Senin, 05 November 2012

Banjir (Mariana - 705120033)


     Jakarta sebagai ibu kota negara, sering terjadi banjir. Banjir adalah peristiwa di mana suatu wilayah daratan tergenang oleh volume air dalam jumlah yang sangat besar.  Banjir dapat terjadi karena faktor alamiah berupa curah hujan dan pasang naiknya air laut. Faktor lainnya adalah karena ulah manusia sendiri dalam penggunaan lahan yang tidak tepat, membuang sampah ke sungai, dan penebangan hutan secara liar. Bencana banjir terjadi hampir pada setiap musim penghujan (“Banjir,” 2008).
     Banjir adalah suatu fenomena alam yang dapat disebabkan oleh tingkah laku manusia. Manusia memiliki tingkat kesadaran yang rendah akan membuang sampah pada tempatnya. Manusia sering sekali membuang sampah ke dalam sungai yang berdampak pada tersumbatnya aliran sungai. Aliran sungai yang tersumbat menyebabkan air tidak dapat mengalir dengan baik dan lingkungan akan menjadi banjir (“Banjir di Depan Halam Ruko Akibat Pembuangan Sampah Sembarangan,” 2012).
     Menurut Kristianto (dikutip dalam Rahayu & Sekarwinahyu, 2011) menyatakan bahwa penyebab terjadinya banjir adalah penebangan hutan secara liar tanpa dilakukannya reboisasi. Penebangan hutan secara liar dapat mengurangi daya serapan air pada suatu lahan. Menurut Ahira (n. d.) mengatakan bahwa penebangan hutan secara liar berdampak pada bencana kekeringan. Peristiwa kekeringan mengakibatkan air hujan langsung mengalir ke laut dan cadangan air di tanah pun menurun. Pohon yang memiliki fungsi untuk menahan air tidak dapat lagi berfungsi dengan baik akibat dari kekeringan. Pada akhirnya akan mengakibatkan banjir karena terjadi hujan deras dan meluapnya air sungai ataupun laut.
     Banjir merupakan fenomena alam yang memberikan dampak kehidupan manusia. Korban bencana banjir mudah sekali untuk terjangkit penyakit, seperti penyakit kulit dan penyakit pencernaan. Penyakit kulit yang dialami para korban banjir, karena air kotor yang menggenangi perumahan. Air kotor mengandung banyak bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit. Air kotor ini terjadi karena sampah-sampah terbawa air dan sampah membusuk, sehingga mengakibatkan gatal-gatal pada kulit (Ahira, n. d.).
     Menurut Ahira (n. d.) banjir dapat menyebabkan aktivitas masyarakat terganggu dan lingkungan menjadi kotor yang berdampak kurangnya sumber air bersih. Sumber air bersih menurun karena air bersih telah tercermar oleh bakteri dan virus. Korban banjir mengkonsumsi air tersebut dalam keadaan darurat, sehingga korban terjangkit penyakit diare. Penyakit ini terjadi karena banyaknya sampah yang membusuk dan sampah tersebut dihinggapi lalat. Lalat tersebut berterbangan dan hinggap di makanan meninggalkan banyak bakteri. Manusia yang mengkonsumsi makanan tersebut pada akhirnya menderita penyakit diare.
     Salah satu dampak lain yang ditimbulkan dari bencana banjir adalah rusaknya ekosistem di daerah pesisir. Salah satu contoh rusaknya ekosistem di daerah pesisir adalah terjadinya perubahan sistem rantai makanan. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan unsur hara di perarian yang akan meningkatkan pertumbuhan fitoplankton. Pertumbuhan fitoplankton yang berlebihanlah yang dapat merubah sistem rantai makanan dalam perairan. Peningkatan unsur hara tersebut bersumber dari pembuangan limbah pertanian, limbah rumah tangga, limbah industri , maupun resapan air tanah. (Conley et. al, dikutip dalam Ilyas & Riyadi, 2007, h. 85). “Banjir berperan sebagai fasilisator dalam pengiriman unsur hara dari daratan ke laut melalui aliran sungai” (Ilyas & Riyadi, 2007).
     Bencana banjir mengakibatkan rusaknya fasilitas yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat sehari-hari. Fasilitas umum seperti jembatan, bangunan sekolah, jalan raya, dan lain-lain. Banjir pun menyebabkan lahan pertanian warga terendam air (Haba dikutip dalam Dengi, n. d.).  Jembatan yang rusak dapat menghambat akses perekonomian di daerah yang terkena banjir. Rusaknya bangunan sekolah juga  dapat menghambat proses belajar mengajar.
     Bencana banjir dapat diatasi dengan berbagai cara, seperti: (a) menyediakan sistem perparitan, membersihkan parit yang dangkal dari bahan-bahan kumuhan; (b) proyek pendalaman sungai, mengorek semua lumpur yang terdapat di sungai; (c) memelihara hutan, dengan melakukan reboisasi hutan; dan (d) mengontrol aktiviti manusia, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membuang limbah rumah tangga dan industri dengan baik (“Cara-cara Mengatasi Banjir,” n. d.).


Daftar Pustaka

Ahira, A. (n. d.). Dampak banjir yang merugikan masyarakat. Diunduh dari http://www.anneahira.com/dampak-banjir.htm
Banjir di depan halaman ruko akibat pembuangan sampah sembarangan. (2012). Diunduh dari http://www.yahukimokab.go.id/news-detail/78/banjir-di-depan-halaman-ruko-akibat-pembuanngan-sampah-sembarangan/
Banjir. (2008). Diunduh dari http://rapi-nusantara.net/info-penting/artikel-banjir.html
Cara-cara mengatasi banjir. (n. d.). Diunduh dari http://queenella536.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_24.pdf
Dengi, H. (n. d.). Bertambah kerusakan fasilitas umum akibat hujan deras dan banjir. Diunduh dari http://www.maxfm-waingapu.net/berita/25-bertambah-kerusakan-fasilitas-umum-akibat-hujan-deras-dan-banjir.html
Ilyas, M., & Riyadi, A. S. (2007). Dampak banjir terhadap ekosistem pesisir. (2007). Diunduh dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121078487.pdf
Rahayu, U., & Sekarwianhyu, M. (2011). Penanaman konsep pemeliharaan lingkungan di daerah rawan banjir melalui pembelajaran kreatif produktif berbasis kearifan lokal. Diunduh dari http://www.pdf-archive.com/2011/12/05/20-ucu-rahayu-dan-mestika-sekarwinahyu/preview/page/1
Warga korban banjir mulai terserang penyakit kulit. (2012). Diunduh dari http://www.antarajawabarat.com/lihat/berita/36046/lihat/kategori/96/Hukum

26 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar