebih dahulu menjadi guru BP pada tahun 90an gitu, di salah
satu sekolah. Mencerna dari cerita beliau, saya menarik kesimpulan
bahwa beliau adalah guru terfavorit di sekolah. Bahkan saat beliau
memutuskan untuk berhenti dan meninggalkan sekolah, banyak sekali murid
yang sedih, meminta beliau tidak pindah dan bahkan memberikan beliau
satu cincin yang sampai saat ini beliau pakai.
Ternyata, tidak semua
guru BK itu buruk kok. Setiap orang tidak ada yang sempurna oleh karena
itu senantiasa perlu untuk belajar dan melakukan intropeksi diri. Mengingat
guru BP sangat berguna dalam dunia pendidikan, guru BP diharapkan dapat
melakukan pembinaan dan konseling dengan benar. Diperlukan penggunaan kata yang tepat dalam membina, wawasan yang luas, keterbukaan serta yang tidak kalah pentingnya adalah rasa empati terhadap setiap siswa.
15 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar