Sabtu, 10 November 2012

Film yang Horor (Gisela Aliyansari)


Film yang “Horor”

     Minggu ini di kelas Psikologi Perempuan menonton film mengenai operasi payudara. Saya bukanlah orang yang memiliki fobia dengan darah, tetapi ketika saya menonton film tersebut yang mana banyak adegan menyayat kulit dan daging, memindahkan organ tubuh ke bagian lain, memperlihatkan daging manusia, walaupun hanya mengeluarkan darah sedikit tetapi adegan itu membuat saya pusing. Saya juga baru mengetahui jika saya dapat pusing jika menonton film semacam itu. Oleh karena itu saya menamakan tulisan kali ini sebagai film yang "horor", walaupun tidak memperlihatkan adegan hantu-hantuan, tapi bagi saya pribadi film dokumenter semacam ini adalah film yang lebih horor daripada film horor sesungguhnya.

     Yang menarik dari film tersebut adalah bagaimana seorang wanita rela jika operasinya dijadikan film dokumneter karena tidak semua wanita rela melakukannya. Divonis mengidap kanker payudara saja merupakan kenyataan berat yang tidak semua wanita bisa terima apalagi menyetujui operasinya dijadikan film dokumenter. Yang kedua bagaimana dokter dan ahli bedah membedah kulit dan daging wanita tersebut dengan hanya megeluarkan darah yang hanya sedikit sekali. Bagaimana ketenangan dan keakuratan saat menyayat kulit dan daging bagian perut wanita tersebut menandakan bahwa dokter tersebut sangatlah profesional.

     Kehilangan salah satu organ tubuh adalah suatu beban psikologis tersendiri bagi orang. Apalagi kehilangan sesuatu yang menjadi "aset" untuk dapat membedakan jenis kelamin. Jika wanita dalam usia produktif kehilangan payudara maka hal ini akan membuat dirinya merasa kurang utuh sebagai seorang wanita sesungguhnya, tak jarang wanita pada usia produktif yang kehilangan payudara terkena depresi. Pelajaran yang dapat saya ambil dari menonton film tersebut adalah janganlah mengingkari kenyataan jika kita tervonis suatu penyakit. Banyak wanita yang baru sadar jika mengidap kanker payudara pada stadium akhir, padahal pastinya tubuh sudah mengirimkan sinyal-sinyal jika ada yang tidak beres dengan tubuh, hanya saja kita terkadang kurang peka dan membiarkan sinyal-sinyal tersebut menjadi semakin berlarut-larut. Kita dapat segera ke dokter agar penyakit tersebut cepat ditanganin dan dapat memperpanjang umur kita.

9 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar