Senin, 05 November 2012
Pengaruh Merokok dalam Kehidupan Pelajar (Jennyfer Tanzil - 705120061)
Pengertian Rokok
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus menggunakan daun nipah atau kertas. Menurut Mulyadi (2010), rokok merupakan benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Merokok merupakan kegiatan menghisap rokok (KBBI, 2008, h. 1180). “Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa” (Sitepu, 2000, h. 20).
Penyebab Pelajar yang Merokok
Menurut Conrad dan Miller (dikutip dalam Sitepu, 2000), seorang pelajar akan menjadi perokok disebabkan oleh dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Dorongan psikologis pelajar akan membuat dorongan merokok seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual yang harus dilakukan untuk menunjukkan kejantanan dan kedewasaan. Sedangkan, dorongan fisiologis yang menyebabkan pelajar menjadi perokok dikarenakan adanya nikotin yang terkandung dalam rokok yang menyebabkan ketagihan, sehingga pelajar ingin terus merokok.
Faktor internal. Pelajar mulai mengenal rokok ketika mereka masuk ke jenjang SMP. Kondisi pelajar yang masih labil menyebabkan pelajar memiliki keingintahuan mengenai rokok. Menurut Hardinge dan Shryock (2001), beberapa faktor internal penyebab pelajar yang mulai mencoba rokok antara lain keinginan untuk mencoba-coba, keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok, dan kedewasaan. Pertama, keinginan untuk mencoba-coba didasari oleh keinginan mencoba rokok untuk kesenangan diri sendiri. Pelajar juga ingin bergembira dengan cara melakukan suatu hal yang lain dari biasanya. Kedua, keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok. Pelajar yang hidup dikelilingi oleh teman-teman perokoknya akan merasa berbeda dengan yang lainnya. Pelajar tidak ingin dibedakan dari teman sekelompoknya. Ketika tahu bahwa merokok merupakan suatu hal yang diwajibkan dalam kelompoknya, maka akan sulit bagi pelajar untuk menolak. Ketiga, pelajar menganggap bahwa merokok merupakan kebiasaan orang dewasa. Pelajar tingkat SMP cenderung ingin dianggap dewasa. Oleh karena itu, hal tersebut dibuktikan dengan cara merokok.
Faktor eksternal. Selain rasa keingintahuan yang muncul dari dalam diri pelajar, faktor lingkungan eksternal juga menyebabkan seorang pelajar mengenal rokok. Dalam faktor eksternal ini dikenal istilah social smoker, yaitu keadaan ketika seorang pelajar meniru atau mencontoh teman-temannya yang merokok. Menurut Hardinge dan Shryock (2001), beberapa faktor eksternal penyebab pelajar yang mulai mencoba rokok antara lain contoh orang lain dan tekanan kelompok sebaya. Pertama, contoh orang lain yang berpengaruh tidak hanya sebatas teman sebaya, orang tua yang merokok juga dapat menyebabkan seorang anak mengikuti kebiasaan orang tuanya. Meskipun terkadang anak-anak tahu akan bahaya merokok, namun pengaruh orang tua dan teman sebaya sangat besar dalam perkembangan fisik dan psikologisnya. Kedua, adanya tekanan kelompok sebaya. Alasan utama yang sering terungkap ketika seorang pelajar merokok adalah agar diterima dalam kelompoknya. Meskipun saat pertama kali merokok rasanya pahit, mual, dan ingin muntah, namun para pelajar tetap memaksakan diri untuk merokok agar diterima dalam kelompoknya.
Menghindari Kebiasaan Merokok
Menurut Hardinge dan Shryock (2001), selama 25 tahun terakhir ini lebih dari 30 juta perokok di Amerika Serikat telah berhasil berhenti merokok, dan dua juta orang setiap tahun terus melakukan hal yang sama.
Pencegahan bahaya merokok. Menurut Roemer (dikutip dalam Sitepu, 2000), strategi-strategi yang dikemukakan oleh WHO dalam pencegahan bahaya merokok antara lain melalui peraturan negara. Beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah bahaya merokok dalam kehidupan pelajar antara lain: (a) Larangan merokok di tempat-tempat tertentu, seperti sekolah dan tempat-tempat umum; (b) Pendidikan kesehatan yang dapat diselenggarakan melalui seminar mengenai rokok; dan (c) Pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya yang dimulai sejak dini.
Menghilangkan kebiasaan merokok. Menurut Hardinge dan Shryock (2001), beberapa cara yang dapat dilakukan untuk berhenti merokok antara lain, mampu memilih seorang teman baik. Seorang teman yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang harus bersedia menghubungi dan mengingatkan perokok agar ia tidak merokok lagi. Sebaiknya orang ini merupakan mantan perokok, karena ia pasti merasakan dampaknya setelah berhenti merokok. Cara selanjutnya yaitu jangan pernah merokok lagi. Perokok harus membuat keputusan yang bulat untuk berhenti merokok. Pada awalnya memang sangat sulit, namun apabila perokok bersungguh-sungguh, maka ia pasti akan berhasil. Berikutnya yaitu dengan mengingat keuntungan berhenti merokok. Perokok dapat membuat daftar keuntungan dan kerugian dari merokok. Dengan begitu, perokok akan cenderung mendapatkan banyak keuntungan setelah berhenti merokok. Selanjutnya dengan makan dan minum dengan bijaksana, serta meningkatkan aktivitas olah raga. Makan teratur dan banyak minum air putih akan sangat menolong dalam proses berhenti merokok. Air putih akan membilas kotoran-kotoran dalam tubuh yang disebabkan oleh rokok. Kemudian perbanyak makan buah-buahan dan sayur-sayuran, serta hindari minuman beralkohol. Olah raga akan mengurangi berat badan. Olah raga juga akan memberikan relaksasi jika terdapat ketegangan, serta membuat tidur menjadi lebih nyenyak. Selanjutnya dengan mencari pertolongan rohani. Niat yang dalam dan sungguh-sungguh disertai dengan keimanan kepada Yang Maha Esa akan membantu perokok untuk lepas dari ketergantungannya pada rokok. Terakhir, jangan pernah menyerah atau putus asa. Ketika perokok merasa terguncang dalam proses untuk berhenti merokok, berkatalah kepada diri sendiri di dalam hati bahwa ia tidak boleh menyerah dan tidak boleh putus asa, karena keberhasilan untuk berhenti merokok tergantung pada diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Hardinge, M. G. & Shryock, H. (2001). Kiat keluarga sehat: Mencapai hidup
prima dan bugar. (R. Supit & P. A. Siboro, Penerjemah). Bandung: Indonesia
Publishing House. (Karya asli dipublikasikan tahun 1999)
Kamus besar bahasa Indonesia (edisi ke-4). (2008). Jakarta: Gramedia.
Mulyadi. (2010). Ilmu kesehatan. Diunduh dari
http://mulyadi.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_134.pdf
Sitepu, M. (2000). Kekhususan rokok Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar