Minggu, 04 November 2012

Kenakalan Remaja (Carlos Constantine - 705120094)


Definisi Kenakalan Remaja
     “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal” (Santrock, 1996).

Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
     Menurut Rice dan Dolgin (2008), terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
     Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah (a) pencurian, (b)penyerangan, (c) perkosaan, dan (d) pembunuhan.
     Pelanggaran status, di antaranya adalah (a) kabur dari rumah, (b) membolos sekolah, (c) minum minuman beralkohol di bawah umur, (d) perilaku seksual, dan (e) perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.

Penyebab Kenakalan Remaja
     Menurut Turner dan Helms (1987) (dikutip dalam Prihatinningsih, 2012) , penyebab terjadinya kenakalan remaja antara lain adalah:
      Kondisi Keluarga yang Berantakan (Broken Home). Kondisi keluarga yang berantakan merupakan cerminan adanya ketidak-harmonisan antara individu (suami-istri, atau orang tua anak) dalam lembaga rumah tangga.hubungan suami yang tidak sejalan atau seirama ditandai dengan pertengkaran, percecokan, maupun konflik terus menerus. Selama pertengkaran, anak-anak akan melihat, mengamati, dan memahami tidak adanya kedamaian dan ketentraman antara kedua orang tua mereka. Akibatnya mereka melarikan diri untuk mencari kasih sayang dan perhatian dari pihak lain.
     Kurangnya Perhatian dan Kasih Sayang dari Orang Tua. Kebutuhan hidup seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu. Dia juga memerlukan kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Memasuki zaman industrialisasi ini, banyak keluarga modern suami-istri bekerja diluar rumah hanya untuk mengejar kebutuhan materi yang berkecukupan, makin lama kecenderungan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua diserahkan kepada pembantu.
     Status Sosial Ekonomi Orang Tua Rendah. Kehidupan ekonomi yang kurang mapan, berarti semua kebutuhan keluarga tidak dapat terpenuhi dengan baik, termasuk keperluan pendidikan, kesehatan, dan rekreasi anak-anak.
     Penerapan Kondisi Keluarga yang Tidak Tepat. Sebagian dari orang tua beranggapan bahwa penerapan disiplin terhadap anak-anak berarti harus dilakukan secara tegas, keras tidak kenal kompromi serta tidak mengenal belas kasihan kepada anak. Ketika anak sering memperoleh perlakuan kasar dan keras dari orang tua, mereka cenderung melakukan tindakan-tindakan yang negatif, sebagai pelarian maupun protes terhadap orang tuanya.
Aspek-Aspek Perilaku Kenakalan Remaja
     Menurut Kartono (2006) (dikutip dalam Prihatinningsih, 2012), aspek-aspek perilaku Juvenile delinquency (Kenakalan Remaja) dibagi menjadi empat, yaitu:

     Kenakalan terisolir. Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-faktor berikut:
1) Keinginan meniru dan ingin konfrom dengan gangnya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan, atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.
2) Mereka kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya gang-gang kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan prestise tertentu.
3) Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan kriminal. Gang remaja nakal memberikan alternatif hidup yang menyenangkan.
4) Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Ringkasnya, delinkuen terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompok gangnya, namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru
     Kenakalan neurotik. Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa. Ciri-ciri perilakunya adalah:
1) Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.
2) Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan, dan kebingungan batinnya.
3) Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh korbannya. Kriminal, dan sekaligus neurotik.
4) Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orang tuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.
5) Remaja memiliki ego yang lemah dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.
6) Motif kejahatannya berbeda-beda.
7) Perilakunya menunjukan kualitas kompulsif (paksaan).
     Kenakalan psikopatik. Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah lakunya, yaitu:
1) Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten dan orang tuanya selalu menyia-nyiakan mereka, sehingga mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi dan tidak mampu menjalin hubungan emosional yang akrab dan baik dengan orang lain.
2) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.
3) Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.
4) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan mengikuti norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak perduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri.
5) Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekacauan mental dengan karakteristik sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial dan hukum. Mereka sangat egois, anti sosial dan selalu menentang apa dan siapa. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab.
     Kenakalan defek moral. Defek (defec, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri-ciri, yaitu selalu melakukan tindakan sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kelemahan para remaja delinkuen tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaan sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional.

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
     Maqsood (2004) menyatakan, bahwa dalam mengatasi kenakalan remaja, orang tua adalah yang paling tinggi perannya, namun bukan berarti orang tua boleh memaksakan kehendak mereka kepada anaknya. Orang tua hanya berhak memberi saran dan alternatif sebijak mungkin, selanjutnya adalah bagi anak untuk memutuskan secara sadar dan bertanggung jawab.
     Banyak fakta yang menunjukkan, remaja yang merasa dirinya kurang beruntung akhirnya menjadi anak-anak yang nakal, karena itu, orang tua harus mampu berbicara dengan anak mereka dan memperhatikan keinginan serta impian mereka, orang tua harus pandai melihat kondisi si anak sehingga pemberian nasehat dan arahan dari orang tua dapat diterima dengan baik oleh anak. Orang tua yang mampu melakukan hal-hal di atas adalah orang tua yang paling mungkin mengatasi pengaruh jahat kebebasan remaja.


Daftar Pustaka
http://wija091.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Kartono, K. (2006). Patologi sosial 2 kenakalan remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maqsood, R. W. (2004). Menyentuh Hati Remaja, Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Rice, P. F., & Dolgin, K. M. (2008). The adolescent: development, relationships, and culture (12th ed.). Philadelphia, PA: Allyn & Bacon.
Prihatinningsih, S. (2012). Jurnal juvenile delinquency (kenakalan remaja) pada remaja korban perceraian orang tua. diunduh dari http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=repository.gunadarma.ac.id%3A8080%2Fbitstream%2F...%2F1059%2F1%2F10504177.pdf&source=web&cd=1&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.gunadarma.ac.id%3A8080%2Fbitstream%2F123456789%2F1059%2F1%2F10504177.pdf&ei=YVeJUIrnKMjJrAeZiIGYCA&usg=AFQjCNHQoQ022S2cbNIJ6yBaD2d7hxbTHw&cad=rja
Santrock, J. W. (1996). Adolescence: An introduction (6th ed.). New York, NY: Brown & Benchmark.
Turner, J.S., & Helms, D. B. (1987). Life span development. USA : Holt. Reinchart and Winston, Internal Edition.

25 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar