Minggu, 04 November 2012

Tawuran (BELLATRIX WULANSARI - 705120112)


Pendahuluan
     Perkelahian atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan hanya antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Akhir-akhir ini terjadi tawuran di kota Jakarta yang melibatkan SMA 70 dengan SMA 6. Tawuran ini memakan satu korban yaitu pelajar dari SMA 6.

Definisi Tawuran
     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), “Tawuran diartikan sebagai perkelahian beramai-ramai.” Dalam arti umum tawuran adalah suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Tawuran sering diidentikan dengan para pelajar, mahasiswa bahkan warga desa sekalipun. Maka tak heran jika kita sering menjumpai tawuran dijalan, khususnya ibukota.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Terlibat Tawuran
     Faktor internal. Remaja yang terlibat tawuran di dalam faktor internal tidak dapat mengembangkan dirinya untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Biasanya remaja ini mempunyai sifat yang mudah lari dari masalah dan menyalahkan orang lain. “Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks” (Zulkarnaen, 2011).
     Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak yang di asuh oleh orang tua yang melakuakan kekerasan akan merasa wajar jika dia melakukan kekerasan terhadap orang lain. Sebaliknya, anak yang terlalu diberikan perhatian lebih, dampaknya ia akan menyerahkan dirinya secara total  dengan teman-temannya.  “Many youth are drawn from families that are abusive, and particulary for girls the gang provides the skill to fight back against the violence of their family” (Joe & Chesney-lind dikutip dalam Barak, 2003, h. 66).
     Faktor sekolah.  “Lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya” (Zulkarnaen, 2011). Kegiatan yang mereka lakukan bisa bersifat positif atau negatif. Kegiatan negatif yang dilakukan remaja berupa tawuran.
     Tindakan kekerasan guru didalam kelas juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya tawuran remaja. “Guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam  ‘mendidik’ siswanya” (Zulkarnaen, 2011).
     Faktor lingkungan. Lingkungan yang bersifat negatif akan mempengaruhi  kelakuan remaja dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya lingkungan yang kumuh dan bayak pelaku kejahatan yang tinggal di daerah itu(pengguna narkoba). Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Howell (dikutip dalam Barak, 2003, h. 94) mengemukakan bahwa :
        Most gangs are governed by norma supporting the expressive use of violence to settle disputes and to achieve group goals associated with member recruitment, deferise of one’s  identity as a gang member, truft protection and expansion and defenseof the gangs honor.gang sanctioning of violence is also dictated by a code of honor that stressesthe inviolability of one’s manhood and defines breaches of etiquette. Violence is also a means of demonstrating toughness and fighting ability and of establishing status in the gang.

Dampak dari Tawuran
Zulkarnaen (2011) mengemukakan bahwa:
       Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.

Upaya dalam Mencegah Terjadinya Tawuran    
             Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar adalah sebagai berikut (a) memberikan pendidikan moral untuk para pelajar, (b) menghadirkan figur yang baik untuk dijadikan contoh, (c) memberikan perhatian lebih kepada para remaja, dan (d) memberikan fasilitas yang baik untuk para pelajar baik di lingkungan rumah maupun dilingkungan sekitar (“Perkelahian Remaja,” 2011).


Daftar pustaka
Barak, G. (2003). Violence and nonviolence: Pathways to understanding. California, CA: Sage Publication, Inc.
Perkelahian remaja. (2011). Makalah. Diunduh dari http://iftitahnj.blogspot.com/2011/06/makalah-tawuran-pelajar.html.
Tawuran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online. Diunduh dari http://www.kbbi.web.id/
Zulkarnaen, S. D. (2011, 15 Mei). Tawuran memprihatinkan dunia pedidikan. Diunduh      dari http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan.html.

24 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar