Minggu, 11 November 2012

Aku Adalah Hidupku Sendiri (Imelda Victoria)


Pada kelas psikologi perempuan senin lalu, kami diperlihatkan sebuah film dokumenter mengenai operasi rekonstruksi payudara. Film dokumenter ini menampilkan begitu banyak istilah kedokteran yang digunakan dalam menjelaskan proses-proses operasi tersebut, sehingga film ini menjadi sulit untuk dimengerti oleh saya. Beruntung saya tidak memiliki fobia darah dan saya sudah pernah menonton beberapa film dokumenter mengenai operasi, sehingga saya masih mampu terus menyaksikan film tersebut. Operasi payudara yang ada di film dokumenter tersebut menggunakan teknik TRAM flap. Dalam teknik ini operasi reskonstruksi payudara dilakukan dengan menggunakan kulit di perut bagian bawah yang berlebih dan menggunakan otot rectus abdominis sebagai sumber pendarahan. Operasi reskonstruksi payudara dilakukan untuk membentuk kembali payudara yang diangkat akibat kanker payudara. Pembedahan untuk mengangkat payudara ini dikenal dalam istilah kedokteran dengan mastectomy. Setelah wanita yang menderita kanker payudara menjalani mastectomy, tentu saja ia tidak akan lagi memiliki payudara.

Apa jadinya seorang wanita yang tidak lagi mempunyai payudara? Hal ini menjadi pertanyaan dan topik utama di kelas psikologi perempuan kemarin. Payudara adalah salah satu bagian organ tubuh yang terletak di dada  dan hanya dimiliki oleh mamalia berjenis kelamin perempuan. Dikarenakan payudara hanya dimiliki oleh mamalia berjenis kelamin perempuan, maka seperti yang telah dijelaskan dalam kelas psikologi perempuan kemarin, payudara merupakan aset/harta yang penting bagi seorang perempuan. Mastectomy tentunya memberikan dampak-dampak tertentu bagi perempuan, terutama dampak psikologis. Dampak mastectomy pada perempuan yang telah melahirkan ataupun sudah melahirkan tentunya berbeda. Apabila mastectomy dilakukan pada perempuan yang telah melahirkan, masalah yang menjadi pertimbangan tidak sebanyak perempuan yang belum melahirkan. Payudara berfungsi penting bagi seorang perempuan setelah proses melahirkan, yaitu untuk menyalurkan ASI (Air Susu Ibu) kepada anak-anak mereka atau dengan kata lain menyusui anak-anak mereka. Apabila perempuan yang belum melahirkan dan harus menjalani mastectomy, hal ini akan menjadi sulit bagi mereka karena mereka tidak akan mampu memberikan ASI setelah mereka melahirkan nanti. Selain fungsi payudara untuk menyalurkan ASI tersebut, keberadaan payudara juga menjadi pertimbangan bagi perempuan yang belum menikah maupun yang sudah menikah.

Sesungguhnya payudara perempuan yang telah diangkat tidak akan memberikan dampak kesehatan lainnya, selain kanker payudara yang memang sudah menyebar dan menyebabkan timbulnya kanker lain. Akan tetapi pada kenyataannya payudara yang menjadi aset seorang perempuan tersebut, juga sangat mempengaruhi prestise mereka. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Henny, perempuan lebih memperhatikan penampilan mereka dibandingkan laki-laki. Akan menjadi sangat sensitif bagi perempuan tersebut apabila ia dipandang oleh orang lain, terutama laki-laki, bila payudaranya sudah tidak ada karena telah menjalankan mastectomy. Menurut saya, payudara tidak hanya menjadi aset bagi seorang perempuan. Hal utama yang dilihat seseorang untuk membedakan dengan cepat apakah individu tersebut adalah seorang perempuan atau laki-laki adalah dari payudaranya. Payudara dengan wanita adalah dua hal yang telah menyatu dan berpengaruh satu sama lain. Payudara adalah bagian tubuh yang menandakan seorang individu bahwa ia adalah seorang wanita. Maka dari itu, hal ini memungkinkan bahwa perempuan menjadi lebih tidak percaya diri setelah payudaranya diangkat karena hal ini dapat membuat status keperempuannya menjadi berbeda. Beberapa dari mereka mungkin akan khawatir dengan pertanyaan yang mungkin muncul dari orang lain mengenai apa yang membuat mereka tidak memiliki payudara. Rasa cemas dan tidak percaya diri setelah menjalankan mastectomy inilah yang menyebabkan beberapa perempuan memutuskan untuk menjalankan operasi reskonstruksi payudara. Mungkin untuk beberapa hal, operasi ini tidak penting untuk dijalankan. Akan tetapi bagi perempuan yang ingin mengembalikan prestise mereka, hal ini sangat penting dan berharga bagi mereka. Keberadaan payudara membangkitkan prestise mereka dan membuat mereka lebih percaya diri serta merasa bahwa tidak terjadi perubahan yang jelas pada diri mereka. Tubuh mereka tetap sama dengan organnya yang masih lengkap, termasuk payudara.

Hal yang mudah agar seorang perempuan tidak menjalankan mastectomy adalah menjaga tubuhnya agar tidak menderita kanker payudara. Akan tetapi, kita tidak tahu apakah kita akan mengalami kanker atau tidak. Sudah banyak terdapat metode untuk mencegah kanker, mulai dari menjalani pola hidup yang sehat hingga mengkonsumsi beberapa minuman atau obat-obat herbal yang katanya mampu mencegah kanker. Akan tetapi mengingat ‘trend’ di Indonesia mengenai makanan-makanan yang terkontaminasi oleh berbagai macam zat kimia yang membahayakan, rasanya membuat sulit seseorang untuk menjaga pola makan yang sehat. Hal ini dapat membuat seseorang menjadi takut atau pemilih akan makanan-makanan yang akan mereka makan. Saya sangat setuju dengan pendapat Bu Henny, lebih baik kita selalu berdoa sebelum makan daripada memusingkan hal-hal yang menimbulkan rasa takut akan makanan tersebut. Karena dengan doa, makanan apapun yang tidak tahu terkontaminasi atau tidak, menjadi aman bagi mereka yang menerimanya dengan lapang dada dan mempercayakannya kepada Tuhan.

Hidup tanpa terlalu memusingkan banyak hal yang tiada ujungnya tersebut, tentunya akan menjadi lebih indah dan damai. Tidak akan ada keputusan yang salah, karena salah atau tidaknya suatu keputusan ditentukan oleh kita sendiri.

11 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar