Kamis, 29 November 2012

Human Trafficking (Gisela Aliyansari)


     Human traficking atau perdagangan manusia adalah hal yang sangat tidak manusiawi. Bukan hanya tenaga yang diperdagangkan tetapi juga organ tubuh. Umumnya yang menjadi korban human traficking adalah kaum menengah ke bawah yang untuk hidup sehari-hari saja susah, mereka ditipu oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengiming-imingi mereka duit yang lebih banyak dengan alasan bekerja di luar negeri, sehingga mereka terhasut dan merelakan salah satu anggota keluarganya. Padahal mereka nyatanya menjadi korban perdagangan manusia dengan jam kerja yang hampir 24 jam, yang hanya mendapatkan istirahat sebentar sekali. Perdagangan organ tubuh lebih terselubung dan susah sekali untuk diungkap dibanding dengan perdagangan manusia yang memperdagangkan tenaga. Organ tubuh dari seorang individu akan dijual di pasar gelap dengan harga yang tinggi, kalau tidak salah satu ginjal dapat dihargai 50jt rupiah bahkan lebih.

     Yang menjadi korban perdagangan manusia umumnya adalah anak-anak dan wanita. Mereka menjadi korban perdagangan manusia karena mereka yang biasanya dianggap lemah, tidak dapat melawan ketika diperintah. Untuk pekerja anak, mereka dapat digaji dengan upah yang lebih murah untuk pekerjaan yang dikerjakan oleh bukan pekerja anak.

     Saya pernah mendengar cerita dari salah satu dosen, beliau mengatakan bahwa kulit atau anggota tubuh orang albino dapat membawa keberuntungan/kesehatan. Jadi organ tubuh orang albino dihargai sangat mahal di pasar gelap. Jika mempunyai satu badan orang albino dari kepala hingga ujung kaki maka hal itu akan lebih baik. Masih menurut beliau, di sebuah negara maju, ada ibu tiridengan tiga orang anaknya yang albino, sang ayah kandung dari ketiga anak ini sudah meninggal. Ibu ini tidak bekerja tetapi hidup sangat berkecukupan. Selidik punya selidik ternyata sang ibu menjual satu per satu anggota tubuh dari masing-masing anaknya untuk dapat bertahan hidup. Mungkin benar kata dongeng, ibu tiri memang tidak sebaik ibu kandung.

     Saya juga baru tahu dari Bu Henny jika di Arab Saudi masih memegang tradisi kasta dan pembantu rumah tangga ternyata berada di kasta yang paling rendah. PRT diperlakukan sangat tidak manusiawi, pemilik sang PRT tersebut beranggapan bahwa mereka telah membeli sang PRT jadi nasib sang PRT tersebut berada di tangan majikannya itu, hidup dan mati sang PRT pun berada di tangan majikan. Syukur-syukur jika sang majikan baik dan berperikemanusiaan, jika tak berperikemanusiaan jangan harap hidup sang PRT akan baik, yang ada sang PRT akan disuruh terus dan terus untuk bekerja.

     Mungkin pemerintah Indonesia harus lebih bisa tegas dalam menyikapi kisah nyata dari perdagangan manusia yang ada. Walaupun untuk bisa tegas dalam menyikapi hal ini tidaklah mudah, tidak semudah membalikan telapak tangan, diperlukan kerjasama dari semua pihak dan yang pasti di Indonesia sendiri harus menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk masyarakat Indonesia sehingga tidak ada lagi yang namanya perdagangan manusia. Saya harap suatu hari nanti Indonesia bisa benar-benar menjadi rumah bagi seluruh masyarakat Indonesia.

26 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar