Minggu, 04 November 2012

Kemacetan Jakarta (Samantha Puteri Prawira - 705120127)


Data Kemacetan

     Kemacetan di daerah Jakarta dan sekitarnya. Polda Metro Jaya (dikutip dalam  Sabrina) mengemukakan bahwa:

Jumlah kendaraan yang beredar di Jakarta saat ini ada 11.362.396 unit yang terdiri dari roda dua sebanyak 8.244.346 unit dan roda empat sebanyak 3.118.050 unit. Dari jumlah ini, 98 persen adalah kendaraan pribadi sisanya sebanyak 859.692 unit atau 2 persennya angkutan umum yang mengangkut 66 persen  total penduduk Jakarta.

Jumlah kendaraan yang terbilang tinggi ini membuat Jakarta menjadi sesak  dan    penuh, ditambah lagi dengan kurangnya sarana dan prasarana lalu lintas di  Jakarta. Kemacetan yang dialamai oleh Jakarta berdampak bagi daerah disekitarnya, seperti Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang.

Perbandingan kemacetan di Jakarta dengan Ibukota negara lainnya. Dinas Perhubungan (dikutip dalam Banjir dan Kemacetan Lalu Lintas, 2012) mengemukakan bahwa:

Rasio jalan di Jakarta hanya 6,2 persen, angkaini sangat kecil bila dibandingkan kota-kota besar di negara lainseperti Paris yang mencapai 24 persen, Tokyo sebesar 22 persen,dan Singapura sebesar 12 persen. Empat contoh kota ini sudah memiliki angkutan massal yang baik. Sementara itu di Jakarta pertumbuhan ruas jalan tidak lagi sebanding dengan pertambahan jumlah kendaraan. Panjang jalan di ibu kota mencapai 7.650 kilometer dengan luas jalan 40,1 kilometer persegi. Sedangkan pertumbuhan panjang jalan hanya sekitar 0,01 persen per tahun. Beban jalan di Jakarta pun semakin bertambah dengan adanya kendaraan komuter dari daerah sekitar Jakarta (Bodetabek) sekitar 650.000 unit per hari.

Definisi Umum Kemacetan

     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990)macet memiliki definisi keadaan tersumbat. Namun secara garis besar kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan seringkali terjadi di kota besar yang transportasi publiknya kurang memadai. Selain kurangnya transportasi publik, kebutuhan jalan dengan jumlah penduduk  yang tidak seimbang mengakibatkan kemacetan. Kemacetan yang terjadi juga memberikan dampak bagi para penduduk.

Penyebab dan Dampak Kemacetan

Dinas Perhubungan (dikutip dalam “Banjir dan Kemacetan Lalu Lintas”, 2012) mengemukakan bahwa:

Pemicunya masalah klasik, pertambahan jalan tidak sebanding dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan roda empat. Total panjang jalan di DKI Jakarta mencapai 5.621,5 kilometer dan hanya kendaraan dan panjang jalan ini, Jakarta telah mencapai kondisi macet total dalam bertambah 0,01 persen per tahun. Dengan ketidakseimbangan jumlah pertambahan waktu yang tak lama.

Dampak dari kemacetan adalah kerugian sosial yang diderita masyarakat lebih dari Rp 17,2 triliun per tahun akibat pemborosan nilai waktu dan biaya operasi kendaraan terutama bahan bakar. Bahkan, ada suatu perhitungan yang memperkirakan kerugian dari kemacetan lalu lintas ini mencapai Rp 43 triliun. Dampak pada tahap selanjutnya adalah menurunnya produktivitas ekonomi kota (bahkan negara) dan merosotnya kualitas hidup warga kota. Setidaknya ada dua ‘subsidi’ yang mendorong orang untuk mengendarai kendaraan pribadi dibanding menggunakan moda transportasi publik. Belum lagi soal polusi udara yang secara tidak langsung membuat penyakit tersendiri yang pastinya harus kita hadapi setiap harinya.

Upaya untuk mengurangi kemacetan oleh kesadaran masyarakat.

     Upaya mengurangi kemacetan oleh pemerintah. Dahlan Iskan (dikutip dalam “BUMN Siap Bantu Atasi Kemacetan Jakarta”, 2012) mengemukakan bahwa:

Pembangunan kembali monorel yang sempat tertunda, peningkatan fasilitas KRL, pembangunan rumah susun di kawasan kumuh, pembangunan jalan tol, hingga jalan khusus truk dari Bekasi hingga Tanjung Priok diharapkan dapat mengurangi kemacetan yang terjadi di Jakarta. Mengenai KRL, akan dibangun underpass pada sejumlah perlintasan, sehingga dapat meningkatkan trafik KRL dari setiap 8 menit menjadi 10 menit.

Joko Widodo (dikutip dalam “BUMN Siap Bantu Atasi Kemacetan Jakarta”, 2012) mengemukakan bahwa “Mengenai hal ini akan dikoordinasi beberapa instansi, seperti Kementerian Perhubungan dan PT KAI untuk membangun Jakarta. Hal ini tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus bergandengan agar hal-hal konkret dapat diwujudkan dan bukan hanya rencana belaka saja.”

Kesadaran masyarakat dalam mengurangi kemacetan. Harun Al-Rasyid (dikutip dalam More, 2012) mengemukakan bahwa:

Di benak saya sederhana saja, kalau setiap elemen penyumbang macet tidak bisa diatur dan dikendalikan, mana mungkin macet bias diatasi.Contohnya tingkat kesadaran masyarakat akan penggunaan kendaraan bermotor dan mobil terbilang tinggi, padahal mereka bisa saja menggunakan angkutan umum yang telah tersedia. Dilain pihak pembangunan tata kota seperti pembangunan jalan tol justru memdorong pemilik kendaraan pribadi untuk menggunakan kendaraannya bukan menggunakan transportasi publik.

Dahlan Iskan (dikutip dalam BUMN Siap Bantu Atasi Kemacetan Jakarta, 2012 ) mengemukakan bahwa “Para pejalan kaki pedagang kaki lima sebenarnya dapat lebih tertib lagi jika mereka menggunakan trotoar secara bijaksana agar mengurangi kemacetan di jalan raya.”

Dampak dari Berkurangnya Kemacetan

     Polda Metro Jaya (dikutip dalam Widodo, 2012) mengatakan bahwa:

Hasilnya kemacetan berkurang, kapasitas jalan lebih optimal. Jika lalu lintas dan semua pengendara tertib, kasus pertengkaran di jalan dan pertunjukan arogansi tentu dapat dihindari. Banyak sekali masalah sosial dan kejiwaan yang akan terbantu oleh kelancaran lalu lintas.

Daftar Pustaka

Banjir dan kemacetan lalu lintas. (2012, 6 Juni). Diunduh dari http://www.jakarta.go.id/web/news/2012/06/banjir-kemacetan-lalu-lintas

BUMN siap bantu atasi macet Jakarta. (17 Oktober, 2012). Warta Kota, h. 4.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

More. (2012, 16 Oktober). Bukan mengatasi, tetapi mengendalikan kemacetan.  Kompas. Diunduh dari  http://www.megapolitan.kompas.com

Sabrina. (2011, 5 Agustus). Kemacetan di Jakarta semakin parah. Kompas.  Diunduh dari http://internasional.kompas.com/read/2011/08/05/19014739/Kemacetan.di.Jakarta semakin.Parah

Widodo, S. (2012, Mei 22). Melawan arus tidak selalu jelek. Diunduh dari http://inspirana.blogspot.com/2012/05/melawan-arus-tidak-selalu-jelek.html?m=1

25 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar