Minggu, 04 November 2012

Banjir (Indah Andriani - 705120005)


     Kata ‘banjir’ kini sudah tak asing lagi di telinga semua orang. Banjir merupakan salah satu bencana alam yang patut diwaspadai oleh masyarakat karena sangat mudah terjadi terutama pada musim hujan. Biasanya pada musim hujan, curah hujan dapat meningkat sehingga tingkat terjadinya banjir semakin tinggi.
     Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki curah hujan tinggi setiap tahunnya, yang menyebabkan mudah terjadinya banjir. “Pada saat musim hujan tiba, hampir seluruh daerah di Indonesia mengalami banjir. Banjir adalah genangan air yang lebih tinggi dari permukaan tanah dan mengalir cukup deras” (Tim Bina Karya Guru, 2007).
     Beberapa jenis banjir di Indonesia yaitu banjir: (a) bandang, (b) hujan ekstrim, (c) luapan sungai atau kiriman, (d) pantai, dan (e) hulu. Banjir bandang ialah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung hanya sesaat yang dicirikan dengan debit sungai naik secara cepat. Banjir hujan ekstrim ialah banjir yang terjadi hanya dalam waktu enam jam sesudah hujan hebat mulai turun. Banjir luapan sungai atau kiriman ialah banjir yang biasanya berlangsung dalam waktu lama dan tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda dataran. Banjir pantai ialah banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan gelombang pasang air laut. Sedangkan banjir hulu ialah banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, berlangsung cepat, dan jumlah air sedikit (“Jenis-jenis Banjir,” n d).
     Menurut Suherneti, Sujana, dan Kurniadi (2010) beberapa jenis banjir tersebut rupanya terjadi tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Beberapa penyebab terjadinya banjir tersebut antara lain: (a) pendangkalan dan penyempitan sungai, (b) penyumbatan aliran air oleh sampah, (c) jumlah air yang mengalir semakin besar, (d) sistem pembuangan air buruk, dan (e) tanah longsor. Tanah longsor juga dapat terjadi karena beberapa penyebab antara lain: (a) pembangunan pemukiman di daerah rawan longsor, (b) melakukan penambangan tanpa memperhatikan keseimbangan lahan, dan (c) membuka lahan pertanian di sekitar lereng bukit.
     Dilihat dari penyebab di atas, dapat dikatakan bahwa penyebab tersebut timbul karena perilaku manusia. Masih banyak orang yang mungkin tidak sadar bahwa perbuatannya dapat menyebabkan banjir, yang membawa dampak negatif bagi kehidupan. Penulis membagi dampak negatif banjir menjadi dua yaitu, dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung dari banjir antara lain: (a) merusak sarana dan prasarana, (b) menyebabkan korban jiwa, (c) hilangnya harta benda dan kerugian berupa materi, (d) memutuskan jalur transportasi, (e) mencemari lingkungan, (f) menghambat aktivitas masyarakat, dan (g) menyebabkan erosi dan tanah longsor. Sedangkan dampak tidak langsung dari banjir antara lain: (a) menimbulkan kemacetan, (b) menyebarkan bibit penyakit, (c) menyebabkan trauma pada seseorang, dan (d) merusak perekonomian.
     Bayangkan seberapa besar kerugian masyarakat dengan adanya dampak banjir tersebut. Namun, agar dapat menghindari semua itu penulis memiliki beberapa cara untuk mengatasi banjir. Dalam mengatasi banjir, setiap orang dapat berpartisipasi aktif mulai dari hal yang paling kecil sebelum terjadi, yaitu: (a) membuang sampah pada tempatnya, (b) melakukan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan dan saluran air, (c) melakukan penghijauan dengan menanam pohon (reboisasi), dan (d) membuat biopori agar air dapat lebih mudah di serap tanah.
     Selain cara-cara penanggulangan di atas, setiap orang juga harus memiliki rasa kesadaran dalam dirinya untuk menjaga lingkungan. Hal tersebut dapat mulai diterapkan sejak dini pada seluruh masyarakat, karena dengan demikian banjir akan semakin berkurang dan masyarakat dapat hidup tentram dan damai tanpa adanya rasa takut.


Daftar Pustaka

Jenis-jenis banjir. (n d). Diunduh dari http://www.wordpress.org
Suherneti. N., Sujana. A., & Kurniadi. D. (2010). Pendidikan lingkungan hidup.
     Jakarta, Indonesia: Grasindo.
Tim Bina Karya Guru. (2007). Ips terpadu. Jakarta, Indonesia: Erlangga.

26 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar