Senin, 19 November 2012

Body Image dan Sensualitas Perempuan (Leni Kopen)


      Senin lalu, dalam Psikologi Perempuan membahas mengenai body image dan sensualitas perempuan. Saya dapat memahami tentang persepsi kecantikan dan bentuk tubuh pada perempuan. Penampilan memang sangat penting bagi para perempuan. Kepuasan tubuh merupakan dimensi dari body image yang telah ditetapkan sebagai aspek penting dari kesehatan diri dan mental seumur hidup. Ukuran tubuh sering berkolerasi dengan ketidakpuasaan tubuh pada kaum perempuan. Perempuan yang memiliki berat badan yang berlebih akan merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Mengapa demikian? Apakah wanita lanjut usia juga tetap memperhatikan bentuk tubuhnya? Apakah body image berpengaruh terhadap self-esteem seseorang?

     Body image merupakan bagaimana kita mempersepsi dan menginternalisasi pesan-pesan mengenai tubuh kita, menentukan kemampuan kita untuk membangun penghargaan terhadap diri sendiri (self-esteem) karena citra tubuh (body-image) lebih banyak dipengaruhi oleh self-esteem individu daripada bentuk fisik itu sendiri. Self-esteem dikatakan tinggi dilihat dari hasil yang ia capai seperti prestasi, penampilan yang baik, ada self-support, religius tinggi, dan adanya afeksi keluarga. Sebagian masyarakat mungkin tidak terlalu peduli dengan penampilan kita, namun mereka lebih melihat pada prestasi atau kualitas apa yang kita miliki. Penampilan bisa terlihat baik dari status dan prestasi yang telah ia capai. Seperti yang dikatakan oleh ibu Henny, “orang gemuk mempunyai masalah baru jika ia tidak bisa berpandangan positif tentang tubuhnya”.

    Bicara tentang wanita lansia, sebagian besar mungkin mereka lebih mementingkan ksehatan daripada penampilan. Namun tidak menutup kemungkinan juga, di usia 50 tahun ke atas masih ada wanita yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya dan merasa self-esteemnya rendah. Sehingga mereka melakukan operasi plastik agar terlihat lebih muda, lebih cantik, dan memiliki daya tarik untuk meningkatkan rasa kepercayaan dirinya. Wanita lansia yang seperti itu mungkin memiliki masalah di masa lalunya atau ada hal yang belum tercapai, sehingga ia tidak bisa menerima keadaan dirinya pada saat ini.
   
  Gambaran diri (body image) berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya sendiri akan mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya, antara lain individu akan mempunyai pandangan yang realistis terhadap dirinya, apabila seseorang menerima dan menyukai bagian tubuhnya, maka hal ini akan memberi rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatnya harga diri. Individu yang stabil, realistis, dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang hal ini akan memacu sukses dalam kehidupan. Persepsi dan pengalaman individu merupakan gambaran diri secara ilmiah.

     Penampilan sering mempengaruhi gambaran diri dan citra diri seseorang. Seorang lansia biasanya akan merasa lebih percaya diri apabila mengetahui bahwa dirinya tampak lebih baik. Perawatan diri yang berhubungan dengan kebersihan dan berdandan mungkin dapat membantu lansia dalam mempertahankan perasaan berharga pada dirinya. Komentar “baik” mengenai penampilan seseorang akan selalu membantu orang tersebut, baik berusia 20 tahun ataupun 100 tahun untuk meningkatkan gambaran dirinya.  Namun, jika wanita lansia tersebut tidak dapat menerima atau tidak puas akan bentuk tubuh mereka, mereka dapat mengalami gangguan makan.

    Diketahui bahwa wanita berusia lebih dari 50 tahun mungkin menderita gangguan makan seperti bulimia, sama halnya orang-orang muda. Para ilmuwan juga menemukan bahwa wanita 75 tahun atau lebih juga mengalami gangguan makan dan hasrat makan yang tak terkendali (pesta makan). Hampir dua pertiga (62%) wanita lanjut usia mengaku berat atau bentuk badan mereka berdampak negatif dalam kehidupan mereka. Sementara itu, sebanyak 79% mengatakan hal itu memengaruhi persepsi diri mereka dan 64% mengatakan bahwa mereka memikirkan berat dan bentuk badan mereka setiap hari (dikutip dalam http://health.okezone.com/read/2012/06/25/483/653280/wanita-50-tahun-ke-atas-menderita-gangguan-makan).

     “Body image memang penting, tapi semua itu dilihat bagaimana kita bisa menghargai diri kita,” ujar ibu Henny di akhir perkuliahan. “Mengapa orang jelek pun kalau senyum tetap terlihat mendingan (menarik)?” lanjut ibu Henny. Benar perkataan ibu Henny, semua tergantung bagaimana kita bisa menerima dan menghargai diri kita seutuhnya. Kalau kita selalu berpikir positif, tubuh kita pun akan merasakan hal-hal yang positif dan tentunya akan sehat secara jasmani dan psikologis. Semuanya dimulai dengan senyuman. Ketika Anda tersenyum, orang yang tidak suka dengan Anda pun akan menilai bahwa Anda orang yang murah senyum, dan Anda akan terlihat lebih menarik dibandingkan Anda cemberut jutek seperti itu. Selain terlihat menarik, dengan tersenyum, Anda akan semakin awet muda yang akan menambah kecantikan Anda. Jadi, cobalah tersenyum dan belajar untuk selalu berpikir positif! :)

   Sensualitas sering dipersepsikan pada tubuh seorang wanita. Sensualitas merupakan tataran imajinasi seksual individu terhadap objek yang dilihatnya. Sensualitas tak lepas dari fashion, make-up serta tubuh itu sendiri. Perempuan sebagai model iklan di media massa, baik cetak maupun elektronik makin marak digunakan. Menggunakan perempuan sebagai barang komoditi dalam iklan bukan hal baru. Pengumbaran sensualitas untuk menarik perhatian pria dianggap wajar. Sensualitas dan seksualitas perempuan dimasukkan ke dalam berbagai aspek masyarakat tak terkecuali ke dalam media periklanan. Iklan adalah media untuk promosi produk-produk yang beredar di masyarakat, tujuan utama iklan adalah supaya produk yang diiklankan diminati masyarakat. Maka dari itu, iklan akan dibuat sedemikian rupa supaya menarik perhatian masyarakat dan salah satu pilihan yang menarik adalah dengan menggunakan perempuan sebagai obyek utamanya dengan dibumbui dengan sisi sensual dan seksualnya, sehingga kenyataan yang muncul adalah penggunaan sensualitas dan seksualitas perempuan tersebut mengabaikan sisi psikologis, sosiologis, ekologis, estetika, dan keterkaitan dengan produk yang diiklankan tersebut. Pendayagunaan perempuan pada satu sisi saja dapat disebut dengan eksploitasi. Apakah ada unsur eksploitasi dalam iklan? Kemungkinan ada bisa saja. Tergantung bagaimana kita mempersepsikan dan melihat isi (makna atau pesan) iklan tersebut. “Semuanya tergantung isi kepala dan hati kita,” kata ibu Henny. “Sensualitas akan tetap ada sampai dunia meletus pun”, lanjut ibu Henny.
   
     Dalam hal ini, pesan yang disampaikan oleh iklan tersebut akan sangat mempengaruhi para penontonnya termasuk perempuan, seorang perempuan ingin tampil sempurna di lingkungan pergaulannya, dan inilah yang dimanfaatkan oleh produsen untuk memperkenalkan produknya. Penggunaan opinion leader biasanya cukup efektif dalam membangun perasaan kesamaan dengan konsumen. Manusia cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang yang dianggap lebih dari dirinya. Misalnya dalam hal penggunaan kosmetik, konsumen cenderung meniru tokoh yang diidolakan dalam hal kecantikan seperti artis sinetron yang cantik. Bagi pemasar juga harus jeli dalam menentukan siapa tokoh yang akan dijadikan sebagai modelnya nanti. Pemasar harus menegetahui tingkat aspirasi konsumen. Jika konsumen mempunyai aspirasi bahwa perempuan itu harus cantik dan anggun. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa setiap produk yang diiklankan di televisi memiliki sisi baik dan buruk, atau memberi manfaat positif dan negatif kepada para konsumennya. Keberadaan iklan selain sebagai sumber informasi, juga merupakan hiburan tersendiri. Namun dengan banyaknya iklan yang mengepung dapat membuat masyarakat tidak lagi peduli dengan penawaran maupun tampilan iklan yang dikomunikasikan, kecuali, iklan itu lain daripada yang lain ataupun sangat kreatif, sehingga dapat menarik perhatian dan membuat masyarakat teringat pada iklan tersebut. Iklan dapat membantu mencapai sebagian besar sasaran komunikasi. Oleh sebab itu, semuanya tergantung pada pesan dan makna dari iklan tersebut kepada masyarakat dan tergantung bagaimana kita mempersepsikan isi iklan tersebut. Cobalah selalu berpikir positif :)!

17 November 2012
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar