Minggu, 04 November 2012

Kejujuran (Axel Floria - 705120148)


     Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) menyatakan bahwa definisi dari kejujuran adalah ketulusan hati dan kelurusan hati. Sedangkan definisi jujur itu sendiri menurut kamus Besar bahasa indonesia (1990) adalah lurus hati, tidak curang, tidak berbohong (berkata apa adanya), tulus dan ikhlas. Jadi, apabila kita berkata sesuai dengan kenyataan (apa adanya), artinya kita sedang bersikap jujur. Kejujuran juga membutuhkan hati yang tulus dan ikhlas. Azdiati (2011) berpendapat bahwa ”kejujuran yang baik adalah kejujuran yang membuat mu tenang dan orang lain senang walaupun kadang ada juga yang merasa sakit, tapi apa boleh buat karena kejujuran itu demi kebaikan semua orang.
     Banyak manfaat yang kita dapatkan apabila kita mempunyai sikap jujur. “Bila kita mengurangi jumlah kebohongan yang kita lakukan sebenarnya kita bisa mencapai kepuasan hidup yang lebih tinggi” (Kelly, dikutip dalam Anna, 2012). "Berbohong bisa menyebabkan stres pada banyak orang, memicu kecemasan bahkan depresi. Mengurangi kebohongan bukan hanya baik untuk hubungan Anda, tapi juga menyehatkan," (Bruno, dikutip dalam Anna, 2012). Selain itu, orang lain akan senang bergaul dengan kita apabila kita memiliki sikap jujur. Orang lain tidak menyukai kita apabila kita suka berbohong. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad (2012), sifat-sifat yang tidak disukai oleh orang lain diantaranya adalah suka mengeluh, tidak tahu diri, suka membual, nyinyir, suka menjelekkan orang lain, keras kepala, pelit, suka berbohong, tidak mempunyai pendirian, sombong, sensitif dan pemalas.
     Meskipun kejujuran mendatangkan manfaat yang baik, masih banyak orang yang terbiasa untuk tidak bersikap jujur. “Dalam seminggu, orang berbohong  terhadap 30% orang lain dalam komunitas” (National Institute of Mental Health, dikutip dalam “Psikologi Online”, 2009). Beberapa penyebab seseorang tidak bersikap jujur (berbohong) adalah untuk melindungi kepentingan, menguntungkan kepentingan, menimbulkan respon emosional tertentu yang diinginkan, melindungi dari rasa malu, kehilangan muka, atau terlihat buruk dan melindungi dari ketidaksetujuan (“Psikologi Online”, 2009). “Mengapa Anda mau berbohong? Salah satunya adalah karena bohong memberikan manfaat kepada Anda, baik secara langsung maupun tidak” (“Psikologi Online”, 2009).
     Kejujuran penting untuk dikembangkan sejak dini. “Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur” (“Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sejak Usia Dini”, 2012).
   Lembaga Penelitian Fakultas Diponegoro (2009) mengemukakan metode yang tepat dalam mengembangkan sikap jujur terhadap anak-anak sekolah dasar yaitu:
(a)    Terdapat persamaan nilai kejujuran yang disampaikan oleh orangtua dan guru pada siswa, hal itu mendukung siswa lebih mudah untuk mengenal dan memahami nilai kejujuran; (b) budaya malu (shame culture) sebagai kontrol diri sudah sangat jarang disampaikan oleh guru maupun orang tua saat mengenalkan dan menanamkan nilai kejujuran; (c) model pembelajaran nilai kejujuran ini mencakup 10 aktivitas pembelajaran, dengan metode penyampaian berupa apresiasi seni, metode umpan balik, refleksi diri, permainan, bercerita dan peragaan (sosiodrama), pengamatan terstruktur dan simulasi warung/kantin kejujuran; dan (d) dari sepuluh aktivitas dalam model tersebut, yang dinilai memiliki ketepatan paling tinggi adalah aktivitas ”Warung Kejujuran”. Hal itu sesuai dengan hasil need-assesment pada awal penelitian, dimana keberadaan ”Warung/Kantin Kejujuran” dinilai oleh para responden akan efektif untuk mengajarkan dan membiasakan perilaku jujur.
     Banyak akibat yang timbul dari bersikap tidak jujur. Seperti contoh, dalam dunia pendidikan, marak terdapat bocoran. Hasil survey UNESCO (2011) mengemukakan bahwa:
Hanya 6 persen output pendidikan nasional yang mampu bersaing secara global. Selanjutnya, tidak lebih dari 24 persen peserta didik yang tercatat memiliki output yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kemudian, 70 persen peserta didik yang tercatat memiliki output dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Hal ini membuktikan bahwa Ujian Nasional tidak mencapai target yang sebenarnya karena banyaknya kecurangan yang terjadi pada kegiatan Ujian Nasional.
     Penting untuk menanamkan sikap jujur sejak dini. Bila seseorang sudah memiliki sikap jujur sejak dini, maka ia akan terbiasa untuk menghindari dari sikap curang. Selain itu, ia akan terbiasa untuk berkata apa adanya dan berkata sesuai dengan kenyataan yang ada.

Daftar Pustaka

Anna. (2012). Orang jujur lebih sehat dan bahagia. Diunduh dari http://health.kompas.com/read/2012/08/06/11053583/Orang.Jujur.Lebih.Sehat.dan.Bahagia

Azdiati. (2011). Pentingnya kejujuran dalam kehidupan. Diunduh dari http://nisaazdiati.wordpress.com/paper-of-mine/pentingnya-kejujuran-dalam-kehidupan/

Kejujuran. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Lembaga Penelitian Fakultas Diponegoro. (2009).Metode yang tepat dalam mengembangkan sikap jujur terhadap anak-anak sekolah dasar. Diunduh dari http://www.lppm.undip.ac.id/abstrak/content/view/647/282/

Muhammad. (2012). Sifat-sifat yang tidak disukai oleh orang lain. Diunduh dari  http://www.pikirdong.org/index.php?option=com_content&view=article&id=238:sifat-sifat-yang-tidak-disukai-oleh-orang-lain&catid=54:psikologi-kepribadian&Itemid=76

Pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak usia dini. (2012). Diunduh dari http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pentingnya-pendidikan-karakter-pada-anak-sejak-usia-dini/

Ujian nasional antara kejujuran dan kelulusan. (2012, 9 Agustus). Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/09/ujian-nasional-antara-kejujuran-dan-kelulusan/

25 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar