Rabu, 18 September 2013

Ada Apa dengan Guru BK? (Maya Puspita)

 Ini adalah blog pertama saya dalam mata kuliah teknik wawancara. Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah yang menarik buat saya. Mengapa begitu? Karena mata kuliah ini bukan hanya mempelajari teori-teori. Namun, setiap mahasiswa bisa melakukan praktek langsung mengenai penggunaan teknik wawancara. Banyak informasi yang bisa saya peroleh dari orang-orang yang ahli dalam bidangnya melalui wawancara yang telah saya lakukan.

     Sekitar dua minggu yang lalu, para mahasiswa dalam kelompok masing-masing di kelas teknik wawancara mendapat tugas mewawancarai praktisi dibidang klinis dewasa, anak, industri dan pendidikan. Setelah wawancara dilakukan, masing-masing kelompok melakukan presentasi.
     Presentasi ini menjadi bagian yang paling menarik. Saya paling ingat dengan bagian presentasi kelompok dalam ruang lingkup pendidikan. Nah, banyak pertanyaan yang bermunculan serta ternyata…. banyak unek-unek yang disampaikan oleh beberapa orang di dalam kelas saat itu. Ada yang bertanya, yang boleh menjadi guru BK itu psikolog atau boleh orang selain psikolog seperti guru konseling begitu? Jawabannya, guru BK boleh saja seorang psikolog ataupun orang yang mempelajari konseling. Apa tugas dari guru BK? Tugasnya adalah melakukan konseling terhadap siswa-siswa bermasalah, membantu penyelesaiannya serta memfasilitasi siswa-siswa yang berbakat.
     Tidak lama, ada seorang mahasiswi yang mengangkat tangan dan menceritakan kisahnya dengan sang guru BK, kurang lebihnya seperti ini “guru BK aku dulu nyuruh aku masuk IPS. Katanya aku gak kompeten di IPA dari hasil test, jadi IPS saja. Padahal aku sangat suka IPA dan pengen sekali di IPA. Dengan kata-katanya saat itu, aku jadi langsung drop”. Setelah itu, tidak kalah menariknya saat asisten dosen di kelas kami menceritakan juga kisahnya dengan sang guru BK. Beliau menceritakan kurang lebih seperti ini nih “dulu saat saya SMP, saya kan agak nakal-nakal lah ya. Nah guru BK saya bilang, kamu ini gak bakalan bisa kuliah lah dengan nilai kamu kayak gini. Liat aja ntar”. Wah mendengar kata-kata seperti itu, langsung asdos saya terkejut mengapa guru BK yang katanya mempelajari ilmu psikologi, bisa bicara seperti itu. Sejak saat itu, asdos saya mulai membaca-baca buku psikologi, lama kelamaan tertarik dan pada akhirnya sekarang beliau telah lulus S2 psikologi lhoo… Berkat kata-kata yang menjatuhkan, beliau membuktikan diri bahwa ia mampu. Wah, salut! Seperti hukum alam yang biasa dikatakan “semakin keras bola dilempar, maka melambungnya semakin tinggi”. Cieilerr hahaa
     Mendengar kisah-kisah seperti itu, dalam hati saya langsung bertanya-tanya, kok bisa ya ada guru-guru BK seperti itu, apa hampir semua seperti itu. Tak lama, dosen saya yaitu ibu Henny bercerita bahwa dulu sebelum menjadi dosen, beliau terlebih dahulu menjadi guru BP pada tahun 90an gitu, di salah satu sekolah. Mencerna dari cerita beliau, saya menarik kesimpulan bahwa beliau adalah guru terfavorit di sekolah. Bahkan saat beliau memutuskan untuk berhenti dan meninggalkan sekolah, banyak sekali murid yang sedih, meminta beliau tidak pindah dan bahkan memberikan beliau satu cincin yang sampai saat ini beliau pakai.
     Ternyata, tidak semua guru BK itu buruk kok. Setiap orang tidak ada yang sempurna oleh karena itu senantiasa perlu untuk belajar dan melakukan intropeksi diri. Mengingat guru BP sangat berguna dalam dunia pendidikan, guru BP diharapkan dapat melakukan pembinaan dan konseling dengan benar. Diperlukan penggunaan kata yang tepat dalam membina, wawasan yang luas, keterbukaan serta yang tidak kalah pentingnya adalah rasa empati terhadap setiap siswa.  
 
15 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar