Senin, 05 November 2012

Dampak Psikologis Tawuran Remaja (Florencia Irena - 705120060)


Pengertian Tawuran
     Tawuran merupakan salah satu penyimpangan kelompok yang terjadi secara nonverbal, menurut Henslin (2006/2007)  penyimpangan seperti tawuran dilakukan karena adanya keinginan untuk mencapai suatu tujuan terntentu namun cara untuk mencapai hal itu tidaklah sah. Tawuran dilakukan secara nonverbal atau dapat dikatakan tindakan kekerasan, tawuran terjadi seperti sebuah ajang perkelahian antar kelompok satu dengan kelompok lainnya.

Pelaku Tawuran
     Pelaku tawuran dapat meliputi masyarakat besar seperti tawuran antar kelompok etnis, namun pada masa ini tawuran yang terjad banyak dilakukan oleh para remaja atau manusia pada masa adolescence yaitu masa perkembangan manusia masa kanak-kanak menuju keremajaan, masa remaja ini terbagi berdasarkan rentan usia, yaitu:

Usia 12-15 tahun (Middle Childhood)
     Pelaku tawuran pada usia ini adalah para remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di masa ini merupakan awal dari perubahan masa kanak-kanak menuju remaja seperti perubahan yang terjadi secara afektif dan sosial (King, 2011).

   Usia 16-18 tahun (Late Childhood).
     Pelaku pada usia ini adalah pelaku pelajar yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), pada masa SMA merupakan masa perkembangan para remaja mencari jati diri mereka menurut Erickson dalam King(2011) dalam proses pencarian jati diri, mereka akan membuat masalah atau menghadapinya agar para remaja dapat mencari jati diri para remaja, proses ini merupakan Identity versus confusion. Pada usia ini para remaja lebih rentan melakukan tawuran dibandingkan usia Usia 12-15 tahun (Middle Childhood).

Penyebab Tawuran
     Tawuran yang dilakukan para pelajar itu memiliki tujuan dan tujuannya sangat bermacam-macam dan juga disebabkan oleh beberapa faktor sehingga akhirnya para pelajar berani melakukan tawuran, berikut dua macam faktor penyebab tawuran:

Faktor Internal. Faktor ini disebabkan oleh faktor diri sendiri, seperti yang dikatakan oleh King (2011) bahwa proses pencarian diri dimulai dari para adolescence menghadapi masalah untuk mengetahui tujuan hidup para remaja selanjutnya. Dengan itu para remaja pelaku tawuran ini mencari dengan cara berkelahi melawan remaja pelajar lainnya agar dapat dianggap hebat. Dengan hasrat diri sendiri ingin ikut berpartisipasi tawuran sekolah agar dapat menemukan jati diri para remaja pelaku tawuran tersebut dan dianggap hebat oleh lingkungannya.

Faktor Eksternal. Faktor ini datang dari lingkungan sekitarnya, seorang remaja terutama laki-laki akan dianggap payah jika tidak berani melakukan tindakan yang dapat membuat dirinya terlihat hebat. Masa adolescene lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya atu peer group dan kelompok para remaja dapat memberikan pengaruh positif atau negatif (King, 2011). Jika peer group dari para remaja itu memberikan dampak negatif maka tidak heran jika para remaja dapat menjadi pelaku tawuran.

Dampak bagi para remaja pelaku tawuran
    Tawuran yang dilakukan para remaja pelajar akan sangat memberikan dampak yang buruk bagi para remaja pelaku tawuran tersebut, dampak buruk ini akan mempengaruhi beberapa aspek kehidupan pelaku tawuran, yaitu:

     Akademis. Tindakan tawuran akan berdampak buruk bagi para remaja pelajar karena akan menggangu proses pembelajaran yang sedang para pelaku jalani, jika para pelajar diketahui menjadi pelaku tawuran maka sekolah akan memberikan hukuman seperti tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah untuk jangka waktu tertentu atau para pelaku akan diberikan hukuman seperti dikeluarkan dari sekolah sehingga tidak dapat melanjutkan sekolahnya kembali.

     Fisik. Tawuran dilakukan secara non-verbal dengan tindakan kekerasan dan akan berdampak buruk bagi para pelaku tawuran yang berkelahi akan menyebabkan cacat fisik atau luka-luka dan hal ini akan sangat merugikan para remaja yang seharusnya dapat melakukan berbagai kegiatan menjadi terbatas karena dampak pada fisik para pelaku tawuran tersebut.

    Psikologis. Dampak buruk bagi psikologis para remaja pelaku tawuran adalah pada masa perkembangan adolescence menuju adult. pembentukan kepribadian di mulai dari masa adolescene dan hal-hal yang mereka lakukan di masa adolescence akan membentuk kerpribadian sampai adult, seperti para remaja pelaku tawuran pelajar diajarkan kebiasaan untuk berkelahi dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan maka sampai besar nanti hal itu akan digunakan para pelaku tawuran pelajar untuk mencapai tujuannya. Proses pembentukan kepribadian para secara psikologi merupakan pendekatan The behavioral Approach, Menurut Miltenberger (dikutip dalam King, 2011) mengatakan bahwa the behavioral approach memiliki tujuan agar manusia dapat menanamkan tindakan yang dilakukan membantu manusia tersebut dapat menjadi lebih baik. Namun pendekatan behavioral tidak akan berdampak baik jika hal-hal yang ditanamkan adalah hal negatif. Hal negatif yang dibiarkan akan menyebabkan kebiasaan yang terbaik di masa depan maka itu harus ada pengaturan seperti adanya hukuman agar hal negatif yang terjadi tidak dibiasakan. Jika para remaja terlibat menjadi pelaku tawuran dan diberikan hukuman akan membantu para remaja pelajar untuk tidak mengulang tindakan tersebut atau menjadikan kebiasaan dalam kehidupannya.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi., H., A. (1991). Psikologi sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Henslin., J, M. (2007). Essentials of Scociology: A down to earth approach ( 6th
     ed.). (Dalam W. Hardani, & B. A. Yoso, penerj.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
     Karya asli  dipublikasikan tahun 2006.
King, L, A. (2011) The science of psychology (2nd ed.). Columbia: University of
     Missouri.

26 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar