Minggu, 04 November 2012
KELUARGA DISHARMONIS (Fiona Febilla Hidayat - 705120132)
Pengertian Keluarga Disharmonis
Keluarga. Summer dan Keller (dikutip dalam Loka, 2012) mengatakan bahwa “Keluarga sebagai miniatur dari organisasi sosial, meliputi sedikitnya dua generasi dan terbentuk secara khusus melalui ikatan darah.” Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
Disharmonis. “Suatu keadaan dikatakan disharmonisasi adalah keadaan yang biasanya mencerminkan suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok. Disharmonisasi selalu berkaitan dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga.” (Gunarsa, 2004).
Keluarga Disharmonis. “Keluarga disharmonis adalah kondisi retaknya struktur peran sosial dalam suatu unit keluarga yang disebabkan satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka sebagaimana mestinya.” (Goode, dikutip dalam “Pengertian Keluarga Disharmonis,” 2011). Keluarga disharmonis tidak memiliki ikatan yang erat antara satu dengan yang lainnya didalam keluarga sehingga berdampak negatif bagi kehidupannya.
Latar Belakang Keluarga Disharmonis
Gunarsa (2012) mengemukakan bahwa:
Sebuah keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga
merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan
dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya yang meliputi
aspek fisik, mental, emosi dan sosial seluruh anggota keluarga. Sebaliknya,
keluarga disebut disharmonis apabila ada seorang atau beberapa orang
anggota keluarga yang kehidupannya diliputi konflik, ketegangan,
kekecewaan dan tidak pernah merasa puas dan bahagia terhadap keadaan
serta keberadaan dirinya. Keadaan ini berhubungan dengan kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penyesuaian diri terhadap orang lain atau terhadap
lingkungan sosialnya.
Faktor-Faktor Keluarga Disharmonis
Loka (2012) mengemukakan bahwa “Bila disuatu keluarga tidak terjalin kasih sayang maka tidak akan terjalin hubungan emosional yang harmonis antara satu dan lainnya. Selain kurangnya kasih sayang, tidak ada pengertian dari keluarga maka dapat menyebabkan timbulnya pertengkaran sesama anggota keluarga.” Sedangkan menurut Simanjuntak (dikutip dalam “Faktor-Faktor Disharmonisasi Keluarga,” 2011), faktor keluarga disharmonis terdiri dari faktor internal seperti adanya norma dan etika yang perlu dijaga dan faktor eksternal yaitu pola kehidupan yang serba bebas tidak terkontrol.
Dampak Negatif Keluarga Disharmonis
Suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua tidak lagi dapat menjadi tauladan yang baik untuk anak-anaknya. Bisa jadi mereka bercerai, pisah ranjang atau keributan yang terus menerus terjadi dalam keluarga (Atriel, dikutip dalam Sujoko, 2012). Kelompok paling sering terkena dampak dari disharmonisasi keluarga adalah para remaja, sehingga mengakibatkan remaja sering melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap perilakunya, seperti penyalahgunaan narkoba (Loka, 2012).
Upaya Pencegahan dan Penyelesaian Keluarga Disharmonis
Apabila konflik dapat diselesaikan secara sehat maka masing-masing pasangan (suami-istri) akan mendapatkan pelajaran yang berharga, menyadari dan mengerti perasaan, kepribadian, gaya hidup dan pengendalian emosi pasangannya sehingga dapat mewujudkan kebahagiaan keluarga (Loka, 2012). Kondisi keluarga yang tidak harmonis akan memberikan dampak negatif terhadap perilaku anak. Untuk menciptakan suatu hubungan rumah tangga yang harmonis setidaknya ada aspek yang harus diperhatikan seperti cinta, kasih sayang dan kelembutan (Sujoko, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Faktor Keluarga Disharmonis. (Agustus, 2011) Diunduh dari
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2204610-faktor-faktor-keluarga-disharmonis/
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja dan
keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Loka, G. (2012). Pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan
narkoba. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pengertian Keluarga Disharmonis. (Agustus 25, 2011). Diunduh dari
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2204607
Sujoko. (2012). Hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi
teman sebaya dengan kenakalan remaja. Skripsi. Universitas Setia Budi, Surakarta.
24 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar