Minggu, 04 November 2012

Keluarga Disharmonis (Catherine Surya - 705120092)


Keluarga Disharmonis
Keluarga disharmonis adalah  kondisi retaknya struktur peran sosial dalam suatu unit keluarga yang disebabkan satu atau beberapa anggota keluarga gagal melainkan kewajiban mereka sebagaimana mestinya (Hendra, 2008). Keluarga disharmonis adalah keluarga yang telah kehilangan esensi dari arti keluarga itu sendiri, karena keluarga disharmonis tidak bisa menjalankan fungsinya.

Ciri- Ciri Keluarga yang Disharmonis
     Setiap anggota keluarga menganggap waktu berkumpul bukanlah hal yang penting. Menurut Bunga (2008) Setiap anggota keluarga tidak memiliki jadwal khusus untuk bertemu atau sekedar menghabiskan waktu. Seluruh anggota keluarga menganggap bahwa pertemuan rutin bukanlah hal yang penting, tetapi sesungguhnya ini merupakan hal yang sangat penting bagi suatu keharmonisan keluarga.
Tidak adanya tujun bersama. Tidak adanya visi dan misi akan menyebabkan kebijakan pemikiran yang dibuat oleh kepala keluarga menjadi berbeda dengan anggota keluarga lainnya (Bunga, 2008).
Tidak adanya kesetiaan. Kesetiaan merupakan suatu komponen penting yang harus dimiliki oleh setiap anggota keluarga, karena kesetian merupakan hal yang sangat mendasar untuk mempertahankan suatu keluarga (Bunga, 2008).

Penyebab  Ketidakharmonisan dalam Keluarga
     Masalah ekonomi. Menurut Dhani (2008) Masalah ekonomi atau keuangan sering sekali menimbulkan perselisihan dalam anggota keluarga, terutama suami istri. Istri terkadang susah dalam membagi keuangan karena pengeluaran tidak sama dengan pendapatan hal ini kalau tidak dipahami dan dimengerti oleh kedua belah pihak dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan dalam keluarga, dan bahkan dapat menimbulkan perceraian.
      Peran dalam keluarga. Suami istri memiliki peranan sendiri dalam sebuah keluarga, tetapi kadang-kadang hal itu tidak mereka pahami, sehingga timbul rasa saling meyalahkan. Misalnya saja dalam pengasuhan anak, terkadang suami menyerahkan sepenuhnya kepada istri sehingga kalau ada kesalahan yang dilakukan anak, maka istri disalahkan dan is tri tidak bias menerima hal itu yang akhirnya menimbulkan pertengkaran (Dhani, 2008).

Sepuluh Prinsip Membangun Keluarga Bahagia
     Tumbuhkan komitmen.Menurut Moeslim (2006) tanpa komitmen, kesulitan dan persoalan mudah sekali menghancurkan keluara. Tanpa komitmen, upaya membangun kebahagiaan keluarga kehilangan fondasinya. Ia ibarat membangun istana kertas yang kemudian roboh ditiup angin.
Memberi apresiasi. Kurangnya apresiasi  dapat membuat masing – masing pihak, merasa tidak dihargai dan tidak dibutuhkan. Jika sudah demikian, komitmen yang telah dibentuk untuk membangun kebahagiaan akan berantakan (Moeslim, 2006).
     Pelihara kebersamaan. Moeslim (2006) menyatakan bahwa bagi keluarga yang tanpa kualitas kualitas kebersamaan yang memadai, kehancuran hanyalah perkara waktu. Ia bisa datanga dalam hitungan tahun, bulan bahkan mungkin hitungan hari. Tetapi, kehancuran itu pasti.
Berkomunikasi. Ketiadaan komunikasi bukan saja dapat menyebabkan kesalahpahaman, naum juga saling menjauhkan dunia masing – masing pihak. Tanpa komunikasi kita hanya membuang modal kita untuk meraih kebahagiaan (Moeslim, 2006).
     Agama atau falsafah hidup. Moeslim (2006) menyatakan bahwa ajak dan  libatkan anak dalam acara keagamaan. Kegiataan seperti itu akan membantunya untuk menyadari hal-hal yang lebih mendasar dalam hidup, sebuah kecerdasaan sprital yang jelas sangat berpengaruh pada kesanggupan orang untuk bahagia.
     Bermain dan humor. Moeslim (2006) menyatakan bahwa jadilah teman bagi pasangan dan anak anda. Ketegangan dan persoalan akan lebih mudah cair dengan menyediakan waktu untuk rileks. Luangkan waktu untuk bermain dengan anak.
     Berbagai tanggung jawab. Moeslim (2006) menyatakan bahwa fleksibel dalam berbagai peran dan tanggung jawab.Kadang suami yang menemani anak, kadang istri yang sibuk di luar. Berbagi peran dan tanggung jawab membuat masing – masing pihak semakin merasa sebagai satu kesatuan.
    Miliki kepentingan dan kegemaran bersama. Moeslim (2006) menyatakan bahwa untuk memperkuat fondasi bagi kebersamaan keluarga, sebaiknya carilah kegemaran dan kepenetingan yang sama di setiap anggota keluarga.
     Melayani orang lain. Moeslim (2006) menyatakan bahwa secara bersama melayani dan menolong orang lain yang kurang mampu atau tertimpa bencana dan akan memberi pengaruh positif. Pengalaman itu membuat masing- masing pihak semakin bersyukur berada dalam kondisi yag lebih baik dibandingkan dengan komunitas yang ditolong.
          Tahan dengan problem.Jika kesulitan itu datang dalam hidup anda, jangan sekali-sekali sungkan meminta bantuan dari pihak yang lebih ahli untuk mengatasinya. Kekuatan dan kemampuan anda untuk menghadapi hidup tidak akan dikurangi sedikitpun kalau Anda meminta bantuan pihak lain (Moeslim, 2006, h. 3). Kesepuluh prinsip yang diuraikan ini tampak sederhana dan boleh dibilang merupakan hal yang umumnya sudah diketahui. Yang menjadi kunci bukanlah seberapa sederhana dan umumnya kesepuluh prinsip ini, namun sudahkah kesepuluh kunci tersebut kita lakukan dalam kehidupan kita.

Daftar Pustaka
               Bunga. (2008). Penyebab keluarga disharmonis dengan hubungan keburukan mental anak.Skripsi. Universitas Pelita Harapan, Jakarta
     Hendra, (2008). Keluarga Disharmonis Pasti Bisa diatasi. Banjarmasin: Pustaka Cahaya    Bangsa
    Kiat membangun keluarga harmonis. (2010). Diunduh dari http://perjalananhidupqu.blogspot.com/2010/05/kiat-membina-keluarga-harmonis.html
Moeslim. (2006). Psikologi Populer Membangun Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
   
24 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar