Sabtu, 10 November 2012
sedikit kisah dari majalah wanita (Dionisius Ferdi Weros)
Kanker payudara salah satu penyakit paling mematikan bagi wanita, bahkan lebih mematikan lagi pria. Sama seperti kanker-kanker lainnya, kanker payudara sering menjadi tanda lonceng kematian bagi seorang wanita. Akan tetapi, dengan kemajuan zaman, kanker tentu memiliki kemungkinan yang sangat tinggi untuk sembuh jika dideteksi sedini mungkin. Salah satu teknik untuk mendeteksi kanker adalah dengan melakukan pemijatan di daerah payudara wanita. Jika terasa benjolan-benjolan yang mencurigakan, maka dapat dipertimbangkan untuk mengunjungi dokter. Selain itu, pemeriksaan USG secara periodik juga bermanfaat untuk mendeteksi tumor yang mengkhawatirkan. Bagi pria, penyakit ini lebih sulit untuk dideteksi, namun jika memang terjadi benjolan yang sudah sangat mengkhawatirkan sebaiknya secepat mungkin ke dokter.
Penulis selanjutnya akan menjelaskan mengenai salah satu cerita yang penulis peroleh melalui sebuah majalah wanita (saya lupa majalah apa) mengenai perjuangan seorang wanita menghadapi kanker payudara pada stadium yang berbahaya. Wanita tersebut pada awalnya menemukan benjolan kecil pada daerah payudaranya. Setelah menemukan benjolan tersebut, wanita tersebut segera memeriksakan dirinya ke dokter. Wanita tersebut sangat terkejut kita mengetahui bahwa kanker tersebut sudah mencapai stadium yang berbahaya. Selanjutnya, wanita tersebut terpaksa harus menghadapi proses masektomi untuk mengatasi kanker tersebut.
Setelah menghadapi masektomi, wanita tersebut mengalami depresi. Menurutnya, dia merasa kehilangan salah satu bagian terpenting dalam hidupnya. Tak lama kemudian, wanita tersebut melakukan operasi rekonstruksi payudara. Selanjutnya, dia menikah dengan tunangannya dan mempunyai anak laki-laki.
Cerita di atas merupakan cerita singkat yang penulis mampu ingat. Tentu terdapat dinamika emosional yang dialami wanita tersebut saat hendak menjalani proses masektomi. Akan tetapi, penulis tidak dapat terlalu mengingat mengenai secara detail mengenai dinamika emosional. Secara garis besar, penulis menangkap bahwa proses masektomi memiliki dampak yang tidak kecil bagi wanita. Payudara, yang dianggap sebagai bagian yang memperindah bentuk tubuh wanita dan sumber makanan untuk keturunannya, terpaksa dirusak demi kesembuhan dari kanker payudara.
Rekonstruksi payudara menjadi salah satu alternatif mengenai masalah ini. Akan tetapi, setiap prosedur operasi lainnya, seorang wanita harus benar-benar memahami setiap kelebihan dan kelemahannya. Salah satu kelemahannya adalah rekonstruksi payudara tersebut tidak akan menghasilkan payudara yang benar-benar sama persis dengan payudara yang sesungguhnya. Namun, jika wanita tersebut memahami kelebihan dan kekurangan ini, maka kepuasan yang dialami oleh wanita tersebut akan semakin lebih terasa.
Kesimpulan yang penulis tangkap adalah payudara salah satu bagian yang sangat penting bagi wanita. Setiap wanita tentu berusaha untuk mempertahankan bagian ini. Masektomi yang dilakukan untuk mengatasi kanker payudara tentu memiliki dampak psikologis bagi wanita tersebut. Dukungan sosial menurut penulis sangat penting untuk mengatasi hal ini. Selain itu, jika memang terasa sangat berat, maka rekonstruksi payudara dapat dilakukan. Namun, tetap diingat bahwa payudara yang terbentuk bukanlah payudara sesungguhnya.
Tentu di masa depan nanti diharapkan tidak perlu lagi prosedur masektomi untuk mengatasi kanker payudara. Tetapi, sekali lagi butuh kerja keras dunia kedokteran dan medis untuk mengatasi kanker payudara.
9 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar