Minggu, 04 November 2012

KEMACETAN (Saniscarya R. W. - 705120137)


Pengertian Kemacetan
     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemacetan adalah hal (keadaan) macet. Definisi kemacetan dalam Buku Laporan Lalulintas Jawa Tengah tahun 2004 adalah terakumulasinya lalulintas dengan penggunaan moda yang tidak efisien pada waktu yang sama, pada rute yang sama, pada tujuan yang sama dan karena keinginan untuk melakukan perjalanan yang bersamaan (Sari, 2011). Wohl et al. (dikutip dalam Sari, 2011) mengatakan bahwa “Kemacetan lalulintas terjadi apabila kapasitas jalan tetap sedangkan jumlah pemakai jalan terus meningkat, yang menyebabkan waktu tempuh perjalanan menjadi lebih lama.” Dapat disimpulkan bahwa kemacetan adalah keadaan macet yang disebabkan tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan.

Penyebab Kemacetan
     Salah satu penyebab kemacetan adalah jumlah kendaraan tidak sebanding dengan panjang jalan yang ada. Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya tahun 2010 (Asril, 2012), jumlah kendaraan bermotor mencapai 11.362.396 unit, yang terdiri atas roda dua sebanyak 8.244.346 unit dan roda empat sebanyak 3.118.050 unit. Dari jumlah itu, 80 persen kendaraan roda dua di antaranya berasal dari luar Jakarta, sementara kendaraan roda empat 20 persen dari jumlah kendaraan roda empat seluruhnya. Hal itu tidak sebanding dengan panjang jalan di Jakarta yang hanya 7.650 km dan luas jalan 40,1 km atau 0,26 persen dari luas wilayah DKI. Sementara itu, pertumbuhan panjang jalan hanya 0,01 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan kendaraan bermotor sampai 15 persen.
     Penyebab berikutnya adalah banyaknya pemakai kendaraan pribadi. Dalam survei Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration tahun 2010, tercatat ada 48,7 persen pengguna sepeda motor dan 13,5 persen pemakai mobil. Artinya, 62,2 persen perjalanan di Jakarta menggunakan kendaraan pribadi. Pengguna bus hanya 12,9 persen dari total responden. Pengguna angkutan lain, seperti taksi, bajaj, ojek, dan kereta rel listrik (KRL), 2,3 persen. Ketua DPD Organda DKI Jakarta Soedirman mengatakan “Tingkat keterisian (load factor) angkutan umum di Jakarta hanya 50 persen.” Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia Tangkudung (dikutip dalam Sofyan, 2012) mengatakan bahwa:
     Kemacetan di Jakarta merupakan kemacetan struktural. Ada banyak  kebijakan yang tidak saling terkait. Misalnya, tidak ada keterkaitan antara pertumbuhan tata guna lahan dan penataan angkutan umum ataupun pribadi. Satu persoalan yang mudah terlihat di lapangan adalah minimnya integrasi antarmoda angkutan umum. Antara halte dan stasiun, misalnya, sering berjarak jauh. Hal ini turut membuat orang enggan menggunakan angkutan umum.

Dampak  Negatif Kemacetan Secara Umum
Secara umum, dampak negatif kemacetan adalah: (a) hilangnya waktu (Santoso, Soesilowati, Tamin, dalam Sari, 2011), (b) bertambahnya biaya operasi kendaraan (Santoso, dalam Sari, 2011), (c) pemakaian bbm menjadi sangat boros (Santoso, dalam Sari, 2011), (d) polusi udara (Soesilowati, dalam Sari, 2011), (e) tingginya angka kecelakaan (Soesilowati, dalam Sari, 2011), dan (f) menimbulkan ketidaknyamanan bagi pejalan kaki (Soesilowati, dalam Sari, 2011).

Dampak Negatif Kemacetan Dilihat dari Aspek Psikologis
     Dilihat dari aspek psikologis, masalah kemacetan memiliki dampak negatif terutama terhadap emosi seseorang. Tarjuki dan Nurachman (2012) mengemukakan bahwa:
     Jika orang dilanda macet, emosinya bisa menjadi labil. Ia berada pada titik kerawanan untuk berbuat rusuh atau paling tidak menggulir untaian aksi-reaksi yang tidak sehat secara sosial. Ribuan orang yang secara serentak terjerumus dalam lubang kemacetan di jalanan adalah sebongkah granat raksasa: sedikit ada provokasi, ledakan akan terjadi. Ini tentu saja perumpamaan yang ekstrim tetapi, bagaimana pun, cukup pas untuk melukiskan bahaya psikologis yang tumbuh di balik jiwa para korban kemacetan. Di bawah kondisi yang sama, kontak sosial yang tidak sehat dapat pula merambah ke tingkat keluarga. Jika gara-gara kemacetan, seorang suami, misalnya, selalu tiba di rumah pukul 11.00 malam. Psikisnya akan cenderung tidak siap untuk melakukan tindakan-tindakan ideal di tengah-tengah keluarga. Kontaknya dengan anak-anak juga minim karena saat ia pulang, para bocah sudah tidur dan pada saat ia berangkat, mereka pun barangkali masih nyenyak di ranjang. Potensi ke arah hubungan keluarga yang harmonis, dengan demikian, ikut terkurangi oleh kemacetan.

Upaya Pemecahan Masalah Kemacetan oleh Pengendara
     Pengamat Transportasi, Lubis (dikutip dalam More, 2012) mengemukakan bahwa:
Pertanyaan tentang solusi kemacetan seharusnya terarah pada seluruh elemen penyumbang macet, termasuk pejalan kaki dan pengguna angkutan umum. Kemacetan baru bisa dikendalikan jika seluruh elemen yang berkontribusi pada kemacetan dapat dikendalikan. Di benak saya sederhana saja, kalau setiap elemen penyumbang macet tidak bisa diatur dan dikendalikan, mana mungkin macet bisa diatasi.
Dapat disimpulkan bahwa pengendara adalah faktor utama dalam mengendalikan masalah kemacetan.

Upaya Pemecahan Masalah Kemacetan dari Pemerintah
     Masalah kemacetan di Jakarta sulit diatasi. Yang dapat dilakukan pemerintah adalah mengendalikan kemacetan (Lubis, dikutip dalam More, 2012). Mangindaan (dikutip dalam Purwanto, 2012) mengemukakan:
Untuk mengatasi kemacetan Jakarta, transportasi harus dipadukan, baik bus, kereta api hingga busway. Begitu juga nanti dengan proyek monorel dan mass rapid transport (MRT). Apalagi nanti rencananya PT Kereta Api juga akan membangun kereta ke bandara. Jadi orang asing bisa dari bandara langsung ke Dukuh Atas, menuju pusat-pusat bisnis seperti di Singapura.
Pemerintah membuat terobosan dengan menetapkan 17 langkah menyeluruh yang meliputi berbagai aspek dalam mengendalikan kemacetan seperti perbaikan jalan, kebijakan perpakiran, penetapan harga gas bagi angkutan transportasi, restrukturisasi angkutan jalan raya, perbaikan penglolaan angkutan kereta api, penambahan jalan tol, peninjauan penggunaan kendaraan kecil bagi angkutan transportasi sampai larangan angkutan liar (Hidayat, dikutip dalam Suhartono, 2010).



Daftar Pustaka

Asril, S. (2011, 5 Agustus). Kemacetan di  Jakarta semakin parah. Kompas. Diunduh dari http://megapolitan.kompas.com/read/2011/08/05/19014739/Kemacetan.di.Jakarta.Semakin.Parah.
Asril, S. (2011, 15 Juli). Kemacetan meluas hingga pinggir Jakarta. Kompas. Diunduh dari http://megapolitan.kompas.com/read/2011/07/15/11301930/Kemacetan.Meluas.hingga.Pinggir.Jakarta.
Asril, S. (2012, 4 Februari). Solusi kemacetan di Jakarta: Terbitkan Moratorium Izin Kendaraan Baru. Jurnal Nasional. Diunduh dari http://www.jurnas.com/halaman/12/2012-02-04/197709.
Kemacetan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online. Diunduh dari http://www.kbbi.web.id/
More, I. (2012, 16 Oktober). Bukan mengatasi tapi mengendalikan kemacetan. Kompas. Diunduh dari http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/16/22430375/Bukan.Mengatasi.Tapi.Mengendalikan.Kemacetan.
Purwanto, D. (2012, 15 Agustus). Atasi kemacetan Jakarta, transportasi akan diintegrasikan. Kompas. Diunduh dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/15/12053329/Atasi.Kemacetan.Jakarta.Transportasi.Akan.Diintegrasikan.
Sari, F. A. P. (2011). Analisis kebijakan penanganan kemacetan lalulintas di jalan teuku umar kawasan Jatingaleh Semarang dengan metode analisis hirarki proses (AHP). Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Sofyan, E. H. (2012, 24 April). Kemacetan tetap menjadi momok. Kompas. Diunduh dari http://megapolitan.kompas.com/read/2012/04/24/05434841/Kemacetan.Tetap.Jadi.Momok.
Suhartono. (2010, 2 September). 17 langkah urai kemacetan di Jakarta. Kompas. Diunduh dari http://nasional.kompas.com/read/2010/09/02/22004019/17.Langkah.Urai.Kemacetan.di.Jakarta.
Tarjuki, M. T., & Nurachman. (2012). Obsesi spektakuler pemprov DKI tanggul raksasa dari kanal sampai bendungan laut. Diunduh dari http://www.jakarta.go.id/web/news/2012/06/banjir-kemacetan-lalu-lintas.

24 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar