Senin, 05 November 2012

Keluarga Disharmonis (Cindya Yosephine - 705120003)


     Secara umum, keluarga adalah suatu lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Disharmoni adalah suatu keadaan dikatakan disharmonisasi adalah keadaan yang biasanya mencerminkan suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok dan kelompok ini adalah sekumpulan manusia.  Menurut Gunarsa (1993), keluarga disharmoni adalah suatu hubungan yang tidak selaras dalam kehidupan berkeluarga. Jadi apabila didalamnya (keluarga/rumah tangga) terdapat sebuah ketidakbahagian, maka keluarga tersebut dinyatakan disharmonisasi.
     Penyebab terjadinya ketidakharmonisan dalam keluarga dibagi dalam dua faktor, yaitu dalam dan luar.  Faktor dalam yang mempengaruhi terjadinya disharmonisasi dalam keluarga terdiri dari kurangnya kasih sayang  antara keluarga. Suatu keluarga yang tidak terjalin kasih sayang, maka tidak akan terjalin hubungan emosional yang harmonis antara satu dan lainnya. Berikutnya, kurangnya saling pengertian sesama anggota keluarga. Selain itu, tidak adanya dialog atau komunikasi di dalam keluarga. Berikutnya, tidak ada kerjasama antara anggota keluarga. Kerjasama yang tidak baik antara sesama anggota keluarga sangat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada saling membantu dan gotong royong akan mendorong anak untuk bersifat tidak toleransi jika kelak bersosialisasi dalam masyarakat. Menurut Gunarsa (1993), kurang kerjasama antara keluarga membuat anak menjadi malas untuk belajar karena dianggapnya tidak ada perhatian dari orangtua.
     Selain dari faktor dalam ada juga beberapa faktor luar yang mempengaruhi terjadinya disharmonisasi keluarga. Menurut Lailatul (n.d.), faktor ekonomi dan pola hidup bebas yang tidak terkontrol  dapat menyebabkan terjadinya disharmonisasi keluarga.
     Keluarga diharmonis dapat menyebabkan suatu keretakan dalam kehidupan berkeluarga yaitu perceraian  dan berdampak terhadap perkembangan seorang anak.  Menurut Whisman, Dixon dan Johnson (1997), dari hasil survey masalah perceraian suami isteri, didapatkan hasil bahwa 38% anak akan mengalami masalah, 9% peringkat masalah, 18% kesulitan dalam merawat, 18.5% dampak merusak, dan 15.2% peringkat komposit. Selain itu menurut (Olson & Defrain, 2006), 20% anak-anak dari percerain akan mempunyai masalah pada emosinya. Beberapa dampak akibat keluarga disharmonis menurut Baker, Barthelemy, dan Kurdek (1993, dikutip dalam Lauer & Lauer, 2009) adalah turunnya tingkat sosialisasi seorang anak, anak tersebut cenderung menarik diri dari lingkungan. Menurut Guidubaldi dan Cleminshaw (1985, dikutip dalam Lauer & Lauer, 2009), seorang anak dari keluarga disharmonisasi cenderung mempunyai masalah mental dan kesehatan dibandingkan anak-anak yang berasal dari keluarga harmonis.
     Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guna untuk mencegah terjadinya keluarga disharmonis berdasarkan “10 tips keharmonisan pasangan  suami-isteri”, yaitu berupaya untuk saling mengenal lebih dalam anggota keluarganya, mengatasi persoalan bersama, sikap toleransi terhadap sesama, berterus-terang satu sama lain, dll. Selain itu menurut  Covey (2009), dalam suatu keluarga harus mempunyai sikap proaktif maksudnya yaitu kemampuan untuk bertindak berdasarkan prinsip dan nilai daripada bereaksi berdasarkan emosi atau keadaan, dan berusaha untuk memahami dahulu baru dipahami.


Daftar Pustaka

10 tips keharmonisan pasangan suami-isteri. Diunduh dari
     http://www.voa-islam.com/muslimah/print/2010/07/10/7969/10-  
     tipskeharmonisan-pasangan-suami-istri/.
Covey, S. R. (2000). 7 Kebiasaan keluarga yang sangat efektif. Mitra Media
     Publisher.
Lailatul. (n.d). Faktor-faktor keluarga disharmonis. Diunduh dari
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2204610-faktor-faktor keluarga-disharmonis/#ixzz29R4ix2TZ.
Lauer, H. R., & Lauer, J.C. (2009). Marriage & family : The quest for intimacy (8th
      ed.). Mc Grawh Hill.
Olson, D. H., & Defrain, J. (2006). Marriages and families. Mc Grawh Hill.
Thesis. Diunduh dari
      http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31231/3/Chapter%20II.pdf.
Whisman, Dixon, & Johnson. (1997). Journal of family psychology.\

26 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar