Kamis, 08 November 2012

DEPRESI PASCA MELAHIRKAN DAN GANGGUAN MAKAN (Leni Kopen)


     Dalam Psikologi Perempuan membahas mengenai depresi pasca melahirkan dan eating disorder. Apa itu depresi pasca melahirkan? Bagaimana solusinya? Lalu, apa saja eating disorder dan bagaimana cara mengatasinya? Akan saya jelaskan satu per satu :)
                        http://st292436.sitekno.com/category/20860/1/.html
    Ibu-ibu pasti merasakan kegembiraan yang luar biasa sewaktu pertama kali dinyatakan positif HAMIL. Namun ada juga kekhawatiran dan rasa was-was silih berganti menghinggapi ibu yang baru pertama kali hamil. Takut akan keadaan janin dalam kandungan dan menjaga ketat makanan yang dimakan adalah hal-hal yang biasa dialami ibu hamil. Seiring berjalannya waktu, kehamilan semakin besar dan persalinan semakin dekat. Biasanya ibu akan khawatir akan proses persalinan, baik itu persalinan normal maupun melalui operasi cesar karena keduanya memiliki resiko. Memang lebih baik melahirkan secara normal, kecuali ada indikasi seperti pre-eklampsia, bayi terlilit tali pusat atau posisinya sungsang, sehingga memiliki resiko jika memilih persalinan secara normal. Akhirnya lahir bayi mungil, sehat dan lucu yang sangat dinantikan, perasaan ibu sungguh sangat gembira, lega, dan bahagia. Namun tidak lama kemudian, setelah beberapa hari setelah pulang dari rumah sakit, ada rasa sedih, kesal dan lelah yang melanda. Ini yang biasanya dialami sekitar 50-80 persen wanita setelah melahirkan bayinya. Hormon biasanya dituding sebagai penyebabnya. Inilah yang dikenal dengan Sindrom Baby Blues (Postpartum Distress Syndrome) yang akan berlanjut menjadi Postpartum Despression (PPD).

     Apa sih Baby Blues Syindrome? Baby Blues Syindrome yang biasa juga dikenal sebagai Postpartum Distress Syndrome merupakan suatu kondisi dimana muncul perasaan gundah gulana atau adanya perasaan sedih yang dialami oleh para ibu pasca melahirkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada 14 hari pertama pasca melahirkan dan cenderung memburuk pada 3 ata 4 hari pasca melahirkan. Namun jika ibu mengalami kondisi yang sama melebihi batas normal 2 minggu, maka baiknya ibu berkonsultasi dengan dokter, karena dikhawatirkan mengalami Postpartum Depression. Baby Blues terjadi karena tubuh anda sedang mengadakan perubahan fisikal yang besar setelah anda melahirkan, hormon-hormon dalam tubuh juga akan mengalami perubahan besar dan Anda baru saja melalui proses persalinan yang melelahkan. Semua ini akan mempengaruhi perasaan Anda. Anda harus sabar dengan diri Anda sendiri, mengerti bahwa semua perasaan ini adalah normal, dan dalam beberapa minggu segalanya akan terasa lebih baik untuk Anda.

http://pondokibu.com/apa-gejala-baby-blues-syndrome-bagaimana-solusinya.html
     Gejala-gejala ibu yang mengalami Baby Blues Syindrome meliputi gangguan emosional, perilaku dan gejala fisik. Gangguan emosional meliputi (a) sikap mudah tersinggung, (b) perasaan sedih, (c) hilang harapan, (d) tidak berdaya, (e) mood swings, (f) ingin menyakiti orang lain (termasuk bayinya, diri sendiri ataupun suami),  (g) merasa bersalah dan (h) takut kesendirian. Gangguan perilaku meliputi sikap (a) kurang peduli terhadap bayinya sendiri atau sebaliknya (b) terlalu perduli terhadap perkembangan bayi, (c) kurang mampu merawat diri sendiri, (d) enggan melakukan aktivitas yang menyenangkan, (e) motivasi menurun, (f) enggan bersosialisasi, dan (g) sulit mengambil keputusan. Sedangkan gejala fisik yang biasanya muncul antara lain (a) cepat merasa lelah, (b) mengalami gangguan tidur dan selera makan, (c) sakit kepala atau dada, (d) sesak napas, (e) mual dan muntah, dan (e) jantung berdebar cepat (National Mental Health Association, 2003).

    Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Ada beberapa hal yang dapat membantu Anda untuk mengatasi Baby Blues Syndrome, seperti buang jauh rasa bersalah dan jangan berharap semuanya bisa sempurna. Ibu harus tahu untuk menjadi seorang ibu baru adalah hal yang sangat luar biasa dan patut disyukuri. Bacalah majalah atau komunikasi perasaan Anda kepada orang-orang terdekat seperti suami, ibu, saudara atau teman dekat Anda. Gunakan waktu tidur bayi untuk Anda beristirahat juga. Ambillah waktu untuk diri anda sendiri, dan berikan kesenangan untuk Anda sendiri. Cobalah untuk melakukan meditasi atau relaksasi yang pernah dipelajari dan menonton film lucu untuk menghibur Anda disaat waktu luang. Biarkan pasangan Anda atau keluarga membantu Anda dengan kegiatan rumah tangga dan mengurus si kecil sementara. Batasilah teman-teman yang akan mengunjungi Anda untuk menunggu satu atau dua minggu. Terakhir, Anda bisa curhat dengan sahabat yang pernah punya anak atau yang baru melahirkan juga.

     Ingat untuk mencoba konsultasikanlah apa yang Anda rasakan dan pikirkan dengan orang terdekat Anda dan tak perlu malu untuk membicarakan dengan dokter Anda, sehingga bila memang Anda memerlukan penanganan lanjut, semuanya akan dilakukan sedini mungkin. Untuk para ibu, setiap moment harus dilewatkan walaupun rasanya berat, tapi seiring berjalannya waktu, ibu bisa belajar menerima dan menjadi ibu yang kuat, tangguh, dan penuh tanggung jawab. Selamat menjadi ibu baru!
  http://www.healthwatchcenter.com/2008/08/overcome-bulimia-to-live-a-healthy-life/


     Jurnal yang dibahas dalam Psikologi Perempuan tentang eating disorder adalah mengenai gambaran perilaku gangguan makan dan kognisi wanita muda yang mengalami obesitas yang berhubungan dengan masalah psikologis di Australia. Diketahui bahwa 14% penduduk Australia di atas 15 tahun telah mengalami obesitas. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan 10.000 kuesioner dan yang merespon hanya 5.255 orang. Hasil penelitian ini adalah ada 78 wanita dalam kelompok obesitas (12.2% dari seluruh wanita obesitas) yang memiliki skor global EDE-Q dua standard deviasi di bawah normal (skor a ≥ 4.02), hal ini mengindikasi bahwa kemungkinan gangguan makan secara klinis. Hanya 159 atau 3,7% dari 4252 wanita yang tidak mengalami obesitas memiliki skor EDE-Q dua standard deviasi di atas normal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat perilaku makan teratur dan kognisi pada wanita muda Australia dengan obesitas memiliki masalah yang berdampak negatif pada kondisi psikologis (depresi dan kecemasan). Penelitian ini memastikan upaya dan tujuan pengobatan untuk wanita muda yang obesitas termasuk gangguan psikologis.


      Eating disorder (gangguan makan) digolongkan dalam 3 kategori, yaitu (1) anorexia nervosa, (2) bulimia nervosa, dan (3) binge eating disorder. Kata kunci untuk membedakan ketiga gangguan makan ini adalah anorexia nervosa (melaparkan diri), bulimia nervosa (memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan), dan binge eating disorder (makan berlebihan tanpa adanya kontrol). Bagaimana dengan penanganannya? Dari ketiga gangguan makan ini, yang paling sulit untuk sembuh adalah anorexia nervosa. Mengapa? Karena klien yang mengalami anorexia nervosa ini biasanya merasa tidak mengalami masalah dan justru ia ada masalah disuruh datang ke Psikolog. Untuk menyadarkan klien dengan anorexia nervosa ini harus diperlihatkan secara nyata agar klien dapat menyadari bahwa ada kesalahan persepsi mengenai bentuk tubuhnya. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan terapi cognitive behavior therapy (CBT) dan tentunya meningkatkan berat badan klien dengan makanan yang sehat serta pengobatan medis. Orangtua juga berperan dalam mengontrol makanan anaknya dan memberi dukungan agar anak lebih percaya diri. Sedangkan untuk bulimia nervosa, CBT adalah pengobatan yang terbaik saat ini. Selain orangtua yang mendukung dan mencoba untuk mengatur jadwal makan dengan baik kepada anaknya, klien juga harus berpikir untuk mensyukuri makanan yang telah dimakan. Masih banyak di luar sana yang tidak bisa makan, sehingga klien diharapkan untuk mencoba berhenti memuntahkan makanan yang telah ia makan. Terakhir,  binge eating disorder dapat ditangani dengan bantuan terapi CBT yang lebih baik daripada pengobatan dengan fluoxetine dan Interpersonal Therapy (IPT).



     Intinya adalah kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki atau dapatkan saat ini. Kita harus berusaha untuk berpikir positif, percaya diri, dan memotivasi diri sendiri untuk menjadi orang yang lebih baik. Apapun yang kita dapatkan, kita harus terima dan mencoba untuk menjalani hidup ini dengan melakukan sesuatu yang lebih berharga.



 http://eatingdisordersickness.com/tag/binge-eating-disorder/

4 November 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar